Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dilema Pedagang Online Mengirim Produk dengan Kemasan Minimalis

26 Februari 2022   10:04 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:03 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja online (Sumber: shutterstock)

Sejak era pandemi, tak dapat dipungkiri sebagian besar dari kita berbelanja daring. Layanan marketplace merupakan pilihan terbaik karena mengurangi interaksi dengan pihak lain.

Dalam beberapa hal, berbelanja daring memberi banyak kemudahan. Kita mudah memperoleh barang tanpa harus menuju tempat perbelanjaan, bisa belanja kapan saja tanpa mengganggu jam kerja (mengurus rumah tangga, kerja,  kuliah, dsb), dan tentu saja menghemat biaya.

Saya juga pun melakukan hal sama. Sejak pandemi saya lebih sering menggunakan marketplace untuk berbelanja kebutuhan pribadi saya. Mulai dari keperluan dapur hingga kebutuhan umum lainnya seperti skincare, pakaian rumah dan barang elektronik.

Ada sesuatu yang menarik tentang belanja online. Tak jarang paket yang saya terima dibungkus dengan kemasan yang terlalu berlebihan. 

Saya ingat waktu itu ketika membeli online kemasan dibungkus dengan menggunakan kardus, buble wrap dan plastik sekaligus. Padahal produk pesanan saya tidak apa-apa tanpa buble wrap.

Ada lagi paket yang datang di mana ukuran kemasannya sangat besar padahal isinya hanya botol plastik ukuran di bawah 100 ml. 

Menurut saya hal tersebut berlebihan karena hal terpenting ialah produk tiba di tangan dengan kondisi baik.

Bergesernya Penilaian Kemasan dari Produk 

Suatu kali, ketika saya berselancar di salah satu marketplace langganan saya, ada satu ulasan yang cukup menggelitik hati. Pembeli yang mengulas ini mengeluhkan kemasannya yang lecek. Saya mengartikan ulasan itu bahwa produknya dalam kondisi baik. Kemasannya saja yang lecek.

Komentar seperti kemasan lecek tanpa adanya indikasi produk rusak beberapa kali hadir di antara ulasan pembeli lainnya. Membuat saya bertanya-tanya, bukankah pembeli seharusnya tidak mengeluhkan kemasan lecek jika produk datang dalam kondisi baik?

Kemasan berfungsi untuk melindungi produk dari berbagai hal yang memungkinkan produk rusak seperti benturan dan air. Terutama bila perjalanan jauh dengan ukuran kotak akan selalu ada kemungkinan terjadi benturan. Kondisi kemasan yang lecek seharusnya adalah hal wajar. Itu berarti kemasannya berfungsi dengan baik.

Pihak marketplace memberikan salah satu pilihan ulasan produk yaitu kondisi pengemasan. Di mana ulasan kemasan akan berpengaruh terhadap rating toko. 

Penilaian itu memang bisa saja menilai kemasan itu sendiri. Kondisi dan jenis kemasan seperti apakah kemasannya cantik, indah, fashionista, tidak lecek, bengkok, buruk, bekas kemasan sebelumnya.

Namun, hal penting tentang penilaian pengemasan sebenarnya bukan untuk menilai kemasan itu sendiri tetapi produk. 

Pembeli seharusnya lebih berorientasi pada kondisi produk yang dipesan. Mengulas kemasan yang orientasinya terhadap kemasan bisa menggeser persepsi kita tentang fungsi kemasan.

Kondisi pengemasan bertujuan menilai produk itu sendiri. Seberapa apik penjual online mengemas, sejauh produk tiba dengan aman, maka tidak ada gunanya menilai kemasan jika kemasan itu berakhir ke tempat sampah saat itu juga. Seberapa banyakkah kemasan produk yang akhirnya kita pakai lagi?

Bergesernya penilaian kondisi kemasan dari kondisi produk menjadi kemasan dapat membuat pedagang enggan mengirim produk dengan kemasan minimalis. 

Kondisi ini akan memaksa pedagang online mengirim produk dengan kemasan "maksimal" walaupun sebenarnya produk dapat dikirim dengan kemasan minimalis.

Komplain tentang kemasan lecek dan pujian terhadap kemasan maksimalis, cantik, indah, aestetic, sangat tebal dan berlapis-lapis atau minimalis bisa menjadi acuan penjual. Membuat penjual bias tentang kecocokan jenis kemasan dengan produk yang dikirimkan dan banyaknya konsumsi kemasan.

Jika pembeli saja lebih menyukai kemasan yang sempurna dan berlapis-lapis, kemasan minimalis dapat menurunkan rating mereka. Penjual pun berlomba-lomba memberi kemasan sebagus-bagusnya.

Padahal diantaranya ada banyak produk yang bisa dikirim dengan kemasan minimalis. Contohnya, pakaian seharusnya tidak perlu dikirim dengan kemasan buble wrap. 

Saya pernah membeli baju dan baju yang dibungkus dalam plastik pink dibungkus lagi dalam kemasan bubble wrap. Tercengang saya dibuatnya dan masih merasa geli jika mengingat itu.

Bubble warp itu ditujukan untuk produk-produk yang mudah pecah, patah, dan leyot. Adanya buble wrap akan mengurangi tekanan ke bagian dalam kemasan. Pakaian tidak termasuk di dalamnya. Tekanan kuat tidak membuat produk sejenis pakaian robek atau pecah.

Dengan begitu, kita pun secara tidak langsung telah ikut mencemari lingkungan lebih banyak lagi.

Mengapa kita harus peduli dengan kemasan?

Pencemaran lingkungan ialah alasan utama kita harus peduli dengan banyaknya kemasan yang kita konsumsi. Ketika kita berbelanja online ataupun offline menggunakan kemasan sekali saja, itu sudah termasuk konsumsi kita pribadi.

Bila semua kemasan ini tidak ditangani dengan baik, kemungkinan besar akan terjadi peningkatan jumlah limbah ke lingkungan.

Kita tidak boleh lupa bahwa tidak semua kemasan dapat didaur ulang menjadi produk yang sama. Kita tidak boleh lupa pada bahan berbahaya seperti logam berat yang termigrasi ke tanah, air dan udara melalui kemasan yang kita gunakan dan buang.

Kita juga tidak boleh lupa bahwa ketika kemasan dibakar akan menghasilkan berbagai bahan kimia berbahaya seperti dioksin dan furan. Kita juga harus ingat bahwa berapa banyak usaha, modal, waktu, untuk mendaur ulang kemasan itu lagi.

Idealnya kemasan yang digunakan dapat dikembalikan lagi kepada penjual melalui kurir atau penampung atau masuk ke tempat daur ulang. Sayangnya, pengolahan limbah kita belum seperti itu.

Jadi, penting mendorong penjual mengirim pesanan kita dengan kemasan minimalis. 

Pembeli bisa mengulas kemasan dari sisi minimalisnya tetapi produk aman atau memberi ulasan tentang penggunaan kemasan yang berlebihan. Kemasan yang terbuat dari bahan daur ulang atau mengandung bahan daur ulang. Jika ada keterangan bahwa kemasan produk merupakan bahan daur ulang atau mengandung bahan daur ulang.

Happy weekend!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun