Terakhir, wilayah kegelapan abadi yaitu wilayah yang sama sekali tidak ada cahaya jika pemandu mematikan senter yang selalu dibawanya ketika memandu di dalam gua.
Tiba di ujung gua, kami kembali menuju titik awal keberangkatan. Tentu saja, itu bukan hilir air. Â Hanya, perahu karet tidak bisa melewati gua dengan lobang gua yang semakin kecil tersebut. Jadi memang harus kembali lagi ke tempat titik keberangkatan.
Jika saya tidak salah, air dari gua Tanding akan mengalir menurut gua Pindul. Saking sibuk menikmati suasana dalam gua, saya sampai tidak memperhatikan semua penjelasan tour guide, hehe.
Kami sempat menikmati teh hangat dan air putih yang tersedia di joglo. Air minum yang memang disediakan buat pengunjung. Setelah beristirahat sebentar, kami melanjutkan trekking ala akamsi.
Berkunjung ke Monumen Jenderal Sudirman
Tak jauh dari gua Tanding, kami berjalan kaki lagi menelusuri jalan kecil dan rumah masyarakat menuju monumen Jenderal Sudirman. Monumen ini terletak berdekatan dengan Gua Pindul. Monumen ini bertujuan untuk mengenang peristiwa 10 Maret 1949.
Dimana monumen ini dipercayai sebagai tempat persembunyian jenderal Sudirman. Namun oleh tentara belanda rumah tempat persembunyian ini di bom oleh tentara Belanda.
Ketika kami berkunjung ke monumen Jenderal Sudirman hanya kami saja pengunjung yang datang. Tempat ini juga kurang terawat dan seperti jarang sekali dikunjungi tetapi menurut saya tempat ini sangat layak dikunjungi.
Turun dari tugu Sudirman, hanya puluhan meter saja, gua Pindul sudah terlihat.
Lagi-lagi, kami masih tertarik melakukan penyusuran gua.