Ketika tak sempat kubereaksi karena cintaku terpaku dengan kata
kesetiaan cinta tulus tanpa harus rasa berdua hingga sering pohu
badan rahasia itu ada seperti legal operasinya dilakukan aparat
wajah-wajah hukum dipalsukan ditutupi topeng kemunafikan benar
jadi salah nan salah jadi benar kenyataan telah dikontaminasi kini
keadilan tinggal kata dan piagam timbangan kita telah rusak parah
begitu aku ingin waktu berputar kembali awali saat-saat pertemuan
indah mengikuti langkah kedua kaki hati membuatku menjadi rapuh
demi kupikirkan selalu tentang kau apakah menyesal mengenal diri
Dalam kuhayati logika atas semua rasa dalam hatiku kupahami raga
atas keberadaan jiwa lemahku kuikhlaskan diriku tulus mencintaimu
meskipun nantinya tidak memilikimu dari kehidupanmu memiliki rindu
selagi menjadikan aku selalu tegar karena rindu mengisi hidupku
terlihat semua isi hati dan pikiranku karena selalu merindukanmu
kurasakan putih tulusnya cinta walaupun kau selalu jauh dariku
indahnya memberi keteguhan diri menciptakan cinta sejati abadi
aku hanya sekarang berdiri sendiri pada malam akhir tahun ini
dapatkah hanya miliki saja diriku begitu mudahkah hapuskan diriku
(Pondok Petir,17 Mei 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H