Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"RideSharing", Cara Uber Ajak Masyarakat Mengurangi Kemacetan dan Polusi Udara di Jakarta

11 November 2017   18:01 Diperbarui: 11 November 2017   18:28 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Topik ini bukan sesuatu yang menarik jika dibicarakan tetapi kita perlu tahu bagaimana kondisi udara di sekitar. Kita menghirup udara setiap saat.

Menurut laporan BCC news, pada tahun 2016, WHO (World Health Organization) memasukkan Jakarta dalam sepuluh kota dengan pencemaran udara terburuk di Asia Tenggara. Kondisi udara Jakarta melebihi ambang batas 4,5 kali lipat dari yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 45 g/m3. Level sangat mengkwatirkan.

Sejak tahun 2010 saja, Survei BI sudah menyatakan Jakarta merupakan kota termacet total dengan berbagai dampak yang timbul, terutama kesehatan penduduk di Jakarta akibat polusi udara.

Kendaraan bermotor salah satu sumber terbesar emisi udara. Pembakaran bahan bakar akan menghasilkan emisi NOx, SOx, partikulat matter dan emisi berbahaya lainnya seperti timbal dan benzena. Dalam jangka lama, udara terpolusi yang kita hirup akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti asma, pneumonia, gangguan paru obstruktif kronik, jantung, dan kanker.

Walaupun kita mengenakan masker, masker tidak bisa melindungi 100%. PM2,5 (partikulat matter berukuran hingga 2,5 mikron) bisa masuk ke dalam tubuh.  

Dalam hati ini timbul pertanyaan, bagaimana dengan warga yang sedang beraktivitas di luar ruangan? Terutama kelompok rentan, ada anak-anak dan ibu hamil serta masyarakat di dalam angkutan non-AC dan di atas kendaraan roda dua yang juga terjebak dalam kemacetan.

 

Konsep Ridesharing Salah Satu Solusi Mengurangi Kemacetan,

Kemacetan sudah terbukti bermuara pada kesehatan dan psikologis warga. Riset Budi Haryanto pada tahun 2010 menunjukkan sekitar 57,8% penyakit penduduk Jakarta terkait dengan pencemaran udara dengan biaya penanggulangan dua kali lipat dari dana APBN. Sebenarnya kita rugi, bukan?

Jika kemacetan terus meningkat dalam lima tahun ke depan Jakarta akan semakin merugi, bahkan lumpuh total seperti kondisi dalam video berikut:


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun