Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Alam yang Berharap pada Anak Sekolah

21 Maret 2018   22:43 Diperbarui: 21 Maret 2018   22:56 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Anak-anak itu pernah dengar

Sekolah bagi mereka katanya adalah tempat yang tak hanya membuka mata mereka.

Bersekolah mereka akan mengerti nyanyian angin, teriakan ombak, dan gegap-gempita petir.

Itu janji-janji beberapa orang tua, beberapa yang pernah mengecap pendidikan, juga beberapa pendatang yang sengaja datang atau sekedar mampir.

Janji-janji yang malah membuat mereka jadi ragu.

Jauh-jauh berangkat dari rumah, menempuh jalan berliku, menyeberang sungai dan teluk, menjalani jalan yang seakan tak berujung, nantinya tiba di sekolah penuh peluh, tak didapati buku-buku, alat tulis, peralatan yang memadai atau guru yang cukup.

Diam-diam lalu bertanya pada diri sendiri, "Memang apa gunanya bersekolah itu?"

Saat ini, tak perlulah sampai memuaskan hasrat mereka.

Cukup menjawab teka-teki apa guna bersekolah itu saja sudah cukup!

Barangkali itulah mengapa mereka tetap datang bersekolah, mencari sebuah jawaban.

Seringkali alam yang begitu kaya seakan meledek mereka.

Lihatlah tumbuhan mengeluarkan buah dan umbinya begitu saja tanpa perlu berpeluh seperti mereka mencari yang tidak pasti akan didapat. 

Tebarkan jala dari atas sampan sambil bersenandung, ikan berlomba-lomba menghampiri.

"Pilih mana, sekolah atau kesana saja?"

Akh! Tak mungkinlah alam berkata begitu.

Mereka pastilah mendamba anak-anak itu tiba ke sekolah.

Lihatlah, angin bersenandung seakan berbahagia setiap mendapati mereka akan berangkat ke sekolah.

Matahari mengeluarkan cahayanya hangat berharap dapat menembus mencerahkan hati dan pikiran mereka.

Tumbuh-tumbuhan turut bersama angin berteriak kencang-kencang menyemangati.

Laut dengan riak-riak ombaknya yang malah sering menawan keberanian mereka.

Oleh karena girang hatinya melihat anak-anak berseragam itu.

Tanah mengeraskan badan memperlihatkan bukti supaya anak-anak itu mengeraskan tekad, ingin menjadi guru atas mereka. Tanah itupun bergembira akan jejak-jejak kaki anak-anak yang pergi ke sekolah itu.

Moga-moga suatu saat mereka tetap kekeuh ingin mendapatkan ilmu.

Meski pada akhirnya ingatlah mereka anak manusia itu tak pernah mengerti apa arti semuanya.

Begitulah setiap hari alam harap-harap cemas, ikut bermimpi supaya mimpi anak-anak itu juga terpelihara. Sebab kelak nanti, anak-anak itulah yang akan merawat mereka.

Sikakap, 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun