Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar setelah Brazil. Sudah seharusnya kita menaikkan citra positif kopi. Semakin hari ragam kopi di Nusantara bermunculan bikin terkagum-kagum. Kopi Gayo dari Aceh beserta kopi Lintong dari Taput, kopi Toraja dan berbagai jenis kopi dari daerah lainnya.
Demikian, kafe kopi pun semakin menjamur seiring melambungnya citra kopi. Ah, banyak sekali kafe kopi jenis kopi mudah saja ditemui terutama di perkotaan, termasuk es kopi susu yang kini sedang naik daun.
Walaupun sebelumnya memang sudah dibicarakan terkait pro dan kontra kopi. Beberapa tahun setelah itupun, kopi semakin marak dibicarakan. Kali ini tentang ajakan agar millenial kurangi jajan kopi dan mulai berinvestasi.
Lagi-lagi, minuman kopi seakan menjadi topik perdebatan di tengah berkibarnya citra kopi Nusantara. Generasi millenial diajak untuk mengurangi jajan kopi. Apa?
Kalau kopi bisa seperti manusia, bisa berjalan dan berbicara mungkin mereka mulai demo besar-besaran dengan spanduk bertuliskan, “Salah saya dilahirkan sebagai kopi? Saya tidak memiliih dilhairkan sebagai tanaman bernama kopi.” dan macam lain-lain. *Saya pengen ketawa membayangkan ribuan kopi sedang demo. Hahaha.
Ada alasan khusus mengapa seorang Menteri Keuangan mengeluarkan ajak tersebut. Millenial banyak yang tidak mempersiapkan diri untuk hari tua. Banyak millenial ini di kenal dengan generasi digital kekinian yang suka tantangan, jalan-jalan, suka pindah-pindah tempat dan tidak punya rencana investasi jangka panjang.
Memahami investasi dari tanaman kopi
Kalau kita berbicara tentang investasi. Investasi itu ibarat kopi yang sedang ditanam oleh petani. Kita petaninya dan kopi investasinya. Tahun pertama adalah awal petani menyediakan lahan, dilanjut dengan menanam, menyiangi, memberi pupuk, mengusir hama dan memangkas tunas-tunas hingga beberapa tahun ke depan.
Jangan berharap mendapatkan buah pada tahun pertama, karena itu waktunya untuk menyiangi dan merawat. Sekitar tiga tahun kemudian tanaman kopi akan menghasilkan buah, itu pun masih belum maksimal. Kira-kira lima tahun kemudian, produktivitasnya akan semakin meningkat.
Jika tanaman kopi senantiasa dirawat, kopi akan memberikan imbal hasil setiap tahunnya hingga bertahun-tahun. Sama halnya, dalam berinvestasi pun tidak akan selalu ada jaminan berhasil tergantung bagaimana orang yang mengelolanya dan masa yang terjadi pada saat itu.
Jujur saja, ketika millenial disebut-sebut terlalu banyak jajan kopi, saya tidak terlalu sepakat. Kehidupan millenial tidak melulu tentang FOMO (Fear of Missing out) dan YOLO (You only Live One). Soalnya kadang anak millenial ada juga yang memanfaatkan bertemu di kafe kopi yang tujuannya kegiatan positif.