Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur, social worker, suka baca, bersih2 rumah dan jalan pagi --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PPDB Jalur Ordal dan Jalur Mandiri Nyatanya Masih Ada

28 Juni 2024   12:29 Diperbarui: 30 Juni 2024   07:26 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak saya belum ikut PPDB SMP Negeri tahun ini, masih tahun depan. Namun mendengar cerita soal PPDB tahun ini rasa-rasanya memang nyali ciut duluan.

Dua tahun lalu,seorang teman mendaftarkan anaknya ke sebuah SMP Negeri di kota kami lewat jalur PPDB (penerimaan peserta didik baru). SMP negeri yang cukup favorit dan banyak jadi pilihan orang tua. 

Selain gedungnya bagus, letaknya juga strategis dan katanya banyak ekskul-ekskul menariknya. Awalnya pendaftaran online dilakukan di rumah namun titik rumahnya nggak sesuai dengan jalur zonasi. Terlalu jauh dari rumahnya.  Akhirnya,dengan terpaksa minta bantuan panitia PPDB di sekolah. Kebetulan lain pula, ternyata panitia tersebut dikenal oleh teman saya.

Dan ajaibnya, ketika di sekolah, titik rumah bisa dialihkan sedikit. Sehingga akhirnya pas saja dan bisa lulus di jalur zonasi. Ibaratnya, alamatnya digeser sedikit dari rumah aslinya. 

Kurang tahu sih, pada akhirnya memberi ucapan terima kasih berupa apa ke bapak panitia yang sudah menolong tersebut. Yang jelas ini PPDB jalur orang dalam (ordal).


Tahun ini kejadian tersebut berulang juga ke teman saya yang lain. Anaknya mau masuk lewat jalur zonasi PPDB sekolah negeri di sekolah yang sama. karena rumahnya terlalu jauh, tersingkirah dari jalur zonasi. Apalagi yang masuk jalur zonasi rata-rata yang jarak rumah dari sekolah hanya 800 meter maksimal, nggak nyampai 1 km. 

Tapi entah bagaimana caranya anak teman bisa " diselipkan" di jalur zonasi dengan mengubah titik rumah oleh salah satu panitia. Lagi-lagi rumahnya yang harusnya agak kedalam gang tiba-tiba diubah titiknya oleh panitia ke pinggir jalan raya sehingga memang masih masuk zonasi.

Kalau kasus yang pertama, tidak tahu ucapan terima kasih ke panitia dalam bentuk apa, kalau yang kasus kedua ini, jelas banget , disebutkan ada "sumbangan" yang harus dibayarkan. 

Walau kurang jelas sumbangannya buat siapa. Apa buat panitia atau untuk  sekolah. Bahkan menurut teman saya, ada surat perjanjian tandatangan diatas materai yang salah satu poinnya bahwa sumbangan yang diberikan tersebut bukan atas dasar pemaksaan tapi memang azas kesukarelaan.

Jalur" Mandiri "PPDB

Bila masuk kampus negeri ada jalur mandiri, itu sudah umum. Dan jalur ini memang salah satu jalur resmi masuk PTN di Indonesia. Biasanya masuk jalur mandiri bila memang tak tembus di jalur snbp (seleksi nasional bebasis prestasi) dan snbt (seleksi nasional berbasis tes).

Tapi bila ada PPDB dengan sebutan "jalur mandiri", memang agak membingungkan. Apalagi jalur PPDB yang diatur di Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no 1 tahun 2021 hanya ada 4 jalur.Yaitu jalur prestasi, jalur zonasi, jalur afirmasi (KIP) dan jalur perpindahan orang tua atau Wali atau anak guru/tenaga kependidikan.

Dan tidak ada yang namaya jalur mandiri.

Tapi jalur ini sangat populer di kalangan orang tua yang ingin memasukkan anaknya ke sebuah sekolah negeri. Memang tidak secra terbuka atau pengumumannya ada di website atau spanduk PPDB sekolah. tapi jalur ini memang nyata ada.

Biasanya jalur ini dibuka setelah daftar ulang 4 jalur resmi sudah selesai. menurut info teman saya yang anaknya yang ikut PPDB tahun ini, biasa sekolah memang ada kelas "tambahan" untuk yang jalur mandiri ini, bahkan bisa dua kelas disediakan. berapa biayanya? Tentu tidak murah juga.

Jalur ini bisa dikatakan "cukup resmi" karena memang sekolah ada rencana melakukan perbaikan fasilitas sekolah. Misalnya sebuah SMP negeri yang lain, dan cukup favorit juga, menurut info, sekolah bahkan "terang-terangan" mengumumkan ke orang tua membutuhkan dana 300 juta, salah satunya buat membangun lapangan basket agar lebih baik lagi.

Tentu bila ikut jalur ini, ada minimal sumbangan dan yang memberi sumbangan lebih banyak tentu diprioritaskan.   

Kurang tahu persisnya apakah jalur ini memang resmi atau kebijakan sekolah masing-masing. Tapi ini memperjelas, banyak cara masuk ke sekolah negeri, walaupun harus mengeluarkan sejumlah uang di awal, namun nantinya akan bebas SPP hingga lulus.Tentu ini berbeda bila menyekolahkan anak di sekolah swasta.

Mungkin biaya masuknya akan sama saja dengan " sumbangan" sekolah negeri tadi. Tetapi, sudah jadi pengetahuan bersama, nantinya di sekolah swasta akan ada spp bulanan, uang daftar ulang tiap tahunnya, uang paket buku tiap tahun, uang ekskul dan banyak jenis sumbangan lainnya. Jadi mungkin perumbangan beberapa orang tua, lebih baik membayar di awal agak mahal di sekolah negeri tetapi setelah itu minim biaya selanjutnya.

Pada akhirnya, sebagai orang tua yang kelak anaknya mungkin ikut PPDB sekolah negeri juga, berharap, PPDB kedepannya lebih transparan, panitianya lebih jujur dan berintegritas dan tentu fair, bebas dari titipan-titipan.

Tentu ini kalau kita ingin berharap generasi kedepan, menjadi generasi yang bisa diandalkan. Kalau seperti ini bagaimana bisa menjadi generasi yang baik kalau awal masuk sekolah yang semestinya tidak membayar di luar ketentuan, sudah ada bibit korupsi kecil-kecilan.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun