[Bulan Kemerdekaan RTC] Sang Bulan Masih Tertidur Samar DiatasÂ
Puisi : Edy Priyatna
Â
Tersentuk pandangan pada kasat mata para pejuang datang merekaÂ
demi sesuap nasi telah kembali dengantanda janur kuning jiwa merahÂ
aku tetap merdeka berdiri sendiri bebas akhirnya aku ingin merdekaÂ
indonesia merdeka sampai kapanpun tanpa ada batas berkata bangsa
kesukacitaan dalam ada kesusahan pada suka terbesit kesengsaraanÂ
tetapi hidup senja kulihat rembulan persis diatas kepala menengadahÂ
wajahnya bulat menyinari kampung halaman pondok lama kupandangÂ
bulatnya sangat berbeda dengan bulan lalu melintas lamban digubugkuÂ
mengingatkan perbincangan saat sinarnya memecah kesunyian murni
kemudian disambut lalu disambut beribu bintang tidak untuk disesaliÂ
bagi desa itu tambak kamu tersenyum dipekarangan rumputan hijau Â
aku sambut cepat berseri mengalir dasar suara tangis menggema rasaÂ
Â
Selalu mencekam banyak korban jatuh tak mengenal rasa lelah lamban
takkan pernah lusuh tiada lagi lemah akan menjadi layu dan tak lekangÂ
waktu terik deru debu santapan kami walau setiap hari mencari rejekiÂ
ketika terus meluncur lumpur terus menjulang mengangkat membawa
menghormati raja penguasa menghilang bersama tongkat kelompokÂ
desa telaga mata air menjadi rata gemuruh mencekik rakyat dari buku
rekata kadang berteriak dalam sunyi selalu menanti pengurus pionirÂ
semua ini waktu malam mulai mengkelam kumenanti datang bintangÂ
walaupun sang bulan masih tertidur samar diatas terlihat titik pendarÂ
cahaya membuat hati suka cakrawala terkadang tak seindah tergambarÂ
dalam gulungan kerap bulan-bulanan saat epidemi tiba tahu beritanya
dari hadapan hingga ke batas pula penyelewengan naik kepermukaan Â
Â
(Pondok Petir, 18 Agustus 2016)
[caption caption="cap"][/caption]Â
Â
Catatan : Karya ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan