Dalam bahasa gaul sekarang, healing berarti mengatasi kebosanan kehidupan dengan melakukan berbagai aktivitas. Tidak salah, banyak yang mengartikan healing dengan melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan. Sebut saja liburan atau travelling ke suatu tempat seperti kisah diatas.
Sosial media, diakui atau tidak, membelokkan opini soal healing yang sebenarnya dan membuat anak-anak muda sekarang sedikit-sedikit merasa perlu healing. Padahal mungkin kondisinya masih biasa-biasa saja.
Healing seakan menjadi gaya hidup baru yang banyak dilakukan generasi muda. Apa efeknya? Mereka menjadi generasi yang lembek. Karena sedikit-sedikit merasa depresi dan perlu healing.
Generasi Z paling banyak perlu healing? Â Â
Sebuah penelitian menyebutkan, salah satu generasi yang paling banyak merasa perlu healing adalah generasi Z. Generasi ini dianggap rentan masalah mental seperti depresi tadi. Apalagi beban pekerjaan mungkin sangat banyak. Ini membuat mereka rawan stress dan depresi. Ditambah kondisi pandemi yang berkepanjangan.
Dirilis dari Washington Post, awal Desember 2021, Generasi Z dilaporkan banyak stres terkait khususnya masa pandemi daripada kelompok usia lainnya, dengan alasan pendidikan, karier, dan hubungan.
Jajak pendapat, yang dilakukan oleh Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research, dengan dana dari MTV, mencakup 3.764 orang berusia 13-56 dari 1 hingga 19 September 2021.Â
Sekitar 46% dalam kelompok usia Gen Z mengatakan COVID-19 telah mempersulit pencapaian tujuan pendidikan dan karir mereka, dibandingkan dengan 36% Milenial dan 31% Gen X. Semua kelompok umur melaporkan kesulitan dalam menjaga kesehatan mental, termasuk 49% Gen Z, 47% Milenial, dan 48% Gen X.
American Psychological Association, juga telah merilis data dan  menemukan bahwa orang dewasa Gen Z kemungkinan besar mengalami kesulitan membuat keputusan besar dalam hidup karena ketidakpastian seputar pandemi, dan mereka lebih cenderung mengatakan pandemi telah memengaruhi kesehatan mental mereka.
Kesehatan mental tampaknya memang isu di semua negara di dunia. Apalagi terdampak pandemi. Apakah dengan demikian , healing memang diperlukan?
Merujuk pengertian di atas, healing sudah mengarah ke depresi yang sangat berat. Sedangkan yang ringan dan biasa-biasa saja, tampaknya tak perlu healing. Cukup mematikan media sosial sejenak, mungkin ini healing yang cukup mejarab. Apalagi media sosial telah terlalu banyak merebut perhatian kita.