Puisi : Edy Priyatna
Â
Beraksi merayap terbang tinggi ke angkasa menuju ujung langitÂ
mengabaikan ratusan hijab pada awal membantah kenyataan
jangan bosan mataku melihat diri sendiri jari tangan terus menariÂ
sementara memilih huruf hidup dan mati otakku selalu berpikirÂ
tanpa putus asa untuk mencari celoteh kata merangkai keindahan
Â
Sebentuk buku buram mengingatkan aku lagi akan gempa sebutan
pernah kurasakan di halamannya berisi tumpukan waktu tersimpulÂ
menjalin tidak keruan timbunan getaran itu kupikir adalah cobaan
orang sama denganku disetiap lembar kata didalamnya setiap bunyiÂ
bagi penyair adalah seluruh keadaan hidup batin merasuk ke dalamÂ
Â
Cairan bagi penyair adalah unsur bahasa tulisan mengalir membelah
menembus jantung gunung menjadi renungan suatu angan tanahÂ
tubuh tumbuhan menjadi kebutuhan keberlangsungan kehidupan apiÂ
selesai berjalan tanpa kaki memandang bumi raib tak peduli kasatmata
meneropong jauh keliling dunia menembus lubang ruang hakikat
Â
(Pondok Petir, 05 Juni 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H