Puisi : Edy Priyatna
Jangan habis satu timbul lain
sudah berkomplot dalam jaringan
melibatkan banyak orang anak buah
penduduk dari kroco hingga pejabat
bahkan dari pesuruhpun diikutkannya
Berbagai cara dihalalkan
kau tetap menyimpan riwayat
pada pintu gerbang kecil mungil
sesuatu senantiasa telah terhunus
mengalir cairan pekat berwarna putih
Sebagai kelangsungan pemburuan
bahkan dapat membuat mati apa saja
sebuah negeri impian sebuah republik
penting dapat kemudahan orang biasa
genangan rindu tiada menaris dan mengikat
Menusuk terus kerongga dada
penghubung kembali membentang
terminal bus di telan ribuan kesepian
gunung selalu ramahpun menjadi murka
para pemimpinnya tertidur sepanjang hari
Berisi gelap tangannya berdarah
dalam menuntut rasa kemanusiaan
penuh perjuangan hidup hingga mati
setiap bala bantuan datang bagi rakyat
sebilang itu pula kebahagiaan pemimpin tiba
Dekat atas kursi hangat  ruang janji
mungkin ini menjadi negeri para penangis
pemukim jutaan kesedihan dalam dongeng
aku temui para sahabat bertanya tanpa reaksi
pada siapa harus kunyatakan retak asa luka hati
(Pondok Petir, 12 April 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H