mengingatkan perbincangan saat sinarnya memecah kesunyian murni
kemudian disambut lalu disambut beribu bintang tidak untuk disesaliÂ
bagi desa itu tambak kamu tersenyum dipekarangan rumputan hijau Â
aku sambut cepat berseri mengalir dasar suara tangis menggema rasaÂ
Â
Selalu mencekam banyak korban jatuh tak mengenal rasa lelah lamban
takkan pernah lusuh tiada lagi lemah akan menjadi layu dan tak lekangÂ
waktu terik deru debu santapan kami walau setiap hari mencari rejekiÂ
ketika terus meluncur lumpur terus menjulang mengangkat membawa
menghormati raja penguasa menghilang bersama tongkat kelompokÂ
desa telaga mata air menjadi rata gemuruh mencekik rakyat dari buku