Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lokasi Wisata "Tour Walking" di Bogor dan "Sharing Host" Berpengalaman

4 Juni 2018   17:55 Diperbarui: 4 Juni 2018   18:05 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cielo minuman sari pala-Dokumentasi Pribadi

Kota yang memiliki banyak tempat wisata dengan jarak berdekatan memiliki daya tarik tersendiri. Ditambah dengan akses dan fasilitas memadai, kota seperti ini bisa menjadi menjadi pilihan tujuan wisata yang cocok dikunjungi oleh siapa saja dalam banyak kondisi.

Semisal pelajar atau komunitas tertentu yang ingin memanfaatkan waktu libur atau seseorang saat bertugas ke kota tersebut. Mengapa? Sebab mereka bisa mengunjungi beberapa tempat dalam waktu singkat. Ibarat kata pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Bogor masuk dalam kriteria di atas. Banyak hal yang bisa dinikmati di kota Bogor sebab kota ini kaya akan tempat wisata dengan jarak lokasi berdekatan. Mau belajar sejarah atau suka dengan alam, keduanya tinggal pilih.

Berkeliling kota Bogor dengan berjalan kaki bersama teman-teman bisa menjadi pilihan tepat karena iklimnya yang sejuk. Tidak terasa langkah-langkah kaki sudah menyusuri jarak yang terbilang jauh pun mengunjungi beberapa tempat.

Seperti yang saya lakoni bersama teman-teman peserta KotekaTalk minggu lalu. Tepatnya saat libur Waisak pada Selasa, 29 Mei lalu. Saya ikutan tour walking ke kota Bogor. Acara bertema KotekaTalk ini digagas oleh KOTEKA atau Komunitas Traveller Kompasiana bekerja sama dengan AirBnB.

Kantor Pos Kota Bogor-Dokumentasi Pribadi
Kantor Pos Kota Bogor-Dokumentasi Pribadi
Sebenarnya, keinginan mengeksplore kota Bogor sudah ada dalam diri saya sejak dulu. Keinginan terwujud setelah diikutsertakan dalam acara KotekaTalk hari itu. Selain mengelilingi kota Bogor, peserta juga mendapat sharing dari seorang Host AirBnB berpengalaman.

Beliau, Mas Ony Jamhari, host yang juga merangkap sebagai admin Koteka. Tapi cerita tentang dunia per-hosting-an kita skip dulu setelah kita jalan-jalan di Kota Bogor, ya. 

***

Pagi-pagi, berangkatlah saya dari Jakarta menuju Bogor menggunakan kereta dengan harapan moga-moga cuaca hari ini mendukung acara kami. Setiba di meeting point, tepatnya di depan KFC dekat stasiun, kami pun berkenalan satu sama lain.

Pak Dizzman (nama pena Kompasiana), salah satu admin Kompasiana mengenalkan kami pada pemandu lokal dan teman lainnya. Wuish... ternyata ada pemandunya. Gak nyangka hari ini akan dipandu oleh tour guide lokal. Kayak turis beneran dah.

Sembari menunggu beberapa teman yang masih dalam perjalanan menuju tempat kami berada, kami mengobrol macam-macam. Topik obrolan didominasi tentang Mas Rizki dan Mba Lady, tour guide lokal kami hari itu.

Bagaimana mereka menjadi tour guide. Tadinya saya kira mereka berdua berasal dari sekolah bidang pariwisata.

"Kami dari Yayasan Cipta Mandiri." Kata Mba Lady.

Menurut penuturan mereka berdua, mereka dibina di Yayasan Cipta Mandiri. Yayasan tersebut mendidik skill anak muda dari keluarga yang kurang mampu menurut minat dan bakat masing-masing. Selain program wisata ada juga program lain seperti creative writing dan bercocok tanam.   

Mas Rizki dan Mba Lady bergabung di Yayasan Cipta Mandiri setelah lulus dari sekolah menengah. Sekarang setelah kira-kira sebelas bulan, Mas Rizki fasih banget menjelaskan tempat wisata yang kami kunjungi dalam bahasa Inggris dan Indonesia.

Sepanjang hari yang cerah itu pun, mereka memandu perjalanan wisata kami. Kalau ada rencana wisata keliling Bogor, bisa menggunakan jasa mereka.

Pilihan Tempat Wisata Saat Tour Walking di Kota Bogor

Enaknya menggunakan jasa tour guide itu, kita bisa mengetahui detail sejarah tempat yang dikunjungi saat itu juga. Sambil melihat langsung dan mendengar penuturan mereka, kita pun mengerti sejarah di balik tempat wisata tersebut. Tanpa harus mengumpulkan informasi dari banyak sumber terlebih dulu. Tour guide sudah merangkumkannya untuk yang dipandu.

Gereja Katedral, lokasi pertama yang kami kunjungi. Kami tempuh dengan berjalan kaki dari KFC. Gereja ini dibangun pada tahun 1886 yang dulunya merupakan panti asuhan.

Gereja Katedral sebelumnya terletak di Kantor Pos Kota Bogor yang sekarang. Satu gedung dipakai bersamaan oleh Jemaat Gereja Ayam Zebaoth yang nantinya akan kami lewati setelah Kebon Raya Bogor.

Pas posting foto di gereja, seorang teman komentar sampaikan ada Soto Bogor yang wenakk di taman topi. Sepertinya suatu saat saya harus coba.

Gereja Katedral-Dokumentasi Pribadi
Gereja Katedral-Dokumentasi Pribadi
Dari Gereja Katedral kami beralih ke Balai Kota, teman yang lain sedang sholat sementara saya, mba Lady, dan mas Deny berbincang-bincang tentang bangunan Balai Kota yang masih bergaya Belanda.  Jadi Balai Kota dimana kami sedang duduk disebut De Societeide, tempat ibu-ibu sosialita Belanda atau nyonya meneer.

Tak lama kemudian, setelah foto bareng di depan Balai Kota, kami menyeberang ke arah pintu Istana Bogor. Pintu gerbang ditutup dan dijaga ketat. Masyarakat umum hanya bisa masuk pada moment ulang tahun Bogor. Walaupun demikian, Istana Bogor yang luas dan asri bisa dinikmati dari balik pagar.

Menariknya, beberapa keluarga sedang berwisata di sekitaran Istana Bogor, menyaksikan anak-anak sedang memberi makan rusa. Saat ini Istana Bogor memiliki rusa sekitar 700 ekor dari semula 5 ekor pemberian Mahatma Gandhi.

Seorang anak memberi makan rusa. Sudah minta ijin jepret foto beliau dari orangtuanya-Dokumentasi Pribadi
Seorang anak memberi makan rusa. Sudah minta ijin jepret foto beliau dari orangtuanya-Dokumentasi Pribadi
Kebun Raya Bogor yang merupakan bagian Istana Bogor dibangun pada tahun 1817 oleh Reinwardt, saintis asal Jerman. Hingga sekarang kebun berluaskan 87 Ha ini sudah diisi sebanyak 1500 jenis tanaman dan terdapat 5000 anggrek di rumah hijau.

Dari Balai Kota berlawanan dengan arah datangnya transportasi satu arah, kami berjalan di sepanjang area pejalan kaki yang mengelilingi Kebun Raya Bogor, melewati Gereja ayam (Hennekerk) yang saya ceritakan sebelumnya, Museum Kepresidenan, makam 47 orang Belanda yang meninggal akibat malaria yang masih satu area dengan Kebun Raya Bogor, Museum Munasin (Museum Nasional Sejarah Alam) dan Kantor Pos Kota Bogor. 

"Menurut mitos jaman dahulu, kemana ayam menghadap, disana ada sebuah pedesaan terdekat." Jelas Mas Rizki saat saya dan Mba Annisa memastikan apakah ayam adalah petunjuk arah angin?

Gereja Zebaoth GPIB (Dahulu dikenal sebagai gereja 'Hanekerk' atau gereja ayam. Dibangun pada tahun 1920 masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.P Graff Van Limburg Stirum. Nama Zebaoth pertama kali digunakan oleh Pdt. mattimoe pada acara paskah tahun 1963. Gereja ini merupakan salah satu cagar budaya di Bogor-Dokumentasi Pribadi
Gereja Zebaoth GPIB (Dahulu dikenal sebagai gereja 'Hanekerk' atau gereja ayam. Dibangun pada tahun 1920 masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.P Graff Van Limburg Stirum. Nama Zebaoth pertama kali digunakan oleh Pdt. mattimoe pada acara paskah tahun 1963. Gereja ini merupakan salah satu cagar budaya di Bogor-Dokumentasi Pribadi
Kami tiba di pintu masuk Kebun Raya Bogor. Tepat di seberangnya terdapat Vihara Dhagana. Ko Yun, yang sedang bertugas sebagai Pelayan Minuman menyambut ramah kedatangan kami. Menjelaskan aktivitas disana, dimana saat itu banyak umat Budha sedang berdoa, tentang Vihara Dhanagun bukanlah vihara tertua di kota Bogor. Vihara yang dibangun pada tahun 1672 ini merupakan pusat dari vihara di Bogor, tentang ajaran supaya menghormati bumi agar bumi memberi hasil yang baik.

Ko Yun, pria yang mengenakan baju hijau-Dokumentasi Pribadi
Ko Yun, pria yang mengenakan baju hijau-Dokumentasi Pribadi
Tak terasa sudah mulai sore, saatnya beranjak darisana. Dari Vihara kami menuju rumah Mas Ony Jamhari dengan menyewa angkutan umum. Canda tawa di angkot mendekatkan para peserta tak terasa sudah tiba di Green House.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
 Dari Host hingga SuperHostAirBnB

Bicara tentang berwisata, penginapan merupakan hal lumrah bagi traveler kebanyakan. Traveler yang ke luar kota hingga lebih dari satu malam biasanya menggunakan jasa penginapan.

Meningkatnya minat pariwisata saat ini, menjadi host sebuah penginapan bisa dijadikan sebagai bidang usaha. Jika memiliki satu kamar kosong atau sebuah rumah yang  jarang atau bahkan tidak dihuni bisa disewakan bagi para traveler.  

Kesempatan ini dimanfaatkan Ony. Topik yang kami tunggu-tunggu sejak tadi. Teman-teman begitu antusias, mengingat ada peserta yang berencana menyewakan kamar kosong di rumahnya. Mas Ony pun berbagi pengalamannya sebagai host di AirBnB.

Suasana halaman rumah Green House-Dokumentasi Pribadi
Suasana halaman rumah Green House-Dokumentasi Pribadi
Berawal ketika mendengar atasannya yang sering jalan-jalan menggunakan platform AirBnB. AirBnB (Air Bed and Breakfast) sebuah platform pemesanan hunian, keterampilan dan restoran, didirikan pada tahun 2008 di San Fransisco.

Bekerja di Jakarta serta memiliki rumah di Bogor membuat rumahnya lebih sering kosong. Agar rumahnya berfungsi serta tetap terawat, akhirnya pada tahun 2016 Mas Ony pun menjadi host di AirBnB. Dia menyebut rumahnya sebagai Green House.

Berada di Green House, penginapan milik Mas Ony, rasanya segar sekali. Halaman dipenuhi rumput manis. Ada banyak pot tanaman ditata sedemikian rupa, mencerminkan namanya. Ya, pemilik rumah memang deman sama topik hijau begitu disampaikan.

Ada tiga langkah untuk menjadi host di AirBnB, yaitu buka akun, create listing berisi kondisi kamar atau rumah, sesuai perlengkapan dan peralatan yang disediakan, lalu terima tamu dan dapatkan bayaran.

Ruang tamu green house, tempat peserta mendengar sharing dari Mas Ony Jamhari-Dokumentasi Pribadi
Ruang tamu green house, tempat peserta mendengar sharing dari Mas Ony Jamhari-Dokumentasi Pribadi
Di AirBnB, menjadi hosting bisa saja dilakukan oleh siapa saja. Walaupun tidak memiliki rumah sama sekali. Menjual jasa restoran atau keterampilan yang kita miliki misalnya. Bidang tersebut sudah lama diaplikasikan di luar negeri. Saat ini untuk Indonesia masih sangat jarang.  

Bagi Mas Ony, adanya Green House membuka 'lapangan pekerjaan' bagi warga setempat.

"Saya tidak menyediakan sarapan bagi tamu dalam daftar amenities, biasanya tamu makan di sebelah rumah." Jelas beliau.

Begitu juga jasa penyewaan motor, yang tadinya beliau tidak tahu ada jasa penyewaan motor di Bogor, sekarang dia bisa menghubungkan tamu-tamunya kepada jasa penyewaan motor.

Seiring berjalan waktu, kian hari Green House semakin tertata dan pelayanan semakin meningkat. Feedback dari tamu-tamu beliau membantunya memperbaiki pelayanan di Green House. Mas Ony pun pernah mendapat peringkat sebagai Superhost. Dalam sehari, Green House disewakan seharga Rp 800.000 per hari (lihat lengkapnya di Green House AirBnB).

Tetapi selain mendapatkan bayaran dan rumah yang akhirnya semakin terawat, menjadi host di AirBnB menurutnya membuka pengalaman baru berjejaring dengan orang baru, mulai orang lokal hingga internasional.

Ada satu lagi nih, jika berkunjung ke Bogor, coba deh icip minuman atau sirup Cielo. Sirup sari pala yang diekstrak dari kulit buah pala. Salah satu Kompasianer, Mba Annisa buka usaha ekstrak buah sari pala. Kece badai!

Salah satu menu saat berbuka puasa, yang sudah kami icip sebelum berbuka bareng teman-teman yang lagi gak puasa. Kata Mba Anissa, minuman sari pala bisa meningkatkan kualitas tidur. Itu poinnya, ayoo... siapa yang lagi dirundung galau karena susah tidur?

Cielo minuman sari pala-Dokumentasi Pribadi
Cielo minuman sari pala-Dokumentasi Pribadi
 

Koteka Berbagi Pengalaman Seputar Jalan-jalan

Senang sekali hari ini keinginan eksplor Bogor sudah kesampaian. Udah itu dapat pengetahuan baru dari orang yang berpengalaman di bidangnya.

Selanjutnya, bagaimana jika ada acara khusus bertemakan lingkungan dan traveler. Acara bermuatan pariwisata  dari ahlinya, berisi semacam apa yang Do dan Don't saat kita berwisata dan menuliskan seputar wisata.

Apalagi buat traveler yang suka menuliskan pengalamannya di blog. Blogger traveler sedikit banyak blogger punya andil menjadi tour guide melalui tulisannya yang tentunya bisa mengajak pembaca menghormati lingkungan sepenting menikmati keindahan alam.

Tapi jika ada sponsor, praktek langsung ke lapangan merupakan pilihan kece. Belajar suatu keterampilah di home industry, misalnya menyewa jasa keterampilan dan restoran dari AirBnB.

Cukup sekian jalan-jalan hari ini, terimakasih Koteka atas kesempatan yang diberikan :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun