Mohon tunggu...
Enni Dwi Rahayu
Enni Dwi Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Universitas Negeri Malang

Lulusan pendidikan sejarah yang senang belajar hal baru dan memiliki minat dalam dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diklat Wawasan Kebhinekaan Global bagi Mahasiswa PPG Prajabatan Sekolah Pascasarjana UM sebagai Upaya Menghadapi Tantangan Generasi Mendatang

2 April 2024   19:55 Diperbarui: 19 Mei 2024   22:24 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa PPG Prajabatan Bermain Kartu Secara Berkelompok (Dok. Pribadi)

MALANG - Dalam rangka mendukung terwujudnya praktik kebhinekaan global, mahasiswa PPG Prajabatan menjalani serangkaian kegiatan yang melibatkan pemahaman tentang hakikat keberagaman, menghormati perbedaan, dan membangun toleransi. Program Diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) merupakan salah satu agenda rutin yang diselenggarakan oleh Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di LPTK Universitas Negeri Malang (UM) bagi mahasiswa PPG Prajabatan sebagai salah satu syarat kelulusan.

Pada  tanggal 1 April 2024, sebanyak 30 mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 Tahun 2023, bidang studi sejarah mengikuti diklat WKG. Kegiatan ini berlangsung secara luring di Gedung Sekolah Pascasarjana A21-408 Universitas Negeri Malang dan didampingi oleh Aditya Nugroho Widiadi, S.Pd., M.Pd., Ph.D dan Lutfiah Ayundasari, S.Pd., M.Pd dengan pembahasan 5 topik berbeda. Kegiatan berlangsung mulai pukul 07.30 WIB hingga 15.30 WIB. Kegiatan dimulai dengan pretest dan diakhiri posttest untuk mengukur pemahaman awal mahasiswa terhadap materi.

Diklat WKG ini menjadi langkah nyata dalam menginspirasi guru masa depan yang mampu menghargai dan memperkaya keberagaman di lingkungan pendidikan . Diklat WKG juga bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai pemimpin yang peka terhadap isu-isu global dan memiliki pengetahuan luas.

Melalui program ini, mahasiswa didorong untuk mengembangkan keterampilan dalam menghargai dan memahami keragaman budaya, serta mempelajari cara untuk mempromosikan kerjasama dan persatuan di antara budaya-budaya yang berbeda. 

Hal ini menunjukkan bahwa Diklat WKG bukan sekadar  kegiatan akademis biasa, melainkan langkah konkret dalam membentuk individu yang inklusif, toleran, dan mampu menghadapi tantangan-tantangan kompleks dalam era globalisasi ini.

Pemaparan Materi Topik 1-3 oleh Narasumber (Dok. Pribadi)
Pemaparan Materi Topik 1-3 oleh Narasumber (Dok. Pribadi)

Dalam diklat ini, lima topik menjadi fokus pembelajaran. Para narasumber yang berkompeten membimbing mahasiswa dalam memahami aspek kebhinekaan meliputi:

Topik 1: Kebhinekaan Dunia yang Wajib Dirayakan

Topik ini membuka mata kita tentang bagaimana masyarakat dunia telah berinteraksi secara damai selama berabad-abad. Namun, kasus internasional terkait SARA mulai muncul seiring berjalannya waktu. Mahasiswa diajak untuk memahami kebhinekaan melalui permainan mayoritas-minoritas, di mana satu kelompok harus memiliki jumlah anggota ganjil. Permainan ini membantu mahasiswa untuk memahami cara menghadapi situasi dan kondisi kebhinekaan dengan tepat dan baik.

Bagaimanapun, kita adalah bagian dari dunia yang beragam, dan memiliki tanggung jawab untuk merayakan kebhinekaan global mencakup keragaman budaya, ras, dan agama yang ada di dunia. Penting bagi kita untuk memahami, menghargai, dan merayakan perbedaan ini. Kebhinekaan global menjadi penting untuk mengurangi konflik, mempromosikan kerja sama, dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua orang.

Untuk mencapai hal tersebut, kita perlu memiliki sikap terbuka, belajar tentang budaya, agama, dan tradisi orang lain, dan menghargai keunikan setiap individu. Selain itu, kita juga perlu memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang ramah dan mendukung bagi semua orang, serta mempromosikan perdamaian dan kerja sama di seluruh dunia.

Topik 2: Kebhinekaan Indonesia Sebagai Kekuatan dan Ancaman

Dalam topik ini, mahasiswa diajak untuk menghadapi perbedaan dan menilai sikap serta gestur yang ditunjukkan oleh rekan sejawat dalam permainan Wowo-Wiwi. Melalui permainan tersebut, mahasiswa memahami bahwa perbedaan seringkali menimbulkan konflik yang bermula dari bias atau prasangka dan bagaimana memberikan penanganan ketika terjadi konflik.

Kebhinekaan Indonesia adalah manifestasi dari profil pelajar Pancasila, yang merupakan tujuan pendidikan di Indonesia. Kebhinekaan ini mencakup keragaman budaya, ras, agama, dan adat istiadat yang ada di Indonesia. Penting bagi kita untuk menghargai perbedaan dan keragaman ini sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia yang kaya dan beragam.

Profil pelajar Pancasila menekankan pentingnya memperkuat nilai-nilai Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu nilai Pancasila yang diwujudkan dalam kebhinekaan Indonesia adalah persatuan dan kesatuan. Nilai ini mengajarkan pentingnya saling menghormati dan memahami perbedaan untuk menciptakan harmoni dan persatuan dalam masyarakat. Kebhinekaan Indonesia juga dapat diwujudkan melalui pendidikan yang inklusif dan bertanggung jawab.

Guru dapat mempromosikan kebhinekaan Indonesia melalui pembelajaran yang menghargai perbedaan dan memperkenalkan keanekaragaman budaya, agama, dan tradisi di Indonesia. Siswa juga dapat diajarkan untuk bersikap toleran dan menghormati perbedaan, sehingga menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua orang.

Topik 3: Penerimaan Diri

Topik ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep ragam identitas diri dan pentingnya mencintai diri sendiri. Setiap individu memiliki hal-hal yang bersifat privat dan kita tidak perlu merasa malu terhadap hal-hal tersebut.

Memahami ragam identitas diri adalah langkah penting dalam membangun rasa percaya diri dan kesejahteraan emosional. Identitas diri mencakup berbagai aspek, termasuk jenis kelamin, orientasi seksual, agama, budaya, dan latar belakang keluarga.

Dengan memahami ragam identitas diri, seseorang dapat lebih menerima diri mereka sendiri dan mengembangkan sikap kasih sayang yang positif. Contoh sikap kasih sayang kepada diri sendiri meliputi merawat diri sendiri, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu luang, berbicara dengan diri sendiri dengan kata-kata yang positif dan membangun, serta menjaga pola makan dan olahraga yang sehat.

Topik 4: Sekolah Aman & Nyaman Berbalut Kebhinekaan

Sebagai calon guru profesional, mahasiswa PPG Prajabatan seringkali dihadapkan pada keragaman dalam lingkup sekolah. Pada topik ini, mahasiswa diminta untuk menciptakan proyek aktivitas kebhinekaan yang bertujuan agar semua anggota sekolah, khususnya peserta didik, merasa aman dan nyaman dalam lingkungan belajar. Sebagai calon guru, setiap mahasiswa harus memiliki tanggung jawab untuk menciptakan proyek aktivitas kebhinekaan dan mengimplementasikannya di sekolah.

Sekolah yang bhineka adalah sekolah yang menghargai dan merayakan perbedaan dan keragaman di antara siswa dan stafnya. Implementasi toleransi dalam budaya sekolah dapat membantu menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana siswa dari berbagai latar belakang budaya dan agama merasa diterima dan dihargai.

Topik 5: Damai di Sekolah

Mahasiswa PPG Prajabatan Bermain Kartu Secara Berkelompok (Dok. Pribadi)
Mahasiswa PPG Prajabatan Bermain Kartu Secara Berkelompok (Dok. Pribadi)

Pada topik ini, mahasiswa diajak bermain kartu yang bertujuan untuk mampu menghadapi ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang ada di lingkup sekolah. Sekolah selalu memiliki ancaman tersendiri yang tidak bisa dikendalikan, maka hal yang dapat diupayakan oleh guru dan tenaga pendidik adalah menekan kerentanan dan meningkatkan kapasitas yang ada di sekolah. Menganalisis ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang ada di sekolah adalah langkah penting dalam menciptakan sekolah yang damai.

Sekolah yang damai adalah sekolah yang menciptakan lingkungan yang aman, santai, dan tidak mengancam bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Praktik sekolah yang damai meliputi penggunaan bahasa yang sopan dan tidak merendahkan, pengelolaan konflik secara konstruktif, serta menghargai perbedaan budaya, agama, dan orientasi seksual.

Praktik ini dapat diimplementasikan melalui berbagai cara, seperti penggunaan program pengembangan sosial dan emosional, pendekatan restorative justice dalam mengelola konflik, serta mendorong partisipasi aktif siswa dalam menciptakan lingkungan yang damai.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)

Sebagaimana disampaikan oleh Nelson Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling kuat yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia." Melalui Diklat WKG, mahasiswa PPG Prajabatan tidak hanya menempa diri sebagai calon guru masa depan yang berkualitas, tetapi juga sebagai agen perubahan yang membawa harapan bagi masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun