Anak-anak juga tidak full day school seperti kebanyakan sekolah swasta. Untuk ikut ekskul-pun biayanya cukup terjangkau bila bersekolah di negeri. Ini berbanding terbalik dengan sekolah swasta yang bisa dikatakan "sedikit-sedikit uang" karena memang mereka dituntut mandiri dalam pembiyaan.
Namun dibalik kelebihannya tersebut ada berbagai kekurangan sekolah negeri. Antara lain guru-gurunya yang terlalu sibuk (barangkali sibuk soal administasi yang memang diwajibkan dinas pendidikan) sampai fasilitas sekolah standar saja.
Mengapa Sekolah Negeri Mulai Ditinggalkan?Â
Bila begitu banyak kelebihan sekolah negeri seperti yang dijelaskan diatas, pertanyaannya kenapa sekolah negeri mulai ditinggalkan? Mengapa banyak sekolah negeri yang kekurangan murid?
Untuk konteks di Kalimantan Selatan ada beberapa hal yang saya amati, khususnya dalam beberapa tahun terakhir.
* Banyak orangtua lebih tertarik ke sekolah berbasis agama
Karena agama mayoritas masyarakat Kalsel adalah Islam, banyak orangtua yang lebih tertarik menyekolahkan anaknya ke sekolah Islam atau malah ke pondok pesantren. Dengan alasan, pelajaran agamanya tentu saja lebih banyak.Â
Tidak harus sekolah Islam mahal atau SDIT yang mahal, sekolah-sekolah seperti Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD), MTs dan MA mereka buru. Sekolah negeri untuk MIN, MTSN dan MAN juga tidak terdengar kekurangan murid. Yang kekurangan murid malah SDN,SMPN dan SMAN.
Intinya, mereka lebih suka anak-anaknya bersekolah di sekolah agama. Baik sekolah agama negeri ataupun swasta, bila memang tak tertampung di sekolah agama negeri.
* Sekolah swasta dianggap lebih profesional
Baik dari sisi tenaga pengajar maupun fasilitasnya. Belum lagi berbagai inovasi, misalnya ada ekskul tahfiz, yang cukup menarik buat para orangtua. Sekolah swasta intinya dianggap lebih profesional saja dibanding sekolah negeri.
*Malas ikut PPDB