Tersedia lokasi yang cukup luas, dengan makanan dan minuman dimana komunitas bisa melakukan kegiatan dengan harga murah. Untuk harga, menu di Balico sangat terjangkau.
Selembar kertas A4 berisi diagram resep kopi yang menjadi dasar resep minuman di kafe Balico dibawakan pegawainya. Setelah itu pak Ibak menjelaskan seputar tentang kopi dan sistem yang mereka pakai.
Sistem yang mereka pakai sangat sederhana. Mudah saja jika ada perorangan atau pihak yang ingin membuka kafe kopi, berkonsultasi dan memakai sistem mereka.
Menggelitik rasanya ketika ngobrol langsung bersama orang yang paham tentang kopi. Rasa penasaran saya selama ini terjawab tentang mengapa ada orang yang repot-repot roasting kopi sendiri. Ternyata karena kopi memiliki prime time yang bertahan selama 14 hari sejak di-roasting.
Itulah mengapa Balico me-roasting kopi sendiri. Agar suguhan kopi kepada pengunjung tetap dalam masa prime time. Jadi aroma dan rasanya masih terjaga. Kopi selain Bali mereka sediakan dijual dalam bentuk bubuk yang mereka roasting sendiri yang disebut dengan kopi Tetangga.
Pak Ibak mengaku sebelumnya bukan orang yang ahli dibidang kopi. Beliau itu lulusan hukum yang memberi konsultasi hukum kepada orang yang membutuhkan secara gratis. Kenal kopi itu belajar sendiri dengan coba-coba sampai ketemu resep yang pas yang menjadi menu di Balico.
Saya pesan latte bligung, merasa beruntung tidak pesan capuccino. Capuccino disini lebih pekat dibanding capuccino yang pernah saya coba. Â
Takut asam lambung naik, bagusnya minum arabica atau robusta?
Bagi pemilik asam lambung, ada ketakutan tersendiri jika ingin minum kopi. Kopi salah satu minuman yang sebaiknya dihindari oleh seseorang yang memiliki asam lambung.
Namun bukan berarti mereka tidak bisa minum kopi. Asam lambung kambuh dalam kopi disebabkan oleh kafein, susu dan creamer.
Bagi penggemar dan penikmat kopi dengan asam lambung, bisa mengganti kopi arabica. Kandungan kafein dalam kopi arabica lebih rendah dibandingkan kopi robusta.Â