Tak lama kemudian, setelah foto bareng di depan Balai Kota, kami menyeberang ke arah pintu Istana Bogor. Pintu gerbang ditutup dan dijaga ketat. Masyarakat umum hanya bisa masuk pada moment ulang tahun Bogor. Walaupun demikian, Istana Bogor yang luas dan asri bisa dinikmati dari balik pagar.
Menariknya, beberapa keluarga sedang berwisata di sekitaran Istana Bogor, menyaksikan anak-anak sedang memberi makan rusa. Saat ini Istana Bogor memiliki rusa sekitar 700 ekor dari semula 5 ekor pemberian Mahatma Gandhi.
Dari Balai Kota berlawanan dengan arah datangnya transportasi satu arah, kami berjalan di sepanjang area pejalan kaki yang mengelilingi Kebun Raya Bogor, melewati Gereja ayam (Hennekerk) yang saya ceritakan sebelumnya, Museum Kepresidenan, makam 47 orang Belanda yang meninggal akibat malaria yang masih satu area dengan Kebun Raya Bogor, Museum Munasin (Museum Nasional Sejarah Alam) dan Kantor Pos Kota Bogor.Â
"Menurut mitos jaman dahulu, kemana ayam menghadap, disana ada sebuah pedesaan terdekat." Jelas Mas Rizki saat saya dan Mba Annisa memastikan apakah ayam adalah petunjuk arah angin?
Bicara tentang berwisata, penginapan merupakan hal lumrah bagi traveler kebanyakan. Traveler yang ke luar kota hingga lebih dari satu malam biasanya menggunakan jasa penginapan.
Meningkatnya minat pariwisata saat ini, menjadi host sebuah penginapan bisa dijadikan sebagai bidang usaha. Jika memiliki satu kamar kosong atau sebuah rumah yang  jarang atau bahkan tidak dihuni bisa disewakan bagi para traveler. Â
Kesempatan ini dimanfaatkan Ony. Topik yang kami tunggu-tunggu sejak tadi. Teman-teman begitu antusias, mengingat ada peserta yang berencana menyewakan kamar kosong di rumahnya. Mas Ony pun berbagi pengalamannya sebagai host di AirBnB.