Mohon tunggu...
Eni Susanti
Eni Susanti Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD di salah satu sekolah swasta di kabupaten Pemalang, Jawa Tengah

Wanita lahir di Pemalang, 13 Agustus 1986. Menikah dengan Gusdianto, 1 November 2007 dengan dikaruniai empat orang anak. Mulai mengajar pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nonformal di Kelompok Bermain Nisa Al-Hidayah tahun 2010-2013. Terjun di dunia marketing perbukuan pada 2013-2014. Kembali mengajar pada PAUD formal di salah satu TK swasta tahun 2014-sekarang. Lulus S1 Universitas Ivet Semarang jurusan PG-PAUD tahun 2019 angkatan ke-1 yang sebelumnya bernama IKIP Veteran Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengobati Depresi dengan Teori Magnet, Positif Menarik Positif

17 Oktober 2020   09:50 Diperbarui: 17 Oktober 2020   10:02 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah mengalami salah satu keadaan, dimana merasakan perubahan mental yang sangat tidak baik. 

Saat itu terjadi ketika saya menghadapi kenyataan akan datangnya anak ke empat dalam hidup saya. Saat itu, suami merespon kurang baik, ibu dan ayah juga bersikap seolah menyalahkan keteledoran saya tidak bisa menjaga keadaan. Tiga anak saja sudah repot, mau tambah lagi. 

Begitu pula dengan mertua, namun karena jauh, sikap ketidaksetujuan mereka tidak terlalu mempengaruhi. Orang-orang di sekitar seperti mencibir. Setiap melihat mata-mata yang menuju kepada perubahan tubuh saya, ingin rasanya menutup semua wajah saya. 

Bisa dibayangkan bukan? 

Perubahan suasana hati yang bernama depresi pun tidak terhindarkan. Saat itu, selama 3 hari saya mengurung diri di kamar, tidak makan bahkan tidak mandi. Sampai sakit. Ibu saya bahkan tidak tahu, atau lebih tepat tidak peduli. Anak laki-laki saya yang nomor dua lah yang peduli pada saya. Mengambilkan makan, mengambilkan minum untuk saya, sambil tangan kecilnya memijit tangan dan kaki saya. Walaupun tidak sempurna seperti anak dewasa, karena usianya baru 8 tahun. 

Tangan kecil itulah yang memberikan energi positif yang sangat besar. Di tengah kelabilan mental, menumbuhkan rasa percaya bahwa Tuhan selalu ada dan Dia lah yang mengatur kehidupan. Percaya akan takdir dan kebaikan yang akan ditimbulkan, mengundang energi positif dalam diri. 

Beberapa energi positif harus ditumbuhkan ketika kita mengalami perubahan suasana hati. Salah satu caranya yakni dengan mensugesti diri sendiri dengan sugesti yang positif. Katakan pada diri sendiri, kalau aku bisa, aku pasti bisa. 

Saat terpuruk dan mental mulai sakit, bangkitlah. Cari energi positif disekitar kita. Teman yang baik, yang bisa menasehati, saudara yang lama tidak bertemu, berkumpul dalam suatu majlis dengan orang-orang yang menimbulkan energi positif, atau melakukan kegiatan positif lainnya.

Ingatlah, jika ingin sembuh dari keterpurukan mental, maka yang harus dilakukan adalah menyembuhkannya. Mental yang terpuruk mengandung energi negatif, untuk dapat sembuh makan harus menggantikan energi negatif tersebut dengan energi positif. Lalu sesuai dengan teori magnet, energi yang positif akan menarik energi positif lainnya. 

Sehatkan mental dengan energi positif. Berpikir positif, melakukan kegiatan positif, dan dapatkan hasil yang baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun