Selesai dari toilet kami langsung antri beli tiket.
Ketika saya buka tas saya... eng ing eng... amplop itu tidak ada, hilang!. Saya tanya keteman tersebut (si pengutang yang tadi saya titipin tas), jawabnya :
"Ga tau, kecopetan kali kamu"
"Ya nggak lah, gue ambil tissue sebelum masuk ruang wc, dan amplop itu masih ada"
Memang satu-satunya orang yang patut dicurigai ya dia itu.
Dia yang saya titipin tas saya. Tapi saya saat itu ga percaya, terheran-heran sama teman ini. Masa' sih? Semanis itu sikapnya pada saya, seakrab itu dia berteman sama saya? Masa' sih?
Berbulan-bulan kemudian saya baru yakin dialah pencurinya, setelah sekian bulan saya bekerja disitu saya mempelajari sikapnya, ternyata culas dan penuh tipu-tipu, dan banyak kasus keuangan dengan pihak luar.
Hhhhuuuuuhhhh... kesal.
Tapi hey, saya kan ga tau kejadian selanjutnya bagaimana, seperti juga kisah nabi Musa diatas.
Flashback, jumlah uang yang hilang sejumlah tiga kali gaji saya. Dan saya sudah tiga bulan bekerja diperusahaan itu belum juga menunaikan janji saya memberi gaji pertama ke fakir miskin dan anak yatim.
Mungkin saja teman (si pencuri itu) kemudian tidak sengaja juga menjatuhkan amplop berisi uang yang dicuri dari tas saya, entah disuatu tempat.