Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Mahasiswa Pascasarjana HES UIN Antasari , Writerpreneur, Social Worker, --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

UKT Mahal, Kelas Banyak Online dan Kuliah Kebutuhan Tersier?

20 Mei 2024   19:30 Diperbarui: 20 Mei 2024   19:33 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kuliah memang tidak cocok bagi yang miskin dan hidupnya kekurangan?

Pernyataan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) , melalui Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek, Prof. Tjitjik Tjahjandarie, yang mengatakan  bahwa pendidikan di perguruan tinggi bersifat tersier dan hanya ditujukan bagi lulusan SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah yang ingin mendalami lebih lanjut suatu ilmu cukup mengagetkan

"Tetapi dari sisi yang lain kita bisa melihat bahwa pendidikan ini adalah tersiery education. Jadi bukan wajib belajar," kata Prof. Tjitjik di Kantor Kemendikbud Ristek, Jakarta Selatan, Rabu (15/5/2024), seperti dirilis kompas.com.

Buat orang tua yang mati-matian mencari uang buat kuliah anaknya, tentu agak mencengangkan mendengar pernyataan ini. Kuliah tentu saat ini sudah bisa dikatakan kebutuhan pokok dan bukan lagi sebuah kemewahan. 

Walaupun secara teori, memang kebutuhan primer adalah pangan, sandang dan papan. Kemudian kebutuhan tersier berupa kendaran dan lainnya. Barulah kebutuhan tersier diatas kebutuhan primer dan sekunder tadi. Bagaimana dengan kuliah?

Zaman dulu barangkali memang sudah cukup dengan hanya tamat setingkat SMA/MA. Sudah sering mendengar tentu kita dari para orang tua kita, dimana mereka yang lulusan SPG (sekolah pendidikan guru) akhirnya bisa jadi guru PNS. Kemudian yang lulusan SMEA juga bisa bekerja dengan baik.

Namun sekarang, tampaknya susah bila hanya mengandalkan  Sekolah setingkat SMA/SMK/MA saja. Apalagi setelah lulus kuliah ingin mencaripekerjaan. Hampir semua perusahaan sudah mensyaratkan lulusan minimal D3 atau S! untuk bekerja di perusahaannya. Bahkan sekelas PT.KAI yang baru-baru ini membuka lowongan pekerjaan, mensyaraktkan bukan hanya lulusan S! tapi juga nilai TOEFL minimal 500 dan IPK minimal 3,5. Bisa dibayangkan tingginya persaingan di dunia pekerjaan saat ini.

Memang, lowongan CPNS / CASN masih membuka beberapa formasi untuk lulusan SMA?SMK sederajat namun porsinya kecil dan mungkin kalaupun lulus, golongannya yang terbawah dan mau nggak mau tetap harus melanjutkan kuliah bila ingin karirnya kelak meningkat. Minimal S1,bahkan kini hampir semua yang ingin meningkat karirnya di pemerintahan pasti sudah mengejar gelar S2.

BUAT APA SEBENARNYA KULIAH?

Seperti dikutip dari kompas.com, Prof. Tjitjik menjelaskan, karena pendidikan tinggi termasuk tersiery education, maka pendanaan pemerintah lebih difokuskan untuk membantu program pendidikan wajib belajar sembilan tahun. Sementara perguruan tinggi dibantu melalui dana bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN) yang besarannya belum menutupi keseluruhan biaya kuliah. Oleh karena itu, pemerintah masih memerlukan bantuan dana untuk bergotong royong memajukan Indonesia melalui penghasilan sumber daya manusia unggul dari perguruan tinggi. (kompas.com)

Artinya memang kuliah kurang menjadi prioritas pemerintah untuk soal pendidikan.

Padahal kuliah sebenarnya sangat banyak manfaatnya dan tidak sekedar untuk mencari pekerjaan saja. Dengan kuliah juga akan menambah pengetahuan dan keterampilan yang kelak dibutuhkan di kehidupan pekerjaan atau di masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun