Mohon tunggu...
Eny Choi
Eny Choi Mohon Tunggu... Relawan - Ganbatte Bushido

Social Worker, Community Development

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pangeran Virtual

9 Juni 2020   21:37 Diperbarui: 9 Juni 2020   21:29 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah Mas Rama. Ada apa pagi-pagi sudah telepon?"

"Haduch iya ini gara-gara kangen kamu jadi terbawa suasana. Hehehe gini sayang kemarin kan aku bilang mengurus kepindahanku ke Kediri. Mumpung lagi ada mutasi besar-besaran. Ya tahulah segala sesuatu sekarang itu tidak mulus-mulus saja. Harus pakai pelicin. Paham kan?"

"Iya Mas Rama. Hari gini juga. Apalagi ini mutasi antar propinsi." Jawabku cepat.

"Nah itulah, pinter kamu sayang. Kemarin aku sudah transfer ternyata Masih kurang limabelas juta rupiah. Aku diberi waktu sehari untuk melunasinya. Kalau tidak hilang sudah kesempatanku untuk bisa ikut mutasi kali ini sayang. Aku bingung, aku panik. Aku sudah habis uang banyak ini sayang." Keluh Mas Rama.

Aku kaget namun segera berpikir cepat apa yang bisa aku lakukan untuk membantu Mas Ramaku ini agar bisa segera mutasi dengan melunasi tanggungan Mas Rama. Aku ada tabungan sepuluh juta tinggal mencari uang yang lima juta.

"Ehm...aku ada Mas tabungan sepuluh juta. Sebentar aku nanti cari pinjaman yang lima juta kalau tidak ke orangtua ya ke temanku." Jawabku menenangkan Mas Rama supaya tidak panik.

"Aduh sayang terimakasih banyak ya... tapi... jangan ke orangtua dong...kan malu sayang. Masak aku mau melamar kamu eh sudah hutang duluan. Janganlah kalau ke orangtua. Please ya cantik? Janji dah ini aku cuma pinjam sayang. Ketika sudah sampai Kediri nanti aku ganti sekalian aku datang melamarmu."

Betul juga apa kata Mas Rama. Tentu kurang tepat rasanya kalau aku pinjam orangtua, apa kata dunia. Bisa-bisa nanti  Mas Rama bakal mendapat kesan kurang bagus dari orangtua. Apalagi kalau sama kunyuk Dudi jadi bahan ledekan. Ampun dah ogah aku menghadapi mulut nyinyir Dudi.

"Baiklah Mas. Nanti aku pinjam teman saja." Jawabku pelan takut terdengar orang rumah.

"Alhamdulillah terimakasih ya cantik. Eh nanti jangan sampai pukul tiga ya... Deadline jam 3 sore cantik. Kalau lewat itu sia-sialah sudah usahaku, dan uangku yang Masuk juga bakal hangus. Ini hanya pinjam saja kok. " Jelas Mas Rama.

"Iya Mas Rama. Sudah tenang saja. Paling juga tidak lama aku nanti sudah transfer. Ada beberapa teman yang baik dan seperti saudara denganku. Kecil itu. Sudah ditutup dulu ya telponny,  aku mau menelepon teman-temanku supaya segera dapat pinjaman yang lima juta itu." Jawabku cepat karena aku juga gambling nanti teman-teman apakah ada yang bisa memberi pinjaman padaku dengan segera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun