Mohon tunggu...
Fitrayanti At Maladi
Fitrayanti At Maladi Mohon Tunggu... lainnya -

aku ingin tulisan ku suatu hari nanti dapat di filmkan menjadi film dunia yang terkenal, suatu hayalan yang semoga saja dapat tercapai pada suatu saat nanti

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apa Salah Jilbab Saya?

2 Mei 2012   09:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:50 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13359484301284099324

(gambar nyomot dari google)

Lagi...

Yah kenapa lagi, baru-baru ini sekitar bulan April saya mendapat panggilan dari sebuah rumah sakit di daerah tambun.

Saya datang tepat waktu.

Penerimaan mereka pada calon karyawan pada awalnya cukup baik, setelah mengisi absen di ruang tunggu kami pun menjalani test.

Hari itu ada 4 kandidat, 3 wanita dan seorang pria. Kami diterima oleh seorang ibu paruh baya, di sebuah ruangan semacam ruang rapat yang dengan ukuran sedang, di dalamnya berjejer kursi lipat mahasiswa, dan sebuah meja, ada juga whiteboard. Kami semua pun di bagikan 3 jenis tes yang rata-rata semuanya lebih di tekankan kepada hitungan matematika setelah sebelumnya mengisi form biodata.

Setelah menjalani kesemua tes untuk hasil ditunda, karena pada hari itu hari jumat maka setelah shalat jumat akan ada temu lagi, mungkin semacam wawancara ringan, kecuali satu wanita yang pada hari Seninnya langsung di suruh datang lagi pukul 09.00 pagi. Aku dan seorang teman menunggu di kantin, dan berceritalah si ibu kantin kalau semua pekerja disini tidak diperbolehkan menggunakan jilbab kecuali bagian customer service itupun 1 orang karena pihak rumah sakit mendapatkan dari sebuah outsourcing.

deg deg deg deg deg...

Sudah lumayan lama di tunggu akhirnya tiba juga, kini kami tinggal bertiga bertemu lagi dengan ibu paruh baya tersebut kami di bawa ke lantai yang berbeda dan menemui bapak bagian rekam medis. Sepanjang menuju jalan dan naik lift aku sempat memperhatikan ID card yang dikenakan si ibu paruh baya tersebut berkacamata dan menggunakan jilbab rapat.

Laki-laki dulu yang dipanggil, ada jedah waktu berbincang dengannya mengenai apa yang di bicarakan karena ada pasien yang sedang menemui si bapak di ruangan tersbut. Pria tersebut bercerita dia di suruh datang hari senin pukul 09.00 sama seperti wanita yang pertama tadi.

dan...

Kini giliran saya masuk. cukup sempit ruangan tersebut, ada 3 buah meja dan banku yang bersilang, dan di masing-masing meja bertumpuk berkas juga kertas-kertas lumayan banyak.

aneh pertanyaan si Bapak, saya ditanyakan kapan menikah, berikut tanggalnya dan berpesan jangan sampai lupa tanggal pernikahan karena bisa gawat!!

Terus dia bertanya lagi tentang anak saya, tidak cukup banyak pertanyaan tentang anak saya.

Dia juga menyinggung tentang saudari saya yang nama hampir serupa "kalian tidak kembarkan" sayang tebakannya salah, saya kembar.

Setelah itu dia menyinggung soal gaji, dia bilang kenapa saya tulis standard perusahaan, yah saya menjelaskan takut perusahaan tidak sanggup membayar sesuai UMR maka saya tulis seperti itu. Yah memang tidak UMR, saya bilang tidak apa, Kalau kecil? Tidak apa juga asal cukup, Kalau tidak cukup? Saya cukup-cukupkan, saya hanya membantu suami mencari tambahan.

Dan si Bapak bertingkah salah tingkah, menggosokan tangannya, membenarkan posisi duduknya berkali-kali sambil bilang "gimana yah" persis orang yang gugup ingin menyatakan cintanya...

Dan akhirnya ingatan saya kembali ke kantin, omongan ibu kantin, perjalanan di lift, juga ID card si ibu paruh baya.

OH MY GOD!!!

Saya lah akhirnya yang membuka percakapan kembali karena si Bapak tidak juga bicara, "kenapa pak? jilbab saya yah". Si Bapak menjelaskan pada akhirnya dengan perasaan yang bersalah, salah tingkah juga mimik muka sedih.

Dengan penuh sopan saya menjelaskan saya mengerti dan ini bukan yang pertama kali jadi tidak terlalu menyakitkan, saya menyalaminya dan keluar dengan perasaan hancur.

Sebelum melanjutkan perjalanan pulang saya sempat menelfon suami dan menjelaskan, di dalam angkot saya seperti orang hilang arah, kecewa berat dan kadang mata saya berkaca-kaca.

Saya bukan kalangan medis, bekerja di balik customer kenapa salah dengan jilbab saya?

Bukankah pasien juga banyak yang menggunakan Jilbab?

Bukan juga berhubungan dengan entertaiment dan tidak masuk TV kenapa tidak boleh pake jilbab?

Dan harusnya sebelum melakukan serangkaian test yang memberatkan di beritahu dulu syaratnya, jadi usaha yang saya lakukan tidaklah sia-sia.

Dan, bukankah CV yang saya ajukan jelas, dengan foto terbaru 4x6 pula itu menggunakan jilbab?? Kenapa harus dipanggil?

Dan pasti mereka juga mendapat perputaran uang mereka lebih banyak dari orang-orang yang mnggunakan jilbab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun