Secara ringkas, eutrofikasi adalah merupakan proses peningkatan produksi biomassa yang larut dalam air dan disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi nutrien, seperti fosfat dan nitrat.Â
Nutrien atau  unsur atau senyawa kimia yang digunakan dalam metabolisme suatu organisme kebanyakan berasal dari limbah pertanian (pupuk dan pestisida), selain bisa juga dari pembuangan limbah industri dan rumah tangga.Â
Nah, keberadaan nutrien inilah yang bisa menyebabkan biomassa di air meningkat  dan tumbuh menjadi fitoplankton, eceng gondok, dan lainnya. Eutrofikasi bisa juga pengaruh dari datangnya hujan.  Air hujan akan membawa bahan kimia yg ada di udara maupun di permukaan tanah, kemudian mengalir ke sungai atau danau.Â
Ini juga akan mempercepat pertumbuhan eceng gondok. Apalagi akhir Oktober lalu, Banjarmasin sudah beberapa kali kedatangan hujan (yang dinantikan), yang kemungkinan akan membuat penyebaran eceng gondok semakin cepat,akibat zat kimia yang dibawa hujan tersebut.
Awalnya eutrofikasi  ini merupakan proses alami yang sangat lambat di mana nutrisi, terutama senyawa fosfor dan bahan organik, menumpuk di badan air. Nutrisi ini berasal dari degradasi dan larutan mineral dalam batuan dan oleh pengaruh lumut kerak, lumut dan jamur yang secara aktif mengais nutrisi dari batuan.
Namun, perubahan perilaku manusia juga berpengaruh pada peristiwa eutrofikasi.  Eutrofikasi seperti ini dikenal dengan  eutrofikasi antropogenik. yaitu  proses eutrofikasi yang jauh lebih cepat di mana nutrisi ditambahkan ke badan air dari berbagai input pencemar termasuk limbah yang tidak diolah atau diolah sebagian, limbah industri dan pupuk dari praktik pertanian. Hal ini juga dikenal dengan polusi nutrisi. (liputan6.com,22/5/22)
Kebijakan yang TepatÂ
Seperti dipaparkan di atas, eutrofikasi tentu sangat menggangu. Dalam jangka panjang bahkan bisa menyebabkan pendangkalan sungai. Bahkan, bila matipun,eceng gondok akan mengendap di dasar sungai, yang bisa menyebabkan terjadi pembentukan rawa dan daratan (suara.com)
Belum lagi kerugian lain yang ditimbulkan akibat pesatnya pertumbuhan eceng gondok ini. Â Transportasi air semacam kelotok ( perahu bermotor yang terdapat di sungai-sungai Kalsel/Kalteng dengan menggunakan mesin berbahan bakar diesel/solar) ataupun jukung (perahu yang di dayung) , pengendaranya harus lebih berhati-hati.tentu untuk menghindari terkena eceng gondok dan membuat kelotok/jukung menjadi terjebak.
Apalagi jarak tempuh antar satu wilayah yang ditempuh juga semakin lama, yang tentu membuat pemborsan bahan bakar atau tenaga juga.
Dari sisi lingkungan, tentu sudah sangat jelas, akan terjadi kerugian yang sangat besar pada ekosistem sungai akibat nutrien yang berlebih pada air memang dapat  menjadi racun bagi organisme sungai, misalnya ikan-ikan sungai.Â