Perahu tidak boleh sembarangan menepi karena terdapat kawasan konservasi terumbu karang. Perahu hanya bisa menepi di area dekat dermaga yang dasarnya pasir. Kearifan lokal dalam mengelola sumber daya dan menjaga lingkungan berhasil menjaga keindahan bawah laut di gili Nanggu.Â
Terumbu karang cukup dangkal, jadi kita harus berhati-hati saat snorkeling agar tidak merusak terumbu karang.
Berbeda dengan Gili Naggu, Gili Sudak lebih sepi pengunjung hanya terdapat beberapa orang yang santap siang. Di Gili Sudak juga terdapat homestay. Kondisi bawah laut Gili Sudak agak memprihatinkan ditambah dengan jarak pandang yang rendah sehingga saya tidak berlama-lama di dalam air.Â
Jarak Gili Sudak dan Lombok yang cukup dekat membuat wisatawan yang menginap di Lombok hanya menggunakan kano ke Gili Sudak hanya untuk makan siang. Sebelum kembali ke Lombok saya singgah di Gili Kedis, ukurannya lebih kecil dari ukuran lapangan sepak bola.Â
Di Gili Kedis kita harus membayar restribusi. Cobalah memutari pulau, terdapat  sisi yang hanya berupa pasir dan sisi lainnya berbatu. Cocok untuk yang suka fotografi.
Sambil antre bilas dan bersih-bersih, kami menikmati pisang goreng dan teh hangat buatan istri pak Nasar yang ternyata adalah ibu yang memberitahukan jalan saat kami kebingungan.Â
Jika dibanding dengan Trawangan, Gili di area Sekotong masih kalah jauh fasilitasnya. Namun bagi yang menyukai suasana yang lebih tenang dan alam yang masih asri, tempat ini dapat dijadikan salah satu tujuan berlibur di Lombok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H