Mohon tunggu...
Retno Kusumawati
Retno Kusumawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - hanya manusia biasa

Penyuka Novel dan Komik yang lahir di Jakarta, 23 Maret 2004

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurikulum Merdeka itu Liberasisasi Belajar atau Liberasisasi Kebodohan?

29 Oktober 2024   18:11 Diperbarui: 29 Oktober 2024   18:12 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena banyaknya siswa SMP yang kekurangan pengetahuan umum di tengah penerapan Kurikulum Merdeka menjadi sorotan serius. Viral di media sosial, eksperimen sederhana menunjukkan bahwa banyak siswa yang kesulitan menjawab pertanyaan dasar tentang sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan. Lantas, apakah Kurikulum Merdeka yang digadang-gadang sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, justru menciptakan generasi yang minim pengetahuan umum?

Beberapa pihak menilai bahwa Kurikulum Merdeka terlalu menekankan pada keterampilan berpikir kritis dan kreatif, sehingga mengorbankan penguasaan materi dasar.

Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden, bahkan secara terang-terangan mengkritik kriteria ini, dengan menyebut menyebut "merdeka apanya, belajar juga tidak."

Kritik serupa juga datang dari para ahli pendidikan. Martadi, Wakil Rektor IV Universitas Negeri Surabaya, menyatakan bahwa minimnya pengetahuan umum siswa bisa jadi akibat dari kurangnya pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran.

Data empiris mendukung anggapan bahwa pengetahuan umum siswa Indonesia memang memprihatinkan. Survei PISA (Programme for International Student Assessment) secara konsisten menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia dalam literasi baca, matematika, dan sains berada di bawah rata-rata negara OECD. HASIL penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 baru-baru ini diumumkan pada 5 Desember 2023, dan Indonesia berada di peringkat 68 dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371). Hal ini menunjukkan adanya masalah mendasar dalam sistem pendidikan kita.

Teori konstruktivisme Piaget, yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh individu melalui interaksi dengan lingkungan, relevan untuk memahami fenomena ini. Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pembelajaran aktif dan berpusat pada siswa sejalan dengan teori ini. Namun jika tidak diimbangi dengan pemberian materi dasar yang cukup, siswa akan kesulitan membangun pengetahuan yang komprehensif.

Kemungkinan terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap minimalnya pengetahuan umum siswa di tengah penerapan Kurikulum Merdeka, seperti fokus yang berlebihan pada keterampilan berpikir kritis dan kreatif, yang mengabaikan penguasaan materi dasar yang penting sebagai fondasi. Tanpa pengawasan yang ketat, guru mungkin lebih leluasa dalam memilih materi pelajaran, yang berpotensi mengabaikan materi-materi penting. Selain itu, kualitas guru juga menjadi faktor penting, karena tidak semua guru siap menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurangnya pelatihan dan pengembangan profesional dapat menghambat efektivitas pembelajaran. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menunjukkan bahwa hanya 30% sekolah yang telah mengintegrasikan metode pembelajaran inovatif ini.

Solusi Mengatasi Minimnya Pengetahuan Umum Siswa

Untuk mengatasi permasalahan minimnya pengetahuan umum siswa di tengah implementasi Kurikulum Merdeka, dibutuhkan langkah-langkah komprehensif. Pertama, evaluasi menyeluruh terhadap kurikulum perlu dilakukan, terutama dalam hal porsi materi pengetahuan umum yang harus dikuasai siswa. Kedua, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan intensif akan sangat membantu dalam menyampaikan materi pengetahuan umum secara efektif dan menarik. Ketiga, pengayaan materi pembelajaran dengan mengintegrasikan pengetahuan umum ke dalam berbagai mata pelajaran akan memberikan pemahaman yang lebih holistik bagi siswa. Selain itu, pemanfaatan teknologi dapat membuka akses yang lebih luas terhadap informasi dan sumber belajar berkualitas. Penguatan budaya membaca sejak dini juga penting untuk memperluas wawasan siswa. Terakhir, kolaborasi dengan masyarakat, terutama para ahli di berbagai bidang, dapat memperkaya proses pembelajaran.

Perbandingan dengan Sistem Pendidikan Negara Lain

Jika kita melihat praktik pendidikan di negara-negara seperti Finlandia dan Singapura, terdapat beberapa pelajaran berharga yang dapat diambil. Finlandia menekankan pada pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa, di mana guru memiliki fleksibilitas dalam merancang pembelajaran namun tetap terikat pada standar kompetensi tertentu. Sementara itu, Singapura memiliki kurikulum yang terstruktur dengan baik dan evaluasi yang ketat, memastikan siswa menguasai materi dasar dengan solid sebelum melanjutkan ke materi yang lebih kompleks. Kedua negara ini menunjukkan bahwa keseimbangan antara pengembangan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan materi dasar merupakan kunci keberhasilan.

Dampak Jangka Panjang Minimnya Pengetahuan Umum

Minimnya pengetahuan umum siswa akan berdampak signifikan terhadap masa depan bangsa. Kualitas sumber daya manusia yang rendah akan menghambat daya saing negara di era global. Selain itu, kesulitan dalam berpikir kreatif dan inovatif akan menghambat kemajuan di berbagai bidang. Terlebih lagi, kemiskinan intelektual yang diakibatkan oleh minimnya pengetahuan umum akan berdampak pada kualitas hidup individu dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan pengetahuan umum siswa harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan pendidikan nasional.

Kesimpulan

Tantangan utama yang dihadapi oleh penerapan Kurikulum Merdeka adalah kurangnya pengetahuan umum di kalangan siswa, yang diperparah oleh fokus yang berlebihan pada keterampilan berpikir kritis dan kreatif serta kurangnya penguasaan materi dasar. Kritik dari berbagai pihak, termasuk Jusuf Kalla dan para ahli pendidikan, menyoroti kelemahan ini, sementara data PISA menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia berada di bawah rata-rata. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan evaluasi kurikulum yang menyeluruh, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan intensif, pengayaan materi pembelajaran, pemanfaatan teknologi, penguatan budaya membaca, dan kolaborasi dengan masyarakat. Studi perbandingan dengan negara seperti Finlandia dan Singapura menunjukkan bahwa keseimbangan antara pengembangan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan materi dasar sangat penting. Tanpa pengetahuan umum yang kuat, siswa akan kesulitan dalam berpikir kreatif, berinovasi, dan berkontribusi pada kemajuan bangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan pengetahuan umum harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan pendidikan nasional.

Daftar Pustaka

Berita Satu. (2023, October 29). Jusuf Kalla kritik kurikulum pendidikan di era Nadiem: Apa merdekanya? https://www.beritasatu.com/nasional/2840834/jusuf-kalla-kritik-kurikulum-pendidikan-di-era-nadiem-apa-merdekanya

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). (2022). Kurikulum Merdeka: Jadi Jawaban untuk Atasi Krisis Pembelajaran. https://bpmplampung.kemdikbud.go.id/detailpost/kurikulum-merdeka-jadi-jawaban-untuk-atasi-krisis-pembelajaran

Media Indonesia. (2023). Hasil PISA 2022: Refleksi mutu pendidikan nasional 2023. https://mediaindonesia.com/opini/638003/hasil-pisa-2022-refleksi-mutu-pendidikan-nasional-2023

OECD. (2018). PISA 2018 Results: What Students Know and Can Do. Paris: OECD Publishing. https://doi.org/10.1787/5f07c754-en

Prahastina, L., Indriayu, M., & Matsuri. (2024). Implementation of the Merdeka Curriculum and its Impact on Effective Learning Achievement in Elementary School. Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series, 7(3). https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/viewFile/84306/44077

Wahyudin, W., Lisdiana, K., Solehuddin, A. A., & Fatmawati, E. (2024). Kurikulum Merdeka: Solution or causation of students' lack of soft skills?. Inovasi Kurikulum, 21(4), 1825-1846. https://ejournal.upi.edu/index.php/JIK/article/view/71267

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun