Tulisan ini merupakan obrolan dengan kawan-kawan. Agak relate juga dengan tulisan pak Irwan Rinaldi Sikumbang soal parfum pada artikel "Parfum dan kaitannya dengan posisi dan karakter seseorang" . Ketika jabatan meningkat, parfum juga harus di level harga tertentu.Â
Hari itu, lagi-lagi kami janjian bertemu. Walau agak dadakan, kami bertiga bisa makan siang bersama di sebuah warung yang menjual gudeg, makanan khas Jogja.Â
Warung gudeg ini ternyata hanya beberapa rumah dari rumah salah satu teman saya. Dan, niat teman saya sungguh mulia : ingin mempopulerkan warung tetangganya ini hehe.Â
Tentu saja, kami makan siang dengan sangat nikmat dengan sajian nasi, gudeg,krecek dan tempe plus opor ayam. Walau menurut opini pribadi, rasa gudegnya nggak terlalau otenktik banget, mungkin menyesuaikan dengan lidah lokal Kalimantan.
Eh, tapi tulisan ini bukan membahas kelezatan gudegnya sih..hehe. Â Di sela-sela makan, kami mengobrol tentang banyak hal. Salah satunya soal gaya hidup.Â
Obrolan kami awalnya ngalur- ngidul membahas apa-apa yang sekarang mahal sampai urusan biaya sekolah anak yang juga menguras dompet. Obrolan khas ibu-ibu banget ya ini?Â
Menariknya, kesimpulan kami semua sama. jadi berapapun penghasilan bulanan dan uang yang diperoleh, pada akhirnya tergantung bagaimana kita mengelolanya. Mau banyak, mau sedikit, pada akhirnya tergantung pengelolaan dan prioritasnya mau kemana.
Salah satu teman kemudian berkisah bahwa suaminya dulu merintis karir dengan hanya mendapat penghasilan hanya 600.000 per bulannya.Ini kira-kira 20 tahunan yang lalu. Kebayang, katanya bagaimana mengatur keuangan. Belanja baju buat keluargapun kebanyakan di pasar dadakan alias pasar malam yang memang sering ada di kota kami.
Bagaimana setelah 20 tahun kemudian? Alhamdulillah kehidupan mereka membaik. Kini gaji sang suami tentu berlipat-lipat. Apalagi jabatan di sebuah bank juga nggak main-main.
Nah, apakah gaya hidup mereka berubah? Kata teman saya, jelas sangat berubah. Salah satunya dalam hal pembelian pakaian. "Kalau dulu hanya beli baju di pasar dadakan, sekarang sudah di mall atau butik," ujarnya sambil tertawa.