Kembali ke Jogja setelah tiga tahun yang lalu berkunjung, kali ini perjalanan kami menuju dusun Gunung Bang desa Bejiharjo yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul.
Sesuai dengan rencana, sebelum pukul 06.00 WIB kami pun sudah dalam perjalanan menuju Gunung Kidul. Tepatnya pada hari pertama di tahun ini. Kami sengaja berangkat di awal tahun karena kemungkinan besar jalan akan lebih lenggang.
Benar saja, sekitar jam satu siang kami sudah keluar tol Prambanan dan dua jam kemudian kami sudah tiba di Desa Bejiharjo. Â
Jika sebelumnya Jogja kami tempuh dengan naik kereta lalu menikmati keindahan tempat bersejarah disana, sekarang kami naik kendaraan beroda empat dan akan lebih banyak menikmati keindahan alam.
Selepas meninggalkan kota Jogja, melewati bukit bintang, kami mulai melihat tulisan-tulisan "Goa Pindul" yang ternyata masih jauh dari desa Bejiharjo. Jika ingin berkunjung ke Bejiharjo, ada baiknya menggunakan gmaps agar lebih akurat.
Mendekati desa Bejiharjo, sebuah motor menghadang kami. Ternyata kendaraan terutama kendaraan beroda empat plat luar daerah akan selalu ditanyakan karena kemungkinan plat luar daerah berkunjung untuk berwisata.
Bejiharho adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul. Bila belum pernah kesana, desa Bejiharjo memiliki banyak tempat wisata.
Menariknya, jika memiliki waktu terbatas, beberapa tempat wisata di desa Bejiharjo dapat dikunjungi dalam sehari. Empat tempat wisata yang sempat kami kunjungi dalam sehari yaitu gua Tanding, gua Pindul, monumen tugu Sudirman dan berkunjung ke sungai Oyo.
Trekking ala Anak Kampung Sini Menuju Gua Tanding
Salah satu destinasi wisata yang masuk dalam list kunjungan kami ialah gua Tanding. Gua Tanding, tempat wisata pertama yang kami kunjungi. Tempat ini kami tempuh dengan berjalan kaki kurang lebih selama lima belas menit dari tempat kami menginap.
Tour guide memandu kami menaiki perahu karet setelah kami mengenakan pelampung dan helem safety.
Suasana tenang dalam gua sekaligus rasa deg-deg an merayapi. Bagi saya sendiri yang baru pertama kali masuk gua dengan sepanjang ini, dua rasa itu bercampur aduk.
Hari itu hanya sedikit pengunjung karena puncak high season baru saja lewat. Ada sekitar tiga atau empat perahu karet yang melakukan penyusuran di dalam gua Tanding bersama kami.
Semakin dalam masuk ke dalam gua, rasa deg-degan tadi semakin hilang berubah rasa excited. Gua dengan panjang 450 meter dan kedalaman satu hingga enam meter ini ternyata memiliki beberapa spot yang terbentuk secara alami dan mengesankan!
Pemandangan batu stalaktit, stalagmit dan stalagnasi dengan berbagai bentuk dan ukuran berbeda, terbentuk sejak berjuta-juta tahun lalu. Pun sarang kelelawar pemakan serangga dan pemakan buah ada disana.
Stalaktit batu kristal yang berkilau, stalaktit berukuran besar yang membentuk seperti dua sayap yang dijuluki sebagai angel wings, lobang atap yang menghadirkan cahaya dari atas hingga permukaan air di dalam gua, menambah keindahan gua.
Gua ini terdiri dari tiga bagian wilayah yaitu wilayah terang. Wilayah pintu masuk yang masih terkena sinar matahari dan wilayah gua di bawah atap lobang gua. Wilayah remang-remang yaitu wilayah yang terkena sedikit sinar matahari.
Terakhir, wilayah kegelapan abadi yaitu wilayah yang sama sekali tidak ada cahaya jika pemandu mematikan senter yang selalu dibawanya ketika memandu di dalam gua.
Tiba di ujung gua, kami kembali menuju titik awal keberangkatan. Tentu saja, itu bukan hilir air. Â Hanya, perahu karet tidak bisa melewati gua dengan lobang gua yang semakin kecil tersebut. Jadi memang harus kembali lagi ke tempat titik keberangkatan.
Jika saya tidak salah, air dari gua Tanding akan mengalir menurut gua Pindul. Saking sibuk menikmati suasana dalam gua, saya sampai tidak memperhatikan semua penjelasan tour guide, hehe.
Kami sempat menikmati teh hangat dan air putih yang tersedia di joglo. Air minum yang memang disediakan buat pengunjung. Setelah beristirahat sebentar, kami melanjutkan trekking ala akamsi.
Berkunjung ke Monumen Jenderal Sudirman
Tak jauh dari gua Tanding, kami berjalan kaki lagi menelusuri jalan kecil dan rumah masyarakat menuju monumen Jenderal Sudirman. Monumen ini terletak berdekatan dengan Gua Pindul. Monumen ini bertujuan untuk mengenang peristiwa 10 Maret 1949.
Dimana monumen ini dipercayai sebagai tempat persembunyian jenderal Sudirman. Namun oleh tentara belanda rumah tempat persembunyian ini di bom oleh tentara Belanda.
Ketika kami berkunjung ke monumen Jenderal Sudirman hanya kami saja pengunjung yang datang. Tempat ini juga kurang terawat dan seperti jarang sekali dikunjungi tetapi menurut saya tempat ini sangat layak dikunjungi.
Turun dari tugu Sudirman, hanya puluhan meter saja, gua Pindul sudah terlihat.
Lagi-lagi, kami masih tertarik melakukan penyusuran gua.
Gua Pindul, Lokasi Stalaktit Terbesar ke Empat di Dunia
Walaupun baru melakukan penelusuran dari gua Tanding. Belum puas rasanya jika melewatkan gua Pindul. Dengar-dengar cerita gua Pindul memiliki cerita yang menarik sampai akhirnya pada tahun 2010 goa ini resmi menjadi tempat wisata.
Berawal dari mahasiswa UGM (Universitas Gajah Mada) saat melakukan Kuliah Kerja Nyata. Melihat gua Pindul berpotensi sebagai tempat wisata, mereka mencetuskan gagasan agar gua Pindul dijadikan sebagai tempat wisata. Pada tahun 2010, gua Pindul resmi menjadi tempat wisata.
Gua Pindul juga memiliki keunikan tersendiri. Gua sepanjang 350 meter dengan kedalaman 5-16 meter ini memiliki stalaktit terbesar ke empat di dunia. Gua Pindul juga memiliki batu kristal yang lebih banyak, stalaktit, stalagmit, dan batu gong.
Batu gong ini merupakan stalagnasi atau batu stalaktif dan stalagmit yang mengalami pertemuan. Dimana, batu ini menimbulkan suara "gong" jika diberi benturan.
Bisa dibilang, pada gua ini terdapat batu kristal stalaktit yang lebih banyak. Terdapat juga mitos awet muda jika tetes stalaktit mengenai tubuh perempuan dan batu stalagmit yang memberi keperkasaan bagi pria yang menyentuhnya. Segera berkunjung ke gua Pindul jika ingin awet muda atau ingin bertambah perkasa!
Titik keberangkatan penelusuran goa Pindul dengan titik akhir berada di titik yang berbeda. Dimana pada bagian hilir penelusuran terdapat dua spot berenang yang lebih luas dan terang.
Tak usah khawatir jika tidak bisa berenang. Penelusuran gua sangat aman karena pihak pengelola gua akan memberikan pelampung dan ban karet yang bisa menampung beban hingga 100 kg lebih. Arus air akan membawa penumpang di atas ban karet dengan sendirinya.
Terakhir, harga tiket ke gua Pindul terbilang lebih ekonomis. Tidak heran pengunjung gua Pindul jauh lebih ramai.
Menurut tour guide yang memimpin kami, daerah wisata desa Bejiharjo sendiri dikelola oleh masyarakat setempat.
Sungai Oyo
Setelah berenang sebentar, lalu kami melanjutkan perjalanan wisata sehari menuju sungai Oyo. Menelusuri jalan kecil, melewati kebun dan sawah masyarakat kami melanjutkan wisata dengan berjalan kaki dan beralaskan kaki pakai sendal. Hari itu kami benar-benar seperti akamsi!
Sedangkan pengunjung yang akan mengikuti kegiatan arung jeram melakukan offroad menggunakan kendaraan roda empat, lengkap dengan ban yang akan digunakan untuk wisata arung jeram.
Kali ini kami tidak ikut arung jeram tetapi menikmati keindahan alam di sekitar sungai Oyo hingga kembali ke tempat dimana kami menginap.
Kami melewati area persawahan, kebun palawija, anak cabang sungai, rumah masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Ah, Jogja memang sungguh kaya akan tempat wisata. Tinggal pilih ingin berkunjung kemana, tempat bersejarah, keindahan alam berupa pengunungan atau menikmati birunya air laut dan deburan ombak di pantai Selatan.
Happy weekend!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H