Sebagian besar siswa SMA menginginkan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri dan punya kampus idaman yang mati-matian diperjuangkan untuk dituju.
Hari pengumuman SNMPTN dan SBMPTN seolah menjadi hari keputusan masa depan mereka.
Tidak beda dengan anak-anaknya, orangtuanyapun berambisi untuk anak-anaknya masuk Perguruan Tinggi Negeri. Kalau ditanya ke saya kenapa? Salah satunya adalah prestise.
Karena melenggang ke Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur Seleksi persaingannya tidak main-main, bersaing dengan siswa kelas 12 dari seluruh Indonesia.
Mari kita lihat hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) selama 3 tahun terakhir
SNMPTN
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Negeri (SNMPTN) adalah seleksi berdasarkan raport 5 semester, kelas 10 sampai dengan kelas 12. Mari kita lihat data 3 tahun terakhir hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTM)
- 2020 hanya 19,74 % yang lolos
- 2021 hanya 18,56 % yang lolos
- 2022 hanya 20 % yang lolos
SBMPTN
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Ini lebih ngeri lagi, anak saya bilang tes SBMPTN cabenya 99, Ujian Negara cabenya 1 saja. Betapa pedasnya soal-soal ujian SBMPTN. Mari kita lihat hasil SBMPTN 3 tahun terakhir.
- 2020 hanya lulus 23,87 %
- 2021 hanya lulus 22,21 %
- 2022 hanya lulus 24%
Bagaimana yang tidak berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui SBMPTN dan SNMPTN? Masih ada 1 jalur lagi, namanya Jalur Mandiri.
Jalur Mandiri ini yang sekarang sendang disoroti karena kasus ditetapkannya Rektor Universitas Lampung sebagai tersangka atas kasus penyuapan pada proses Seleksi Mandiri Masuk Universitas Lampung . KPK menyebut oknum bersangkutan mematok harga mulai dari Rp 100 juta hingga Rp 350 juta per mahasiswa agar dapat lulus seleksi jalur Mandiri.
Sebagaimana diketahui masing-masing Perguruan Tinggi Negeri (PTN) punya quota untuk masuk melalui jalur mandiri, UI punya SIMAK, UGM punya UTUL, ITS punya SMIT, ITB punya SM-ITB, UNDIP punya PMB, UNPAD punya SMUP.
Tidak bisa semuanya dipukul rata seperti pada kasus Universitas Lampung, contoh pada jalur mandiri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Seleksi Masuk ITS (SMIT), dengan terbuka memberi informasi mengenai Biaya Pendidikan Seleksi Kemitraan dan Mandiri Program Sarjana.Â
Disebutkan berapa banyak daya tampung jalur Mandiri, berapa biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal), berapa biaya pengembangan institusi yang jumlahnya beragam, tahun 2022 paling tinggi disebutkan 75 juta Rupiah.
Dengan adanya kasus UNILA tersebut memang sangat berpengaruh pada PTN lainnya. Selayaknya uang yang masuk melalui jalur mandiri hendaknya dikelola untuk PTN dan mahasiswa. Bagi perkembangan mahasiswa sebagai contohnya untuk membiaya pertukaran mahasiswa ke luar negeri, membiayai penelitian-penelitian dan lain-lain.
Namun begitu hendaknya daya tampung jalur mandiri bisa dikurangi, alihkan quotanya ke jalur SBMPTN, atau jalur prestasi lainnya.
Lalu bagaimana bila tidak berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri Jalur manapun?
Dengar ya Nak, saya kutip dari tulisan mas Rizky Syaiful 2013 lalu, kurang lebih isinya begini:
Kuliah S1 cuma 4 tahun. Karir hidupmu bisa lebih dari 50 tahun. Dan, relatif, juga pada kebanyakan kasus, tapi tidak terlau signifikan, lebih dari 50 tahun itu dipengaruhi oleh di mana kamu 4 tahun itu berada. Posisi di empat tahun itu memang agak sedikit berpengaruh pada kondisi kamu di tahun ke lima. Tapi nasib kamu di tahun ke enam, sampai tahun lebih dari 50, semua ada ditangan kamu, Kampus manapun, kamu punya peluang yang mendekati sama untuk sukses.
Poinnya, di mana pun kamu berkuliah (swasta ataupun negeri), semua sama-sama punya peluang sukses di masa depan. Semuanya tergantung dirimu bagaimana mempertajam kamampuanmu pada tahun berikutnya, yang pada akhirnya itulah yang menentukan kesuksesan kamu di masa depan, bukan tergantung dari kampus mana kamu lulus.
Kemudian bagaimana dengan anak-anak yang kurang beruntung, tidak bisa kuliah?
Okay, kamu juga sama-sama punya peluang untuk sukses. Asalkan perbaiki kualitas diri, bekerja dari nol, ambil setiap peluang yang ada, dalam hal ini bila kamu mendapat pekerjaan apapun, ambil, asalkan halal, belajar hidup dari situ, hitung-hitung kamu mencuri start, di mana yang lain masih kuliah, kamu sudah bekerja.Â
Lahap semua ilmu yg ada ditempat kamu bekerja. Jangan terpaku di satu tempat kerja, cari peluang untuk lompat ke tempat yang lebih baik dan prospeknya baik. Ketika uangmu cukup, kamu bisa mendaftar di universitas terbuka atau universitas manapun yang memungkinkan kamu untuk bekerja sambil kuliah.
4 tahun temanmu kuliah, 4 tahun kamu belajar hidup, dan bukan tidak mungkin kamu bisa menyalip mereka, asalkan kamu tekun, jujur dan sungguh-sungguh.
Allah menghargai setiap usaha dan jerih payah yang kita keluarkan. Hasil baik yang akan kamu dapat kelak, adalah penghargaan Allah atas usahamu tersebut.
Semangat ya Nak!
Siapapun kamu, kaya atau miskin, kamu berhak sukses!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H