Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Mahasiswa Pascasarjana HES UIN Antasari , Writerpreneur, Social Worker, --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Mau Kuliah? Jangan Titipkan Mimpi

14 Maret 2022   12:44 Diperbarui: 15 Maret 2022   21:02 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pilihan hidup. (sumber: pixabay.com/qimono)

"Jangan titipkan mimpi orang tua ke anak. Anak barangkali punya mimpi sendiri " (ungkapan bijak)

Suatu hari bercakap dengan seorang teman via Whatsapp (WA). Dia bercerita saat ini  anaknya duduk di kelas 2 SMA. InshaAllah tahun depan sudah menginjak bangku kuliahan. Yang masih membingungkan soal harapan anaknya dan kemampuan orang tuanya.

Anaknya ingin berkuliah di Turki. Walau rencana mengejar beasiswa. Sementara orang tuanya menginginkan ,kalaupun kuliah di luar negeri mending ambil negara seperti mesir saja. Karena basicnya bahasa Arab, sesuatu yang sudah dikuasai sang anak dengan baik. Walau kabarnya bahasa arab di Mesir  juga sedikit  berbeda.

Teman saya juga menggarisbawahi, bila ingin kuliah di luar negeri maka anaknya wajib mencari beasiswa. Karena mereka bukan orang berkemampuan lebih yang akan mampu membiayai anak kuliah di luar negeri tentunya.

Dengan kerja yang tergolong serabutan selama pandemi, rasanya sangat mustahil kuliah di luar negeri dengan biaya sendiri. Apalagi masih ada adik-adiknya yang harus dibiayai.

Orang tuanya juga memberi pandangan bisa kuliah S1 di universitas negeri di Indonesia saja dengan memilih jurusan kuliah yang diminati nanti.

Namun sejauh ini niat si anak sudah bulat. Dan diakhir percakapan, orang tuanya hanya meminta doa mudah-mudahan kelak anaknya dapat yang terbaik saja. Orang tuanya juga tak ingin memaksakan anaknya. Biarlah dia menemukan jalan ninja-nya sendiri sendiri.

Tentu doa yang terbaik bagi si anak, yang tentu saya kenal sejak kecil juga,  buat masa depannya. Namun juga doa terbaik bagi orang tua agar diberi kemampuan soal keuangan nanti pada saatnya. Dan yang lebih penting, tentu yang terbaik di mata Allah. Semoga saja ada jalan keluar yang baik.

Jangan menitipkan mimpi ke anak 

Pernah nggak mendengar soal orang tua yang menitipkan mimpinya ke anak? Barangkali di masa mudanya orang tua gagal masuk Universitas tertentu. Kemudian mendorong anaknya untuk kuliah di universitas tersebut.

Atau jurusan kuliah tertentu. Dulu orang tuanya gagal memasukinya. Kemudian anak sedikit di paksa untuk kuliah di jurusan tersebut. Padahal minat anak jelas-jelas berbeda.

Inilah yang dinamakan menitipkan mimpi ke anak. Semoga sih kita bukan termasuk orang tua yang demikian.

Anak-anak barangkali punya mimpi-mimpi yang mereka bangun sendiri. Mereka akan hidup di masa depan yang kelak barangkali berbeda dengan yang kita alami saat ini. Orang tua boleh mengarahkan atau memberi saran, namun tak memaksakan. Apalagi sampai menitipkan mimpi yang tak kesampaian.

Oh iya, salah satu yang bisa dicoba adalah berdialog lebih banyak lagi dengan anak tentang keinginan mereka. Dan tentu sedini mungkin mengenalkan berbagai profesi di masa depan. Tentu agar anak mempunyai banyak pilihan. Yang tak kalah penting adalah soal "manage ekspektasi" anak. Seperti apa itu?

Mengatur Harapan

ilustrasi Mengatur Harapan. (sumber: pixabay.com/geralt)
ilustrasi Mengatur Harapan. (sumber: pixabay.com/geralt)
Salah satu poin yang saya ambil dari percakapan dengan teman di atas adalah perlunya orang tua untuk " manage ekspektasi " seorang anak. Anak harus diajari untuk memiliki plan A sampai Z dalam hidupnya.

Mengutip dari Experience Investigator, ekspektasi diartikan  sebagai harapan besar yang dibebankan terhadap sesuatu yang akan memberikan dampak yang baik atau lebih baik.

 Jadi ekspektasi intinya adalah harapan/kepercayaan/dugaan kita terhadap masa depan. Biasanya ini merupakan sesuatu yang positif atau menyenangkan.

Nah,manajemen ekpektasi adalah kemampuan untuk mengatur ekspektasi tersebut. Sehingga bila ekspektasi tak terwujud, tidak akan muncul kekecewaan yang berlebhan. Intinya ekspektasi diatur dan dijaga. Bukan berarti membunuh ekspektasi ya.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memanage ekspektasi ini.

#Cek & ricek ekspektasi

Apakah ekspektasimu sudah tepat? Mengapa memiliki ekspektasi seperti ini? Jalan apa yang harus ditempuh agar ekspektasi bisa tercapai?

#Tetapkan target yang lebih masuk akal

Misal semua orang tahu, fakultas kedokteran berbiaya mahal. Pilihannya ada dua saja, punya otak yang sangat encer sehingga bisa dapat beasiswa di kedokteran atau orang tua yang mampu biayai kuliah di kedokteran.. nah, ada baiknya, memasang target yang masuk akal juga ketika memilih jurusan kuliah tadi

#Buat plan A-Z untuk masa depan

Ini juga harus dilakukan. Masa depan sangat-sangat misteri dan kita nggak tahu yang mana yang akan bisa diwujudkan. Ajari anak juga untuk memiliki plan A-Z. Bila rencana A gagal,masih ada rencana B dan seterusnya.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun