Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mbah Surip, Millenial, dan Kopi yang Masih Diperdebatkan

19 Oktober 2019   14:01 Diperbarui: 19 Oktober 2019   14:26 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat mbah surip?

Beliau adalah seorang seniman yang terkenal dengan lagu Tak Gendong, Lagu tak gendong bersama lagu-lagu lainnya yang dirangkumkan dalam satu album bersama Falcon music berjudul Tak gendong bangun tidur (2009). Mbah Surip bersama Falcon music meliris album Tak Gendong Bangun Tidur (2009). Pada tahun 2009 mbah Surip meninggal di tengah lagunya sedang berkibar.

Salah satu penyebab kematiannya dipicu oleh kopi. Kabar-kabarnya mbah Surip memang mengidap penyakit jantung dan sangat menyukai kopi. Setiap harinya dia minum hingga bergelas-gelas kopi.

Kurang tahu apakah hal tersebut berarti apa-apa bagi pengonsumsi kopi di seantero Nusantara, terutama bagi penggemar mbah surip yang juga suka minum kopi. Setiap orang tentu tidak bisa mengelak dari kematian tetapi ada banyak hal faktor yang sering kita dengar memicu kematian terjadi.

Lama sebelum dan setelah itu kopi memang selalu bahan pembicaraan.

Bertahun-tahun sebelumnya, para saintis sudah memperdebatkan tentang sifat karsinogen kafein dalam kopi terhadap manusia.

Sampai akhirnya kafein muncul dalam daftar IARC oleh WHO. Organisasi WHO mengklasifikasikan kafein masuk dalam grup 3 yang artinya kafein tidak diklasifikasikan sebagai kelompok senyawa yang bersifat karsinogen terhadap manusia. Voila!

Bu Sri Mulyani ajak millenial kurangi jajan kopi

Namun, sebenar-benarnya, kopi ibarat dua sisi mata koin, kopi bisa memberi efek negatif apabila diminum melebihi porsi tubuh seperti meningkatkan asam lambung dan membuat kantong bokek. Juga dapat memberi efek positif bagi pengonsumsinya.

Setiap orang memiliki takaran masing-masing. Dalam porsi yang pas sesuai takaran tubuh masing-masing, minum kopi justru dapat meningkatkan kerja jantung. Kopi juga mengandung senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan.

Ngomong-ngomong saya berbicara tentang kopi asli yang diolah dari tanaman, kopi hitam. Bukan kopi dengan berbagai-bagai tambahan komposisi lain, susu, gula, dsb.

Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar setelah Brazil. Sudah seharusnya kita menaikkan citra positif kopi. Semakin hari ragam kopi di Nusantara bermunculan bikin terkagum-kagum. Kopi Gayo dari Aceh beserta kopi Lintong dari Taput, kopi Toraja dan berbagai jenis kopi dari daerah lainnya.

Demikian, kafe kopi pun semakin menjamur seiring melambungnya citra kopi. Ah, banyak sekali kafe kopi jenis kopi mudah saja ditemui terutama di perkotaan, termasuk es kopi susu yang kini sedang naik daun.

Walaupun sebelumnya memang sudah dibicarakan terkait pro dan kontra kopi. Beberapa tahun setelah itupun, kopi semakin marak dibicarakan. Kali ini tentang ajakan agar millenial kurangi jajan kopi dan mulai berinvestasi.

Lagi-lagi, minuman kopi seakan menjadi topik perdebatan di tengah berkibarnya citra kopi Nusantara. Generasi millenial diajak untuk mengurangi jajan kopi. Apa?

Kalau kopi bisa seperti manusia, bisa berjalan dan berbicara mungkin mereka mulai demo besar-besaran dengan spanduk bertuliskan, “Salah saya dilahirkan sebagai kopi? Saya tidak memiliih dilhairkan sebagai tanaman bernama kopi.” dan macam lain-lain. *Saya pengen ketawa membayangkan ribuan kopi sedang demo. Hahaha.

Ada alasan khusus mengapa seorang Menteri Keuangan mengeluarkan ajak tersebut. Millenial banyak yang tidak mempersiapkan diri untuk hari tua. Banyak millenial ini di kenal dengan generasi digital kekinian yang suka tantangan, jalan-jalan, suka pindah-pindah tempat dan tidak punya rencana investasi jangka panjang.

Memahami investasi dari tanaman kopi

Kalau kita berbicara tentang investasi. Investasi itu ibarat kopi yang sedang ditanam oleh petani. Kita petaninya dan kopi investasinya. Tahun pertama adalah awal petani menyediakan lahan, dilanjut dengan menanam, menyiangi, memberi pupuk, mengusir hama dan memangkas tunas-tunas hingga beberapa tahun ke depan.

Jangan berharap mendapatkan buah pada tahun pertama, karena itu waktunya untuk menyiangi dan merawat. Sekitar tiga tahun kemudian tanaman kopi akan menghasilkan buah, itu pun masih belum maksimal. Kira-kira lima tahun kemudian, produktivitasnya akan semakin meningkat.

Jika tanaman kopi senantiasa dirawat, kopi akan memberikan imbal hasil setiap tahunnya hingga bertahun-tahun. Sama halnya, dalam berinvestasi pun tidak akan selalu ada jaminan berhasil tergantung bagaimana orang yang mengelolanya dan masa yang terjadi pada saat itu.

Jujur saja, ketika millenial disebut-sebut terlalu banyak jajan kopi, saya tidak terlalu sepakat. Kehidupan millenial tidak melulu tentang FOMO (Fear of Missing out) dan YOLO (You only Live One). Soalnya kadang anak millenial ada juga yang memanfaatkan bertemu di kafe kopi yang tujuannya kegiatan positif.

Entahlah itu curhat tentang kehidupan pribadi setelah bekerja, bahas tentang masa depan atau malah bahas tentang investasi. Sementara kalau di perkotaan terbatas tempat bertemu. Kafe menjadi sasaran tempat. Ini bukan saya tapi saya yakin banyak milenial yang seperti itu.

Memang kalau dihitung-hitung berapa jajan kopi per tiap hari dikali harga kopi maka itu sangat menguras kantong dan bisa bikin bangkrut. Tetapi berkunjung ke kafe kopi dengan bayaran yang lumayan mahal justru kadang memaksa melakukan sesuatu yang lebih berguna. Bisa jadi fokus berbicara dengan teman, fokus merenung, fokus membaca buku, fokus membuat artikel atau fokus bekerja.

Sekarang, apa kabar investor millenial lokal?

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Menurut KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia), per Juli 2019 demografi investor individual menunjukkan 59,64% adalah pria dan 40,36% adalah wanita. Dari total keseluruhan investor individual ini di antaranya terdapat 41,51% investor individual dengan usia di bawah hingga 30 tahun. Selebihnya usia 30 tahun ke atas.

Dimana menurut persentasi pendapatan sebanyak 13,19% merupakan investor individu dengan pendapatan di bawah 10 juta ke bawah. Sedangkan 57,56% adalah investor dengan pendapatan 10 hingga 100 juta.

*Jeda lima detik.

Kalau misalnya kamu mau mencoba seduh kopi sendiri atau mau mencoba kopi, saya punya saran tempat pembelian kopi yang enak yang ditanam dan diolah sendiri oleh seorang petani ulet dari Aceh.

Demikian, happy weekend yaa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun