Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Kartini RTC] Siti Menunggu Nasib

20 April 2015   14:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:53 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14295159651974969383

Di rumah
Assalamu’alaikum wr. wb.

Bunda, Alhamdulillah berkat doa semua, Siti dalam keadaan sehat walafiat ketika menulis surat ini. Mudah-mudahan juga keluarga di kampung pada sehat semua terutama Bunda, Paman dan buah hatiku Syafiuddin serta Ali Ridho, serta saudara-saudaraku yang lain.

Siti saat ini sudah tidak kerasan bekerja disini, tapi sudah lama Siti minta ijin pulang namun hingga hari ini masih belum diijinkan oleh majikan. Sepertinya Siti harus menyelesaikan waktu kontrak kerja baru boleh pulang. Itu berarti Siti baru boleh pulang akhir bulan Maret ini, nanti untuk lebaran besok Siti akan kirimkan uang pada bulan Ramadhan. Mudah-mudahan uangnya cukup untuk merayakan lebaran di kampung ya, Bunda….

Siti rindu sekali dengan keluarga di Bangkalan. Setiap hari Siti selalu menangis, apalagi bila majikan perempuan dan anaknya yang laki-laki selalu memarahinya. Bunda kan sudah tahu kalau majikan Siti itu baik sekali, seperti yang pernah Siti ceritakan beberapa bulan yang lalu. Namun sudah sebulan ini semua itu berubah total. Siti tak mengerti kenapa tiba-tiba jadi begitu. Sekarang ini sepertinya semua pekerjaan Siti tidak ada yang benar dan selalu saja ada kesalahan. Kadang Siti merasa apapun yang Siti kerjakan pasti dianggapnya salah. Padahal Siti sudah memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, namun sepertinya majikan Siti itu mencari-cari kesalahan walaupun hanya masalah kecil sekalipun. Lalu bila siti melakukan yang dianggap salah mereka mencaci maki dengan agak kasar. Siti selalu berusaha sabar, sabar dan sabar. Tetapi Siti selalu ingat pesan Bunda, agar tidak larut dalam kesedihan. Siti berupaya untuk selalu tegar dan tidak lupa berdoa agar Siti selamat dunia dan akhirat.

Oiya bagamana keadaan Bunda, Paman dan keluarga di Bangkalan? Sudah lama sekali Siti tak mendapat surat dari kampung. Siti jadi sedih bila menunggu surat dari kampung tapi tak kunjung datang. Namun Siti lebih sedih lagi ketika ternyata surat-surat itu dibuang oleh saudara tiri majikan yang laki-laki itu, Bunda. Sakit sekali rasanya hati Siti ketika akhirnya tahu soal surat itu. Siti secara tidak sengaja memergoki dia menerima surat dari tukang pos lalu dibuangnya jauh-jauh, bahkan dirobek terlebih dahulu sebelum dibuang. Lalu lebih sakit lagi pada saat Siti menanyakan kenapa membuang surat kiriman dari kampung, Siti malah dimaki-maki bahkan dipukulnya. Sejak saat itu Siti tak ingin menanyakannya lagi.
Bunda, doakan Siti ya. Semoga Siti dapat tabah menghadapi cobaan yang berat ini. Siti akan berusaha menjadi orang yang baik walaupun sering disakiti oleh majikan dan keluarganya. Mungkin ini sudah suratan takdir Allah SWT sehingga Siti harus menerimanya. Setiap hari Siti selalu berdoa untuk keselamatan kita. Juga untuk rasa bersyukur bahwa selama ini kita masih diberikan nikmat untuk hidup. Akhir kata maafkan Siti ya Bunda. Ikhlaskan Siti dan anak-anak Siti. Salam buat semua anak-anak, saudara-saudara, dan paman. Tak lupa buat Bunda. Sampai jumpa lagi di Bangkalan.
Timur Tengah, 02 September 1999
Wassalamu’alaikum wr. wb.

(Siti Zaenab)

Surat itu merupakan surat Siti yang terakhir yang diterima ibu Milah di kampung. Sejak saat itu tidak pernah ada kabar dari Siti lagi dan juga dari teman-teman Siti yang suka membantu membawakan titipan Siti. Kiriman yang dijanjikan Siti dalam suratnyapun tidak pernah datang. Terakhir kiriman Siti datang sebulan sebelum bulan Ramadhan. Ibu Milah menjadi amat cemas dan khawatir sekali. Sudah berbulan-bulan sejak menerima surat itu, ibu Milah masih belum mendapatkan kabar berita tentang anaknya itu. Entah berada dimana dia sekarang.

———————

Sungguh siang itu terasa sangat panas sekali. Lebih panas dari hari biasanya. Padahal matahari masih bergerak sesuai jalurnya, menyoroti tanah berpasir yang gersang. Sesekali terlihat angin bertiup menyebabkan debu berterbangan. Ranting patahpun masih terlihat berserakan melintasi halaman rumah. Dikejauhan terlihat adanya fatamorgana, seperti air yang mendidih diatas tanah. Lama tak pernah ada hujan turun di kampung Bangkalan ini.

Hari ini tanggal 10 Maret 2000, sudah lebih dari enam bulan Ibu Milah, Paman dan kakak-kakaknya Siti menerima surat yang terakhir. Selama itu mereka selalu berusaha mencari tahu kabar keberadaan Siti di Timur Tengah. Namun selama itu pula mereka tidak pernah berhasil. Bahkan ada kabar dari tetangga Siti, Maksum yang pulang kampung kemarin, bahwa Siti telah meninggal dunia.

Sejak mendengar berita itu semua keluarga Siti mencari informasi ke berbagai sumber hingga akhirnya diketahui bahwa Siti ditahan polisi setempat tanpa jelas apa alasannya. Hasan, kakak kandung Siti pun langsung berupaya mencari adiknya itu. Dengan berbagai cara ia telah lakukan, hingga akhirnya dalam waktu dua minggu Hasan mampu bertemu dengan adiknya di sebuah penjara kota di Timur Tengah, tempat Siti bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun