Dia saat itu tak memberitahukan acara selamatan ultah. Hanya mengundang makan-makan saja. Rupanya acara ini sudah direncanakannya dengan baik.
Dia sudah memesan sejumlah menu yang bisa dimakan sama-sama dan cukup untuk "tamu" yang datang sekitar 20 orang. Minuman juga disamakan saja. Paling kurang-kurang dikit karena butuh air mineral saja.
Nah jadilah ketika datang, saudara yang datang tak lagi memilih-milih menu karena memang sudah tersedia dan dianter oleh pelayan restoran.Â
Dalam acara ini, tamunya sangat puas dan menikmati makanan, sedangkan "tuan rumah" yang mentraktir juga tak kecolongan seperti cerita di awal tulisan ini. Ya, karena memang sudah direncanakan menu dan budget biayanya.
ETIKA MENTRAKTIR DAN DITRAKTIR
Apa etika mentraktir?Â
Menurut saya nggak susah kalau etika mentraktir. Ringkasnya, yang penting, yang ditraktir mau-mau saja ditraktir. Bahkan mungkin merasa senang.
Intinya pastikan yang ditraktir tidak merasa rendah diri atau merasa tersinggung dengan traktiran kita. Bahkan kalau bisa dibuat senang gembira, iya kan?
Nah, yang jadi masalah adalah ditraktir. Ada beberapa etika yang mungkin tidak banyak orang tahu. Memang tak tertulis, tapi etika ini harus dilakukan ketika medapat traktiran dari seseorang.
# Memang ada niatan buat traktir
Pastikan teman kita memang ada rencana buat traktir jadi jangan sampai menebak-nebak sendiri bakalan ditraktir. Bila tak ada kesepakatan di awal, sebaiknya kita yang traktir atau kalau tidak memungkinkan, ya minimal bayar masing-masing. Jangan memaksakan minta ditraktir tentunya.Â