Dalam konteks ini, Golkar tentunya tak menutup mata atas akan segera purna tugas atau pensiunnya Andika Perkasa pada akhir 2022 ini. Jika itu yang terjadi, wacana duet Airlangga-Andika sulit terealisasi. Jika Andika sudah pensiun, sulit menjadi magnet politik lagi.
Kita pahami bahwa Golkar wajib berkoalisi dengan partai lain pada Pilpres 2024 karena terhalang presidential threshold 20 persen. Apabila hal itu tak dilakukan, maka partai kuning tak akan bisa mengusung Airlangga, terlebih menjadikan Andika sebagai cawapres. Hanya saja, patut diingatkan pula bahwa koalisi tentu akan menimbulkan efek bagi Golkar, yaitu bisa saja tidak jadi mencalonkan Andika sebagai cawapres. Khususnya jika partai koalisi tidak menghendaki Andika, atau memiliki kandidat cawapres lainnya.
Asumsi kedua cukup logis. Tentu partai lain (koalisi) akan mengajukan calon masing-masing untuk posisi cawapres. Golkar sendiri tak punya pilihan lain kecuali berkoalisi. Namun, Golkar beruntung tetap solid untuk mendukung Airlangga sebagai satu-satunya kandidat capres. Sebagai parpol terbesar yang isinya pendekar semua, kuat soliditas untuk mendukung Airlangga sebagai capres tentu menjadi poin tersendiri.
Dari kalangan internal dan eksternal partai, memastikan adanya duet Airlangga-Andika menimbulkan tantangan tersendiri. Kalangan internal Golkar mungkin masih terpecah dalam menempatkan Andika Perkasa sebagai pilihan pertama cawapres. Di sisi lain, sebagai panglima TNI, Andika tidak berafiliasi dengan parpol mana pun.
Saat ini Golkar tengah kuat-kuatnya. Golkar tidak sedang dalam kondisi terbelah. Golkar terus belajar dari pengalaman betapa sangat merugikannya kekuatan yang terpecah-pecah. Oleh karena itu, dalam penunjukkan Airlangga sebagai capres 2024, Golkar solid.
Golkar menghindari pengalaman buruk saat tidak solid dalam mengusung figur sebagai capres. Dalam menentukan siapa yang bakal ditetapkan maju dalam capres. Pada Konvensi Partai Golkar 2004, mantan Ketum Partai Golkar Akbar Tanjung yang justru dikalahkan oleh Wiranto. Padahal, kala itu, Wiranto merupakan Ketua Umum Partai Hanura. Wiranto memenangkan konvensi dan menjadi capres yang diusung koalisi Partai Golkar. Di samping itu, Aburizal Bakrie akhirnya juga tidak dicalonkan. Jusuf Kalla yang maju, meski saat itu tidak menjadi calon Golkar.
Menuju Pilpres 2024, partai berlambang pohon beringin tidak terkotak-kotak dalam menentukan figur. Pilihannya hanya satu, Airlangga Hartarto. Untuk mamastikan terwujudnya duet Airlangga-Andika, Golkar harus menggandeng partai yang punya sikap sama, yakni menyukai Andika Perkasa sebagai cawapres. Itu berarti Golkar harus menghindari partai yang menginginkan pimpinannya otomatis sebagai cawapres.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H