Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memaafkan Sekaligus Melupakan? Ternyata Tidak Semudah Itu

14 Agustus 2024   16:39 Diperbarui: 14 Agustus 2024   16:45 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah memaafkan tapi sangat susah melupakan? Saya yakin, kamu tak sendiri.

Jujur, saya juga mengalaminya dan susah banget disembuhkan.Tapi tentu tetap harus diusahakan. Demi apa? salah satunya demi kesehatan mental sendiri. 

Ceritanya sebenarnya berawal dari pertemuan keluarga besar. Entah salahnya dimana, tiba-tiba ada salah satu anggota keluarga yang mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan saya. Omongan tersebut didengar banyak orang di pertemuan tersebut. Apesnya lagi, omongan tersebut disambut dan ditambahin oleh saudara yang lain.

Meskipun pembicaraannya di depan mata -- bukan gosip di belakang -- ucapan tersebut sangat membekas. Apalagi di kemudian hari , cerita ini masih dibahas oleh keluarga yang lain. 

Bahkan yang tidak hadir di pertemuan keluarga besar tersebutpun jadi tahu kejadiannya. Mungkin cerita dari mulut ke mulut. Sungguh membuat trauma berkepanjangan terutama karena ada rasa malu sudah jadi perbincangan, walaupun sebenarnya ucapannya tersebut tidak benar adanya.

***

Apakah ada niat balas dendam setelah peristiwa hari itu? Tentu sama sekali tidak ada. 

Saya hanya mengambil sedikit jarak dengan sang " penyebar berita" tidak benar. Tidak ada kontak fisik maupun kontak secara online selama kurang lebih dua tahun- an. Nomer WA mereka juga sempat saya block saat itu.

Hidup selanjutnya memang berjalan seperti biasa saja. Dan jauh di lubuk hati terdalam, sebenarnya sudah memaafkan juga. Ini terutama karena mendapat nasehat dari suami juga agar dimaafkan saja walau tentu tak mudah.

Saya juga akhirnya bisa menganggap ini bagian dari kekhilafan mereka sebagai manusia. 

Kemudian juga sempat merefleksi diri, melihat lagi permasalahan ini dari berbagai sisi sembari mengingat kembali kekurangan diri. Yang tak luput saya ingat, mereka juga mempunyai sejumlah kebaikan kepada keluarga saya bahkan betahun-tahun selama kami saling mengenal. 

Artinya kesalahan satu kali -- walau fatal -- masih tak sebanding dengan banyaknya kebaikan yang mereka sudah lakukan selama ini

Sudah memaafkan? Jawabnya iya. Tapi untuk melupakan kejadian tersebut memang rasa-rasanya tidak mungkin. Walau jarang-jarang, orang-orang tersebut masih akan ketemu. Namanya juga masih saudara. hehe

AKUI PERASAAN SENDIRI

Apakah mungkin memafkan sekaligus melupakan? mungkin bisa saja bagi sebagian orang tapi tidak bagi sebagian yang lain. Mengapa? karena dua hal ini sangat berbeda dan agak susah disatukan.

Memaafkan bisa dikatakan sebuah proses yang ada pada diri sendiri untuk secara sadar melepaskan segala amarah dan dendam yang ada dan melapangkan hati. Sedangkan melupakan lain lagi. Dalam melupakan ada proses menghilangkan sebuah ingatan, yang tentu saja tidak mudah. Yang jelas butuh waktu juga. 

Mungkin agak sulit memaafkan sekaligus melupakan. Apalagi dalam waktu singkat.Tapi yang jelas sebenarnya kita bisa mengurangi beberapa dampak emosional yang bisa berupa trauma yang mendalam.

Apa saja yang bisa dilakukan? paling tidak ada beberapa hal

* Tidak perlu dilupakan, akui perasaan sendiri

Berani mengakui bahwa ada perasaan terluka. Memang luka bisa disembuhkan tapi tetap butuh waktu. Memaafkan juga butuh waktu apalagi bila harus melupakan kejadiannya.jadi tidak perlu dipaksa-paksakan secepatnya.

* Refleksi diri

Tidak hanya menyalahkan orang tersebut. Ada baiknya mulai refleksi diri siapa tau ada bagian dalam diri kita yang memang salah. Belajar juga melihat dari perspektif orang yang menyakitu. Mungkin ada faktor pendorong sehingga mereka bisa sampai melakukan hal itu kepadamu?

* Berbicara dengan orang yang tepat

Mungkin pasangan ,teman dekat, orang tua, saudara kandung atau siapa saja yang terasa dekat.Mungkin ini bisa membantu untuk mencari perspektif yang berbeda sekaligus menenangkan karena sudah bercerita.

* Menuliskannya

Jangan meremehkan soal menuliskan perasaan sehingga pada akhirnya sampai pada titik bisa memaafkan. Boleh dicoba ditulis di dalam diary, journaling atau apa saja media yang memungkinkan. Tapi hindari curhat di medsos tentunya.

* Beri jeda diri

Jeda untuk menjauh dulu dari orang yang menyakiti atau jeda untuk berpikir sejenak dari permasalahan tersebut. Tidak perlu dipikirkan terus-terusan kan? Memaafkan akan datang ketika waktunya sudah tepat, kok.

* Berserah pada-Nya

Ini sebenarnya kunci dari semuanya. Suatu masalah tidak akan terjadi tanpa kehendak-Nya. Ikhlaskan dan lepaskan pelan-pelan. sambil terus berprasangka baik pada-Nya. Siapa tau berbagai permasalahan ini memang membuat diri kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya.

Memaafkan dan melupakan tentu saja perjalanan pribadi.Setiap orang ada prosesnya. Namun tentu harus tetap diupayakan. Demi banyak hal dimasa depan. Baik menjaga hubungan baik maupun demi ketentraman diri sendiri.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun