Dari ujung jalan terlihat seorang ibu muda berteriak-teriak sambil memegang telinga kanan seorang lelaki, setengah berlari mereka menuju sebuah sumur ujung jalan. Lelaki yang di jewer sempat tersenyum kepada seorang lelaki berjubah putih yang dilewatinya, dia sempat mendengar suara orang itu melantunkan 'astagfirulloh'. Ibu muda itu semakin berteriak marah mengalahkan seorang ibu yang memandikan anak kecil yang menangis. Ia ambil sebuah kemeja putih dalam rendaman cucian pakaian kotornya, ia tunjukan bercak merah berbentuk bibir pada bagian dada kemeja putih itu. Ia berteriak lantang, si lelaki hanya diam saja sambil menahan malu karena di perhatikan orang-orang yang ada di sebuah sumur itu.
Hampir malam di sebuah sumur. Tidak terdengar lagi suara kerekan timba dari sumur itu. percikan, riak air hampir tak terdengar. Sumur kehilangan cerita dari beberapa saat ketika hampir malam. Ia menjadi sebuah ruang tersembunyi di balik kehidupan kecil di sudut cerita masyarakat.
Jogja, 8 Desember 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H