Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menikmati "Senandung Ibu Pertiwi" di Galeri Nasional

30 Agustus 2017   12:24 Diperbarui: 6 September 2017   12:36 2654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Moolight mewakili pengalaman sebuah pedesaan dimana keadaan takluk di bawah cahaya bulan dan suara anak-anak. Lukisan yang mewakili pengalaman saya dimasa kecil. Saya baru menyadari dalam lukisan itu ternyata ada sekelompok anak sedang bermain di bawah terang bulan. Saya perhatikan lagi ketika tiba di rumah. Mereka sedang melakukan permainan tradisional.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kamu juga pernah bermain di bawah terang bulan? Saya iya, sering. Bermain di bawah sinar bulan kami nanti-nantikan sepanjang musim kemarau. Beragam permainan tradisional yang kami lakukan, Mardatu Husip (Dukun Berbisik), Margala Tingko, Marsilelean Dua.

Sekarang semua tinggal cerita yang sudah lama terlupakan. Namun, Terang Bulan seakan memanggil saya pulang ke masa lalu. Tidak tanggung-tanggung, salah satu koleksi lukisan istana. Salah satu kekayaan budaya kita. Permainan tradisional yang mereka mainkan, permainan yang juga pernah kami lakukan. Ah, saya lupa apa namanya! Main ular-ularan, kalau tidak salah.

Karya serupa yang mungkin saja tidak kembali seperti sedia kala menurut saya misalnya karya Itji Tarmizi (Lelang Ikan), karya Ernest Dezentje (Sungai ciliwung), Menggaru Sawah di Jawa  karya Romualdo Locatelli. Sebagian telah digeser oleh kemajuan teknologi dan (peningkatan) budaya baru.

Para wanita berkebaya juga, jika dulu kebaya sebagai simbol identitas derajat, sekarang bisa dikenakan oleh siapa saja. Lukisan merekam itu semua, sesungguhnya kita kaya akan alam, budaya, pemikiran, dan keberanian.

Kelak rentetan nama-nama baru akan muncul dengan karya luar biasa bercerita tentang keindahan dan kekayaan kita saat ini, yang juga akan berubah pelan-pelan. Bisa saja akan lebih baik atau tergerus tak terurus.

Walaupun para pelukis sudah dicampuri oleh pemikiran dari luar--beberapa di antara mereka berangkat ke berbagai negara, belajar langsung kepada pelukis-pelukis ahli. Karya-karya indah disana menurut saya adalah sebentuk pengenalan mereka terhadap bangsa sendiri. Saya setuju dengan pernyataan ini, mengenal bangsa sendiri adalah bagian mengenal diri sendiri.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kira-kira seperti itulah pengalaman baru yang saya peroleh dari kunjungan ke galeri nasional. Menyenangkan? Tentu saja. Selain koleksi lukisan ada juga koleksi fotografi yang membuat diri tertegun. Dari mereka para penangkap momen pada sudut pandang sederhana menghasilkan foto-foto nan indah. Serta ada pula oleh-oleh khas nusantara yang unik dan mengesankan yang bisa dibeli.

Bagi kamu yang belum berkesempatan menyaksikan karya tangan para pelukis hebat di Galeri Nasional, mudah-mudahan cerita pengalaman saya ini memberi sedikit gambaran. Sebelum menyaksikannya suatu hari nanti. Terimakasih sudah memberi kesempatan melihat kekayaan nusantara kepada Pemerintah, Seniman, Budayawan, Kompasiana dan siapa saja yang terlibat.

#Salam hangat dari anak yang sedang belajar mengenal bangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun