Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur dan Social Worker, --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mendidik Anak Remaja, Perlu Tarik Ulur

17 November 2022   21:49 Diperbarui: 20 November 2022   21:32 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu" (H.R. Ali Bin Abi Thalib).

Anak mulai pacaran? Ada orang tua yang mungkin bangga. Kalau saya jujur, galau setengah mati tentang hal beginian. Jangankan pacaran, istilah crush (perasaan suka) aja yang mereka diomongkan dengan becandaan, menimbulkan perasaan ingin tahu yang besar buat saya.

Seperti yang kita bersama mungkin rasakan, remaja sekarang tentu snagat berbeda dengan zaman sekolah kita dulu. Zaman saya sih khususnya. 

Sekarang, tema tentang crush bahkan sudah dibicarakan anak-anak di sekolah dasar. Kalau SMP dan SMA tentu levelnya sudah lain. Ya, beberapa sudah mulai pacaran tadi.

Seorang teman bercerita, anak laki-lakinya tak banyak tingkah. Kalau sudah pulang sekolah, ya diam saja di rumah. Kalaupun keluar, paling-paling hanya ke minimarket atau cukur rambut.

Berbeda sekali dengan anak laki-laki saya yang punya teman banyak. Teman ngaji, teman futsal, teman sekomplek, entah teman apa lagi. Walaupun sebentar, di sela-sela pulang sekolah dan waktu ngajinya, kadang masih menyempatkan diri main ke rumah temannya.

Jujur, kadang ada kekhawatiran tersendiri soal pergaulan. Takut, ada di antara teman-temannya yang perilakunya tidak baik dan turut mempengaruhinya. Apalagi masa remaja, sangat mudah dipengaruhi lingkaran pertemanannya.

Namun, selain memperkuat doa, yang terus saya lakukan adalah sedapat mungkin mengawasi dengan baik pergaulan anak-anak. Mengingatkan selalu untuk memilih teman-teman yang baik.

^^^

Tentang pacaran sendiri, ya memang anak-anak remaja seumur anak saya, memang sudah mulai tertarik dengan lawan jenis. Itu sebenarnya hal yang normal-normal saja.

Namun untuk pacaran, saya berusaha mengingatkan anak-anak bahwa nanti ada saatnya kok. Belajar saja dengan baik. Nanti, anak-anak yang pintar dan sukses, niscaya banyak perempuan/laki-laki yang mendekat tanpa perlu dicari-cari sekarang.Hehe..

Uniknya, anak saya selalu jujur, siapa saja teman-teman lawan jenis yang dekat dengan dia. Baik teman offline maupun teman online. 

Saya juga tak paham, bagaimana cara mereka bisa dapat teman lawan jenis online ini, bahkan lintas provinsi dan kemudian dekat.

^^^

ilutrasi anak remaja (foto : theasianparent) 
ilutrasi anak remaja (foto : theasianparent) 

Tarik ulur. Menurut saya ini cara terbaik mendidik anak remaja. Membatasi mereka dengan ketat juga bukan pilihan yang baik. Mengapa? Karena ya memang mereka beda zaman dengan kita dulu.

Sekarang informasi sangat-sangat terbuka, sehingga anak-anak bisa jadi tahu lebih banyak sebelum sempat kita jelaskan macam-macam.

Namun demikian, tetap harus ada batasan yang jelas ke anak-anak. Apa yang boleh dilakukan, apa yang memang sama sekali tak boleh. Salah satu benteng penting mereka, ya memahamkan mereka tentang norma kemasyarakatan dan tentu saja norma agama.

Kata para ahli, yang terbaik orang tua bisa berfungsi juga sebagai teman bagi anak-anak remajanya. Secara teori memang gampang. Namun ini sungguh tak mudah. Mau tak mau orang tua juga dituntut belajar terus, termasuk mengikuti banyak tren biar bisa se-kufu dengan anak-anak.

Orang tua juga tentu harus tetap berusaha. Sehingga anak-anak juga nyaman "bersahabat" dengan orang tuanya --- tidak dengan gengnya saja-- dan terbuka bila ada permasalahan apapun.

Yang paling penting, orang tua menurut saya juga harus memperkuat doa. Ini poin terpenting dari semuanya.

Kita tak bisa mengawasi anak-anak selama 24 jam -- kecuali mereka dititipkan di pondok pesantren-- misalnya . Tugas orang tua selain membekali mereka, tentu juga memperkuat doa. Menitipkan mereka pada pemilik-Nya yang sesungguhnya adalah upaya mencegah mereka untuk tetap sesuai jalur. Semoga. #.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun