Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Riset dan Inovasi Berpadu dengan Kreativitas, Limbah Pun Bisa Bernilai Ekonomis

9 November 2022   13:26 Diperbarui: 9 November 2022   13:27 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Talk show Policy for Free Carbon oleh Dr. Mego Pinandito, M. Eng,  Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) | Dokumentasi pribadi.

Usaha mewujudkan ketahanan pangan nasional membutuhkan kerja keras dan kerjasama antar pihak. Terlibat menjadi anggota G20, tahun ini negara kita didaulat menjadi penerima tamu acara G20. Sebagai presidensi G20, BRIN berperan menjadi pengampu kegiatan Research and Innovation Initiative Gathering dan Space 20.

Bertempat di Cibinong, acara ini digelar melalui InaRI EXPO pada tanggal 27-29 Oktober lalu. Ada tiga bidang besar yang menjadi perhatian yaitu Digital (Ai, IoT, digitazion, robotics, infrastructure, digital talent, and space), Blue (Eco tourism, fisheries and maritime, energy, conservation, marine pollution, and waste), Green (Green technology in various sectors (including circular economy and biodiversity). Tiga bidang yang mengarah pada sustainability dan bisa mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Tertarik pada keberlanjutan, saya pun tak ingin melewatkan kesempatan berharga ini. Keberlanjutan menjadi perhatian global mengingat saat ini kita sedang menghadapi perubahan iklim. Perubahan iklim dimana setiap orang harus bisa beradaptasi serta bareng-bareng mencegah perubahan iklim ekstrim terjadi.

Jika suhu berubah ekstrim potensi berbagai masalah dan tantangan akan kita hadapi. Bencana banjir, kelaparan, suhu yang semakin meningkat, gagal panen dan banyak permasalahan lainnya. Hal ini akan berdampak besar terhadap kesehatan, kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan nasional. Saat ini sesuai Perjanjian Paris, negara-negara berupaya menekan kenaikan suhu bumi tetapi di 1,5 oC dan tidak melebihi 2 oC.

Bersama Mbak Yayat, Mas Panji, dan Pak Setyo kami mengunjungi pameran ini. Berkeliling ke area ASEAN start up, BLUE zoning, green zoning, Digital zoning, G20 countries. Semuanya memberikan pengalaman baru.

Secara khusus area Scientific Competition dan PPBR menarik perhatian. Lantaran disana terdapat remaja SD, SMP dan SMA memamerkan hasil riset mereka. Beberapa kali berkunjung ke pameran, jarang sekali ada rombongan remaja SD, SMP dan SMA. Setelah berkeliling, barulah kemudian saya tahu bahwa mereka adalah siswa/i perwakilan sekolah dari berbagai daerah dari Aceh hingga Papua.

Saya berdecak kagum, keberanian para remaja ini membuat area scientific competition menjadi area yang unik dan berhasil menarik perhatian pengunjung. Pengunjung sebaya dan kalangan lainnya juga begitu antusias mendengarkan penjelasan mereka.

Beberapa diantara hasil penelitian mereka seperti penelitian tentang eco-enzyme yang dapat mengurangi 97% pertumbuhan alga Navicula sp. Ada juga pemanfaatan limbah ban bekas menjadi batu bata. Riset ini memanfaatkan bahan bekas menjadi campuran bahan baku pembuatan batu bata dengan kemampuan dapat meredam suara.

Ada juga anti-foam agent hasil pemanfaatan minyak jelantah dan serbuk cangkang yang bisa mengatasi pencemaran sungai akibat busa terutama di aliran sungai perkotaan. Ada juga detergen yang berasal dari ekstraksi akar wangi dan daun bougenville. Terakhir menyangkut pengelolaan limbah, ada membran selulosa asetat yang nantinya bisa berguna dalam penyerapan kadar CO2 dan masih banyak penelitian lainnya.

Hasil penelitian yang mereka tampilkan mencakup teknologi, ilmu pengetahuan hayati, teknik, kebumian dan kelautan, sosial dan kemanusiaan, pangan dan pertanian, manajemen bencana, serta edukasi dan rekreasi.

Membayangkan semua hasil penelitian itu akhirnya diaplikasikan di masa depan, tidak menutup kemungkinan ada peluang kehidupan yang lebih baik. Ada produk baru seperti detergen yang lebih ramah terhadap lingkungan. Ada alat yang bisa menangkap karbondioksida secara efisien. 

Kita bisa menggunakan bahkan membuat eco enzyme yang berguna untuk membersihkan aliran sungai. Pun masyarakat akan lebih giat memilah limbah sesuai kategorinya karena permintaan limbah sebagai bahan baku semakin tinggi.  

Suasana pameran hasil riset Siswa/i perwakilan sekolah dari berbagai daerah | Dokumentasi pribadi.
Suasana pameran hasil riset Siswa/i perwakilan sekolah dari berbagai daerah | Dokumentasi pribadi.

Ketika Riset dan Inovasi Berpadu dengan Kreativitas, Limbah pun Bisa Bernilai Ekonomis

Masih satu area dengan Scientific Competition terdapat area PPBR. Area tersebut ialah kumpulan start up company yang pernah mendapat kesempatan coaching dari BRIN. Produk mereka juga tampil ciamik dengan nilai riset dan inovasi.

Contohnya saja start up company Plepah dan Greenie dengan produk kemasan dari pelepah pinang. Saya pun mencoba bertanya, kok bisa ada kotak kemasan berwarna cokelat seperti itu. Warna dan tampilannya berbeda dari biasanya.

Ternyata, kotak kemasan memang berbeda. Bahannya terbuat dari pelepah pinang. Pelepah pinang yang telah dikeringkan kemudian di-press menggunakan teknologi dari BRIN dan jadilah kotak kemasan sekali pakai.

Sisa cacahan pada saat pembuatan kotak kemasan makanan digunakan lagi sebagai bahan baku pembuatan  furniture dan tableware. Produk dari bahan dan cara pengolahan yang sederhana sekali tetapi memiliki nilai sangat unik dan berbeda dari kemasan yang paling banyak dipakai sehari-hari.

Pendampingan melalui penyediaan fasilitas berupa teknologi, bimbingan dan riset dari BRIN memperkuat kehadiran mereka dalam menyediakan pemanfaatan limbah pelepah pinang menjadi bahan baku kemasan ramah lingkungan. 

Kedua start up company ini telah mengembangkan produk kemasan makanan, tableware dan furniture dari limbah pelepah pinang. Bahkan, Pelepah telah memasok kemasan makanan yang digunakan oleh berbagai brand besar di Jakarta. Kreativitas Plepah dan Greenie telah mengubah pelepah pinang yang selama ini tidak terpakai menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis dan lebih ramah terhadap lingkungan. 

Produk kemasan makanan dari pelepah pinang oleh Pelepah | Dokumentasi pribadi.
Produk kemasan makanan dari pelepah pinang oleh Pelepah | Dokumentasi pribadi.

Hal serupa juga dilakukan oleh Hejotekno, salah satu start up company yang bergerak di bidang pengelolaan sampah secara terpadu. Mereka adalah salah satu dari 18 (delapan belas) start up company mendapat bimbingan dan mendapat dukungan biaya dari BRIN. Bagi mereka, dukungan material dan immaterial ini menjadi kesempatan besar melakukan riset dan inovasi teknologi dalam mengatasi permasalahan limbah rumah tangga. 

"Pengolahan sampahnya sampai ke incinerator bagaimana, Pak?"

Dengan satu pertanyaan saja, pria berkemeja hitam bernama Delta pun mulai menjelaskan secara lengkap.

Sebelum masuk ke incinerator atau pemusnahan, sampah dipilah terlebih dahulu. Sampah yang tidak dapat digunakan lagi atau diolah kembali masuk ke dalam incinerator. Dari antara sampah, sampah organik diolah menggunakan maggot BSF (Black Soldier Fly) sedangkan sampah anorganik diolah dengan cara dipilah dan diolah menggunakan proses pyrolisis, selebihnya masuk ke dalam pembakaran suhu tinggi . Semua tahap yang mereka lakukan sesuai dengan regulasi pemerintah tentang pengelolaan sampah.

Sampai saat ini Hejotekno memiliki teknologi StungtaXPindad mesin pembakaran sampah dengan suhu ruang bakar 800 oC -1200 oC dan Hetric alat transportasi untuk distribusi sampah dengan menggunakan energi listrik. Selain itu, menurut beliau masih banyak riset dan inovasi yang perlu dilakukan. Saat ini mereka sedang meneliti program Kamisama (kawasan minimasi sampah mandiri). 

Sektor pengelolaan limbah merupakan salah satu sektor yang menjadi prioritas dalam target penurunan emisi. Limbah padat dan air limbah merupakan fokus bidang pengelolaan limbah dalam perhitungan emisi gas rumah kaca. 

Permasalahan limbah memang patut diberi perhatian. Sampah kota, limbah industri dan pengolahan air limbah domestik membutuhkan riset dan inovasi berkelanjutan dalam pengolahan sampah terpadu yang lebih efektif dan efisien lagi. Minimal sesuai dengan pilar pengolahan sampah. 

Secara jangka panjang, pengelolaan limbah domestik maupun industri dapat memperbaiki kualitas air dan udara. Maka pemerintah mendorong pengelolaan limbah terintegrasi dan berkelanjutan, dengan penerapan teknologi tepat guna yang rendah emisi yang didalamnya menerapkan konsep circular economy.

Bekerjasama dengan LKPP, BRIN juga menyediakan website sebagai wadah bagi para industri yang memiliki produk lokal dengan nilai riset dan inovasi. Menjadi secercah harapan bahwa hasil riset mereka yang bernilai riset dan inovasi tidak sia-sia.

Youtuber Lokal "Kok Bisa" Turut Hadir Menginspirasi Siswa/i Calon Peneliti Muda

"Everything starts from a question."

Tak luput dari perhatian, pada kesempatan ini Youtuber Kok Bisa hadir menginspirasi remaja sebagai calon-calon peneliti muda. Tema yang diangkat pada acara ini adalah to Research to Innovate. 

Menurutnya, agar menjadi seorang peneliti yang penuh ide, mulailah terbiasa bertanya pada hal-hal yang ada di lingkungan sekitar. Sekaligus ini menjadi langkah awal melakukan riset. Suatu riset lahir dari rasa penasaran bertahap ke sebuah pertanyaan dan berujung pada penelitian. Sebagai calon peneliti, remaja harus memiliki keingintahuan yang tinggi.  

Setelah mendapatkan hasil riset, para peneliti muda kelak harus bisa menyampaikan hasil riset dan inovasi mereka dengan cara menarik, sederhana dan mudah dimengerti. Beruntungnya, perkembangan digital mendukung hal itu terjadi. 

Berkat ketekunan dan kepiawaiannya menyampaikan sains dengan cara sederhana dan menarik Youtuber Kok Bisa sekarang menjadi sumber informasi terhadap hal-hal yang terjadi di kehidupan sehari-hari. 

Sains yang dulunya dikenal rumit dan terlalu formal, tersampaikan dengan cara yang sederhana. Hingga sekarang Youtuber Kok Bisa telah memiliki sekitar 4,1 juta subscriber. 

Dukungan material maupun immaterial yang diberikan oleh BRIN memberikan secercah harapan terutama bagi para calon peneliti masa depan dan start up company yang ingin melakukan inovasi melalui riset. Kita akan melihat kedepan, peluang riset dan inovasi akan berkembang pesat. 

Adanya kerjasama antara berbagai sektor bersinergi dengan BRIN diharapkan mampu  menjawab berbagai persoalan yang sedang terjadi. Serta, bisa memajukan perkembangan dan melahirkan novelty pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Recover together, recover stronger!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun