Puisi : Edy Priyatna
Â
Tercatat dengan kegosongan hitamnya dimasukkan ke dalam gelasÂ
raut wajah terlihat tak jelas terlihat wajah sendu tersaruk di belantaraÂ
ragu dengan langkah terus kedepan membuatku termenung menantiÂ
susunan kata sambil mereguk air-air rotan guna melepas dahaga
Â
Sesaat ekormu berada di ujung samudera berputar membawa suhuÂ
panas membuyarkan awan hitam tak dapat membentuk hujan gerimisÂ
ada perubahan-perubahan kadang mendadak langit menjadi gelapÂ
sebuah alunan saat kutepis ada lalu hujan turun jatuh amat deras
Â
Teruji ada kasih hilang pada sayap retak terbukti ada cinta putusÂ
pada ekor terpatuk lawan terbukti ada rasa rindu pada tembolok
dalam merambat ke paruh membawa dirimu ke mimpi tidurku
serdak butiran arang mulut melekat pada sandang lusuh matahariÂ
Â
Menyoroti sinarnya jauh menghitung noktah titik demi titik balik lagiÂ
menyerap rasa panas kejauhan kembali terlihat para petani bergerakÂ
mulai membersihkan lahan diatas sawah kering menari rentakÂ
sambil membuat kuberhasrat mau merasakan dirimu ketika tak adaÂ
Â
(Pondok Petir, 29 Mei 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H