Puisi Implikasi Sugesti
Puisi : Edy PriyatnaÂ
Karung ini mulai ringkih sesudah melangkahkan kaki kepada malamÂ
tak bergairah sesudah senyumku tak pernah palsu supaya langit hitamÂ
selepas kosong patera tak bersuara dengan kami telah terukir pesonaÂ
Skenario nyata selalu sekelas karena rakyat butuh nasi meskipunÂ
hanya nasi basi legit dimakan dengan taram kemarin ratusan petaniÂ
telah dirugikan kemarin ribuan penduduk kehilangan rumah sedang Â
Wahai para manggala bersisa adakah hati berbobot begitu logikaÂ
sudah mulai kedaluwarsa lubuk hati makin tergores kepada gemuruhÂ
kelak kuat bertahan menyaksikan kisah benua tak kunjung surut
Pendukung telanjangku telah menapak bukit tunggang bukit hatimu
tunasmu memandang seolah mendorongku hendak terus melangkah
kendala menghadang trip melelahkan paripurna onak dan tulang
Setelah ramahnya bekerja walau aku hanyalah makhluk kecil hinaÂ
tetapi senyumku tak pernah palsu sedangkan bukan data susilaÂ
tapi sudahlah ini hanyalah puisi tak perlu lagi tanggap risau resah Â
(Pondok Petir, 23 Juni 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H