Hari-hari ini kita diserbu konten media sosial (medsos) dari berbagai penjuru
Â
Beberapa hari lalu melihat postingan teman yang berada di depan Menara Eifel Paris. Sebelum-sebelumnya kontennya berada di Saudi Arabia (umroh), Turki,Jepang dan beberapa wilayah lain. Bukan urusan pekerjaan tampaknya tapi liburan semata hehe
Itu contoh postingan teman yang kita kenal. Kalau postingan para artis jangan ditanya lagi. Mulai dari memperlihatkan tempat tinggalnya,barang-barang mewah hingga liburannya tentunya,hampir setiap hari menyerbu kita
Tentu bukan salah mereka tapi salah kita yang follow mereka dan kepo dengan kegiatan mereka !
Apakah iri dengan semuanya? Kalau saya tak ada kepikiran iri sedikitpun. Kehidupan tiap orang berbeda dan meyakini juga setiap orang punya tantangan kehidupan masing-masing.
Jadi ya kalau mereka memperlihatkan berbagai kesenangan duniawi seperti di atas bukan berarti mereka bebas dari persoalan hidup. Cuman tidak di posting saja. Dan kita tak tahu kehidupan riil orang lain.
Namun beda lagi ceritanya kalau pejabat atau keluarga pejabat yang pamer. Sudah bisa dipastikan, orang dengan gampang menduga, uang negara yang digunakan.
Jangankan pejabatnya, teman-teman ASN yang ke luar negeri dalam rangka tugas namun kemudian sekalian  berlibur dan kemudian posting di medsos, dengan gampang yang melihat menduga, dia menggunakan fasilitas negara buat membiayai liburannya.
Padahal posting di medsos tentu hak asasi dia. Namun sebagai abdi negara mungkin ada beberapa etika yang seharusnya mereka ketahui.
Dikutip dari laman .djkn.kemenkeu.go.id, ada beberapa etika PNS Kementerian Keuangan dalam bermedsos. Kementerian  Keuangan  memang telah  membuat  Surat  Edaran  Nomor SE-16/MK.01/2018 tentang Panduan Aktivitas dan Penggunaan Media Sosial Bagi Pegawai Kementerian Keuangan. Dalam menggunakan medsos, pertama, PNS harus menghindari  Mengunggah dan/atau share konten hoaks.
Kedua, tidak mengunggah, Â like dan/atau share konten yang mengandung unsur pornografi, radikalisme, terorisme, pelecehan, diskriminasi, dukungan terhadap Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT), serta isu Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan.
Kemudian ketiga tidak mengunggah konten yang mengandung informasi rahasia pekerjaan, negara atau informasi yang belum dipublikasikan secara resmi oleh pihak yang berwenang.
Keempat, tidak mengunggah hal-hal yang menyiratkan pemborosan APBN saat melaksanakan perjalanan dinas.
Kelima, menghindari menggunakan kata "Kemenkeu", "Kementerian Keuangan", Kemenkeuri" dan kata-kata sejenis yang terkait Lembaga Kementerian Keuangan di dalam nama akun pribadi.
 Poin keempatlah yang sekarang banyak sekali terjadi. Para abdi negara tak lagi malu-malu posting wisata dalam perjalanan dinas mereka.Meskipun, semua juga tahu itu uang negara.
Tak berhenti sampai disitu, kasus Mario Dendy juga membuktikan bukan hanya sang pejabat yang bisa pamer di medsos.tapi ternyata keluarganya juga berani untuk pamer kemewahan di media sosial. Padahal sikap ini, jelas-jelas melunturkan kepercayaan rakyat kepada aparatur negara.
Memang banyak motif orang yang suka pamer di medsos. Bagi beberapa orang, posting di medsos bisa jadi untuk menginspirasi orang lain. Misalnya posting ruang tamu sebuah rumah (mewah), katanya agar orang lain terinspirasi untuk membuat ruangan tamu yang sama, misalnya.
Ada juga yang niatnya berbagi kebahagiaan. Seperti teman yang posting di Paris tadi misalnya. Tapi, benarkah yang lain ikut bahagia? Bisa jadi.tapi mungkin tak sedikit yang iri juga,kan?
Motif lain adalah niat pamer kekayaan. Mungkin inilah yang sudah dilakukan banyak orang. Namun motif ini biasanya sangat terselubung. Bahkan kita tak tahu persis apakah Mario Dendy ketika posting dengan mobilnya berlatar Bromo, benar-benar pamer kekayaan kah?
Yang terakhir, ada yang niatnya menyimpan kenangan saja. Tapi sebenarnya buat akun seperti facebook, postingan bisa di private saja.Agar bisa dilihat sendiri saja. Demikian pula dengan akun seperti Instagram bisa dengan di arsipkan saja.
Pada akhirnya memang pilihan orang buat pamer atau posting apa saja. Itu hak asasi setiap orang, bukan? Tinggal bagaimana kita menyikapinya saja.
Berbagai manfaat hidup sederhana
Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo mengimbau para pejabat negara  untuk bergaya hidup sederhana saja dan tidak memamerkan kemewahan, apalagi  di media sosial.
Alasannya, sebagai sensitivitas terhadap kesulitan hidup yang terjadi di masyarakat luas dan tentu menjaga nama baik instansi dan kepercayaan masyarakat.
Gaya hidup sederhana memang sangat penting,bukan hanya buat para pejabat pemerintah tapi bagi siapapun.meskipun mungkin memiliki kekayaan berlebih atau uang yang berlimpah.
Keseimbangan hidup
Konon orang yang memiliki habit hidup bermewah-mewahan akan fokus pada uang dan harta saja.padahal hidup sederhana akan membuat hidup yang lebih seimbang dari sisi mental maupun fisiknya. Orang yang hidup sederhana dan tidak terllau ribet akan memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan untuk bersosialisasi, melakukan kegiatan spiritual, mengatur kehidupan secara umum dan pada akhirnya beujung kebahagiaan.
Mental yang lebih baik
Masih terkait dengan keseimbangan hidup lagi, mental yang lebih sehat akan terbentuk dengan hidup yang sederhana dan secukupnya. Bukan berarti menghemat berlebihan tapi tentu yang memang sewajarnya. Kekayaan bagi beberapa orang bahkan bisa menyebabkan stres karena fokus mempertahankan kekayaannya. Â
Mental yang lebih baik juga akan tercipta karena memang tak menggunakan apa-apa secara berlebihan. Mulai dari makanan,barang atau benda lainnya yang berujung pada mental yang lebih baik lagi.
Berbagi lebih banyak
Dengan kesederhana kemungkinan uang dan kekayaan yang lebih banyak bisa dibagikan kepada orang yang membutuhkan juga. Ini berpengaruh positif pada kehidupan seseorang.
Menghindari iri orang lain dan kedamaian
Mungkin ada beberapa orang yang biasa saja melihat postingan bahagia orang lain di media sosial.Namun jangan salah,bisa jadi ada yang iri hati karena perilaku kemewahan bahkan bisa berimbas lebih jauh pada tindak kejahatan. Hidup sederhana niscaya akan lebih bahagia, tenang dan pikiran yang lebih damai. #
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H