Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur, social worker, suka baca, bersih2 rumah dan jalan pagi --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jalur Mandiri Ternyata Juga Tak Gampang

25 Juli 2023   22:15 Diperbarui: 26 Juli 2023   07:04 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi UTBK (KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA) 

Lama tak menulis di Kompasiana bukan karena malas-malasan menulis. Tapi karena memang rasanya tak berenergi lagi buat menulis agak panjang kecuali menulis pesan WA atau status ya hehe.

Mulai Juni pertengahan lalu kesibukan saya terasa berkejaran dengan waktu. Yang pertama menyiapkan anak nomer dua buat sekolah lanjutannya tingkat MA di sebuah pondok pesantren. Alhamdulillah ini beres. Kesibukan kedua ini ternyata yang cukup menguras energi dan dompet juga hehe.

Kesibukan tersebut adalah ikut membantu anak sulung yang mau melanjutkan kuliahnya. Setelah kabar tak lulus Seleksi Nasional berbasis tes (SNBT) pada 20 Juni lalu, Alhamdulillah si sulung tak terlalu shock. Sempat kaget dan sedih sebentar tapi untungnya tak berlarut-larut. Dia sangat meyakini masih banyak jalan kedepan, persis yang sellau didengungkan kedua orang tuanya.

Apalagi PTN-PTN kemudian membuka jalur mandiri. Buat yang belum familiar, jalur mandiri adalah salah satu jalur buat diterima di perguruan tinggi negeri (PTN). Jalur ini diselenggarakan oleh masing-masing PTN sehingga penamaan, waktu penyelenggaraan, syarat, penilaian, biaya dan lainnya tergantung kebijakan PTN masing-masing.

Anak saya pun mulai mendaftar jalur mandiri, yang menurut dia cukup rumit dalam pengisian datanya. Pembayaran pun beragam,  jalur mandiri Universitas Diponegoro (Undip) untuk pendaftaran mengenakan biaya 350 .000, UNS Solo 500.000, dan jalur mandiri Universitas Brawijaya Rp 350.000. Untuk Undip dan UNS saat itu membuka jalur tes tertulis, sedangkan UB anak saya memilih jalur rapor.

Qadrullah, ketika pengumuman, ketiga kampus mandiri tujuan anak saya semuanya tidak lulus, hehe. Meskipun agak kecewa, anak saya menerima dengan lapang dada. Apalagi pada jalur tes tulis, yang dia anggap, peserta lain mungkin lebih bagus nilainya tetapi yang jalur rapor, sempat melakukan jalur sanggah atas ketidaklulusannya. Apalagi dengan nilai rapor yang menurut kami cukup bagus. Tetapi, jawaban sanggah, ya tidak dapat memenuhi kriteria dan data sanggahnya tidak bisa diterima. Baiklah.

ilustrasi jalur mandiri PTN (foto: kompas.com) 
ilustrasi jalur mandiri PTN (foto: kompas.com) 

Sebelum pengumuman kampus-kampus di atas, ternyata beberapa kampus lain juga masih buka pendaftaran. Anak saya pun mendaftar lagi di UIN Jakarta, Unesa Surabaya, dan Unpad Bandung. Unpad Bandung dengan jalur nilai UTBK, sedangkan dua lainnya dengan tes tulis online. 

Biayanya pendaftaran juga bervariasi, UIN Rp 300.000, Unesa Rp 400.000, dan Unpad D4 mengenakan biaya Rp 100.000. Sampai tulisan ini ditulis, UIN dan Unpad D4 masih ditunggu pengumumannya, sedangkan tes tulis Unesa Surabaya masih beberapa hari kedepan.

Beragamnya Jalur Tes

Agak susah menebak di universitas mana akan diterima bahkan bisa jadi tak ada yang menerima. Apalagi jenis ujiannya dan persyaratannya sangat beragam. Ada yang melaksanakan ujian tulis jarak jauh, ada juga yang langsung ke mewajibkan datang ke univesitasnya. Kebetulan anak saya memilih yang ujian sesuai domisili saja karena mengingat kerepotan kalau harus tes berpindah-pindah kota.

Seorang temannya dari Lampung tes langsung ke UGM Jogja dan ternyata tak lulus, barangkali memang bukan rejekinya kuliah di UGM. Namun terbayang juga energi yang sudah dikeluarkan untuk ikhtiar menggapai mimpinya.

Selain tes tulis ada juga jalur rapor. Kebanyakan yang diminta rata-rata rapor semester 1-5 ketika dia di SMA. Ini juga cukup misteri karena memang tak data yang valid, untuk jurusan A, berapa nilai rapor yang dibutuhkan. Barangkali penyelenggara mengurutkan saja dari yang tertinggi sampai terendah sesuai kuota yang diperlukan. Oh ya, biasanya juga dicantumkan sejumlah sertifikat sebagai penguat nilai rapornya

Kemudian ada lagi jalur nilai UTBK. Anak-anak yang sebelumnya ikut SNBT akan mendapat ringkasan nilai UTBK yang bisa di download dan akan terlihat nilainya. Meskipun tak ada rata-ratanya, jelas sekali nilai berbagai tes yang diujikan seperti literasi, bahasa Inggris, matemika dan lainnya.

Jalur UTBK ini juga agak misteri, karena tak ada standar buat jurusan tertentu berapa minimal skor UTBK jalur mandirinya. Sekali lagi, barangkali akan diurutkan lagi pendaftar tertinggi sampai terendah dari nilai UTBK yang mereka setorkan. Kalau beruntung, ya nilainya akan pas dengan jurusan yang mereka pilih. Kalau tak beruntung, ya apa mau dikata, pelamar lain mungkin lebih bagus nilai UTBK-nya. 

Ternyata tak berhenti sampai disitu. Tak lulus jalur rapor dan UTBK? Ada pula kampus yang membuka jalur tes, UTBK, mapun jalur rapor gelombang 2. Tentu yang mau ikut harus bayar lagi pendaftarannya dengan biaya yang sama persis dengan gelombang awal. Luar biasa.

SPI dan UKT

Biaya diatas tentu masih biaya pendaftaran. Kalau sudah lulus, jangan ditanya soal biaya. Jalur mandiri tentu akan lebih mahal dari jalur prestasi (SNBP) maupun SNBT yang hanya mengenakan UKT saja sesuai pendapatan orang tua.

Sedangkan jalur mandiri, kebanyakan ada Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) atau uang pangkal atau ada kampus lain dengan penamaan yang berbeda. Tapi intinya uang pangkal yang dikenakan di awal dan hanya 1 kali saja. Sedangkan uang kuliah tunggal (UKT) nya juga berbeda antara jalur prestasi, jalur tes dan jalur mandiri. jalur mandiri dipastikan lebih mahal.

Ada kampus yang tak mengenakan uang pangkal. Namun ternyata UKT-nya mahal juga. Sama aja kan kalau begitu? Jadi yang lulus jalur mandiri tentu harus bersiap lagi dengan biaya walau katanya bisa di cicil hehehe.

Tak heran, terdengar di sebuah kampus negeri, banyak yang mengundurkan diri atau tak daftar ulang. Lagi-lagi karena tak sanggup bayar SPI-nya yang lumayan mahal buat kantong orang kebanyakan. Tentu buat yang orang tuanya berkantong tebal, tak usah ditanyakan lagi, berapapun akan sanggup bayar.

Jalur Mandiri Tak Gampang

Setiap orang tentu punya penilaian yang berbeda-beda tentang jalur mandiri ini. Mungkin buat yang tak diterima, agak penasaran dimana salahnya, apalagi yang jalur rapor dan UTBK. Temen anak saya bahkan katanya sudah ditolak 9 kampus dan Alhamdulillahnya kampus ke-10 nya menerimanya di Fakultas Kedokteran dengan SPI yang cukup wow juga. 

Namun ada pula temannya yang sudah ditolak 11 kampus tapi masih berusaha di gelombang 2. Namun rejeki orang lain-lain. Seorang kawannya diterima di 5 kampus besar jadi tinggal pilih tentunya. 

Ada lagi yang diterima di 3 kampus terkenal tapi mengundurkan diri dan memilih AKMIL ketika diterima disana. Hmm..boleh juga ini. 

Pada akhirnya, setiap orang punya rejeki dan takdirnya masing-masing. Bagi yang tertolak di jalur mandiri, tak ada salahnya juga memilih kampus swasta. tak semua PTN juga keren apalagi kalau sudah berbicara soal alumninya kedepannya. 

Buat yang ingin memilih Perguruan Tinggi Swasta (PTS), tentu kita semua juga tahu. Semakin terkenal dan berkualitas sebuah kampus, bisa jadi harganya sepadan juga. Tinggal pilih yang sesuai kantong saja. Intinya, buat yang masih belum dapat kampus dan tetap ingin berkuliah, jangan putus asa, orang tua tentu selalu mendoakan. #

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun