Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Suka menulis --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Aturan Kantor Menyebalkan? Ini Opsi yang Bisa Dipilih

3 Februari 2023   04:30 Diperbarui: 3 Februari 2023   09:43 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi karyawan yang bekerja (sumber foto :BBC)

Respon kita akan sangat menentukan apakah kita masih ingin bekerja di kantordengan aturan unik dan ajaib tersebut atau malah memutuskan resign saja.

Di setiap kantor memang ada saja keunikannya.  Tentu menuliskan ini,bukan berarti menjelek-jelekkan kantor tempat kita bekerja dulu.

Kantor pertama saya, bisa dibilang kantor yang ideal untuk tempat bekerja. Semua sistem pekerjaan juga terstruktur dengan baik. Aturan kerja juga demikian.

Di awal kerja juga sudah jelas, 3 bulan awal bekerja kita masih dalam masa percobaan.Kemudian  selanjutnya diputuskan apakah bisa jadi pegawai tetap atau tidak. Selanjutnya soal karir juga demikian, ada struktur karir yang lumayan jelas plus kejelasan sejumlah fasilitas yang akan diperoleh karyawan di setiap jenjang karirnya.

Namun kantor pertama ini sangat kekeluargaan. Walhasil, apa-apa diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Misalnya kasus seorang karyawan yang tertangkap basah korupsi, eh kok malah diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Walau akhirnya ketika kasus berulang lagi hingga 3x, akhirnya memang karyawan ini  dipecat. Saya resign dari kantor pertama ini setelah berkarir selama 7 tahun. Tentu nggak ada hubungannya dengan pola kekeluargaan tadi.

Kantor selanjutnya ternyata jauh lebih unik. Disini, bisa dikatakan perusahaan keluarga. Sehingga adik bos dan saudara-saudara bos besar jadi karyawan walau kerjanya ya biasa-biasa saja. Tapi itu tak jadi masalah. Karyawan lain tetap bekerja dengan biasa-biasa saja. Namun bukan ini sebenarnya keunikan kantor tersebut namun karena beberapa aturannya.

Salah satunya soal jam kerja yang bisa dikatakan tak ada batasnya. Kalau kantor lain jam kerja 8-9 jam dalam sehari, nah, disini tak ada kejelasan berapa jam kerjanya. Walau resminya jam 9-5 sore namun bos sedikit kesal bila  ada karyawan yang pulangnya tenggo (teng langsung go). Walhasil, pulang rata-rata selalu habis magrib atau lebih.

Yang lebih parah lagi, telat sedikit saja dari jam 9 sudah kena potongan Rp 100.000. Tentu ini soal kedisiplinan. Tetapi uniknya, pulang diatas jam 5 juga tak dapat lemburan. Luar biasa, kan? Beberapa karyawan akhirnya di rumahkan ketika pandemi lalu. Dan dirumahkan selamanya tersebut tanpa pesangon. Alhamdulillah, hampir semuanya kini sudah menemukan jalan terbaiknya lagi.

Di kantor ini juga tak ada sistem reward punishment yang jelas. Bahkan kadang-kadang bonus marketing saja tidak jelas. Wuih, tak heran, banyak marketing yang resign tanpa permisi lagi.

Namun,  kantor yang satu ini tetap sih meninggalkan banyak kenangan. Salah satunya karena tiap karyawan yang ulang tahun biasanya dirayakan dengan meriah. Tentu tiap bulan ada saja yang ulang tahun. Kemudian acara gathering tahunan kantor juga selalu istimewa karena menyertakan keluarga juga.

Ketika bulan ramadhan juga istimewa.Hampir setiap hari disediakan buka puasa dengan makan besar dan hampir tiap hari menu masakan Aceh, sesuai asal daerah pak bos. Ini yang membuat kantor ini selalu lekat dalam ingatan para mantan karyawannya.

Karyawan Tinggal Memilih

Menghadapi aturan kantor yang ajaib bahkan cenderung aneh,tak ada pilihan kecuali dua pilihan.

Pilihan pertama, adaptasi dan bertahan dengan kondisi. Bertahan dengan bos yang hobinya juga unik dan mungkin di luar nalar, bertahan dan adaptasi dengan sistem yang ada di kantor dan menikmati semua proses dalam pekerjaan, tentu dengan kepasrahan tingkat tinggi.

Kedua, tentu saja resign. Bila memang tak sesuai dan mungkin mendapatkan tempat kerjalain yang lebih baik dari sisi sistem, karir hingga mungkin gaji, kenapa tidak untuk segera resign. Tapi ingat, resign-nya harus baik-baik dong. Kan kita masuknya dengan cara yang baik, tentu pamitnya juga harus baik-baik.

Akhirnya dimanapun dan profesi apapun dalam bekerja, jangan lupa berbahagia dan bekerja sebaik mungkin.Dan jangan pernah menjelek-jelekan kantor lama kita ke perusahaan baru. Yah, bagaimanapun,kantor lama kita masih menjadi jembatan rejeki bagi teman-teman kita yang bertahan disana, kan?

Semoga bermanfaat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun