Mengawali hari pertama di bulan Desember, dengan berandai-andai. Walaupun kita semua tahu, hidup memang sebaiknya tak banyak berandai-andai berlebihan.
 " Ingin memperbaiki semua kesalahan bahkan dosa-dosa yang pernah ku buat, memperbaiki perlakuan ke orang tua dan orang-orang terdekat dan memperbaiki diri sendiri "  (Nurul Hikmah- dikutip dari Quora) Â
Beberapa waktu lalu sempat mengobrol dengan seorang teman dengan topik ini. Bila waktu bisa diputar, hidup seperti apa yang ingin dijalani? ternyata teman saya, sebut saja S, menjawab tidak akan lagi mengulang waktu kuliah yang pernah dijalaninya.
Berkuliah di sebuah universitas ternama, ternyata tak membuatnya bahagia. Apalagi jurusan yang diambilnya ternyata jauh dari bayangannya dan tentu saja impiannya. Sempat "melarikan diri" dari bangku kuliah dengan bekerja di kota yang berbeda, S akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan apa yang telah dimulainya di kampus ternama tersebut. Apalagi kemudian dia  teringat betapa berat selama ini orang tua membiayai kuliahnya.
Kuliah akhirnya selesai. Gelar akademis pun didapat, tentu juga disertai kebanggaan orang-orang terdekatnya. Namun, ujarnya, bila waktu bisa diputar kembali, dia tak ingin kembali ke masa-masa itu. ke masa-masa menjalani perkuliaham yang teramat menguras energinya.
Lain lagi dengan N, seorang perempuan, sebut saja demikian. Ketika ditanya, ketika waktu bisa diputar, ingin hidup seperti apa? N, ibu dua anak ini menjawab cukup panjang.Â
jika waktu memang bisa diputar kembali , N akan menunda dulu menikah dan akan melanjutkan pendidikannya hingga S3, baru kemudian menikah dengan orang yang tepat
Berkuliah hingga jenjang S1 saja sebenarnya bisa saja lanjut S2 bahkan S3. Â Namun kehidupan paska pernikahan membuat N harus menunda dulu mimpi-mimpinya.Apalagi ada anak-anak yang kemudian harus mendapat perhatian lebih dan kemudian juga membutuhkan biaya tak sedikit untuk pendidikan mereka.
Nah,bila waktu bisa diputar, N bukannya tak menikah tapi akan menikah ketika segala impiannya tercapai dulu.
Penasaran dengan pertanyaan ini, saya membuka website Quora dan menemukan begitu banyaknya jawaban orang-orang di dalamnya. Salah satunya pada kutipan di awal tulisan ini.
Namun ada juga yang menjawab dengan lebih santai. Misalnya jawaban dari seorang grafik desainer bernama Cristis. " Nothing, meski seandainya bisa, saya tak akan mau merubah apapun yang sudah menjadi porsinya. Pertanyaan ini muncul karena ada rasa penyesalan yang besar akan sesuatu. Relax man, life must goes on, jika hal itu menyesakkan di dada maka belajar untuk menerimanya"
Dari jawabannya, Cristis memang terlihat lebih menerima bahwa yang terjadi, biarlah terjadi. Dia juga beranggapan semua sudah sesuai porsinya masing-masing dan hanya perlu kemampuan untu menerima semuanya dengan hati yang lebih lapang.
Nyatanya Waktu Tak Bisa Diputar Â
Nyatanya waktu memang tak bisa diputar lagi. Waktu terus menuju kedepan sampai kelak menemukan ujungnya. Dalam ajaran Islam, akhir waktu adalah hari kiamat kelak.
Waktu yang tak bisa diputar, seharusnya, pertama, Â menjadikan kita lebih mawas diri lagi. Dalam artian melakukan yang terbaik di hari ini, karena hari ini tak bakal terulang lagi.
Kemudian, kedua, Â juga tak perlu menyesali terlalu berlebihan apa yang telah terjadi di masa lalu sambil mencoba memperbaikinya di hari ini dan di hari-hari mendatang.
Ketiga, waktu yang tak bisa diulang seharusnya membuat kita juga semakin bersyukur, sudah sampai di tahap ini sembari mengatur kembali sejumlah "strategi" yang bisa dilakukan di masa depan. Agar berbagai kesalahan di masa lalu tak lagi dilakukan. Bahkan sedapat mungkin melakukan hal-hal yang lebih baik dan bermanfaat di masa depan.
Keempat, waktu yang tak bisa diulang mengajarkan tentang mencintai dan mengikhlaskan. Mencintai apapun kehidupan yang pernah dijalani sebelumnya, seburuk apapun cerita hidup yang sudah digoreskannya.
Tapi sekaligus juga mencoba mengikhlaskan apa-apa yang pernah terjadi. Tidak perlu ada marah dan dendam. Karena sejatinya segala sesuatu yang terjadi di masa lalu mengnadung banyak hikmah dan pembelajaran, bagi hari-hari kita selanjutnya.
Bagaimana, menurut kawan-kawan?Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H