Mohon tunggu...
Retno Kusumawati
Retno Kusumawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - hanya manusia biasa

Penyuka Novel dan Komik yang lahir di Jakarta, 23 Maret 2004

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurikulum Merdeka itu Liberasisasi Belajar atau Liberasisasi Kebodohan?

29 Oktober 2024   18:11 Diperbarui: 29 Oktober 2024   18:12 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita melihat praktik pendidikan di negara-negara seperti Finlandia dan Singapura, terdapat beberapa pelajaran berharga yang dapat diambil. Finlandia menekankan pada pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa, di mana guru memiliki fleksibilitas dalam merancang pembelajaran namun tetap terikat pada standar kompetensi tertentu. Sementara itu, Singapura memiliki kurikulum yang terstruktur dengan baik dan evaluasi yang ketat, memastikan siswa menguasai materi dasar dengan solid sebelum melanjutkan ke materi yang lebih kompleks. Kedua negara ini menunjukkan bahwa keseimbangan antara pengembangan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan materi dasar merupakan kunci keberhasilan.

Dampak Jangka Panjang Minimnya Pengetahuan Umum

Minimnya pengetahuan umum siswa akan berdampak signifikan terhadap masa depan bangsa. Kualitas sumber daya manusia yang rendah akan menghambat daya saing negara di era global. Selain itu, kesulitan dalam berpikir kreatif dan inovatif akan menghambat kemajuan di berbagai bidang. Terlebih lagi, kemiskinan intelektual yang diakibatkan oleh minimnya pengetahuan umum akan berdampak pada kualitas hidup individu dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan pengetahuan umum siswa harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan pendidikan nasional.

Kesimpulan

Tantangan utama yang dihadapi oleh penerapan Kurikulum Merdeka adalah kurangnya pengetahuan umum di kalangan siswa, yang diperparah oleh fokus yang berlebihan pada keterampilan berpikir kritis dan kreatif serta kurangnya penguasaan materi dasar. Kritik dari berbagai pihak, termasuk Jusuf Kalla dan para ahli pendidikan, menyoroti kelemahan ini, sementara data PISA menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia berada di bawah rata-rata. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan evaluasi kurikulum yang menyeluruh, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan intensif, pengayaan materi pembelajaran, pemanfaatan teknologi, penguatan budaya membaca, dan kolaborasi dengan masyarakat. Studi perbandingan dengan negara seperti Finlandia dan Singapura menunjukkan bahwa keseimbangan antara pengembangan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan materi dasar sangat penting. Tanpa pengetahuan umum yang kuat, siswa akan kesulitan dalam berpikir kreatif, berinovasi, dan berkontribusi pada kemajuan bangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan pengetahuan umum harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan pendidikan nasional.

Daftar Pustaka

Berita Satu. (2023, October 29). Jusuf Kalla kritik kurikulum pendidikan di era Nadiem: Apa merdekanya? https://www.beritasatu.com/nasional/2840834/jusuf-kalla-kritik-kurikulum-pendidikan-di-era-nadiem-apa-merdekanya

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). (2022). Kurikulum Merdeka: Jadi Jawaban untuk Atasi Krisis Pembelajaran. https://bpmplampung.kemdikbud.go.id/detailpost/kurikulum-merdeka-jadi-jawaban-untuk-atasi-krisis-pembelajaran

Media Indonesia. (2023). Hasil PISA 2022: Refleksi mutu pendidikan nasional 2023. https://mediaindonesia.com/opini/638003/hasil-pisa-2022-refleksi-mutu-pendidikan-nasional-2023

OECD. (2018). PISA 2018 Results: What Students Know and Can Do. Paris: OECD Publishing. https://doi.org/10.1787/5f07c754-en

Prahastina, L., Indriayu, M., & Matsuri. (2024). Implementation of the Merdeka Curriculum and its Impact on Effective Learning Achievement in Elementary School. Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series, 7(3). https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/viewFile/84306/44077

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun