Sakit?
Blep... ini baru ajaa minum obat.
Dikit-dikit makan obat.
Bagi yang suka sekali nelan obat gimana ya kalau bertemu dengan dokter yang satu ini. Bisa jadi akan senyum-senyum karena gak dapat obat atau malah bersumpah ke depan akan jaga kesehatan sebaik-baiknya.
Tinggal di sebuah rumah sederhana bersama dua orang anak bernama Scooby (seekor anjing) dan Awi (Seekor kucing manis). Dokter ramah yang ini selalu ajari kedua anaknya sopan santun, duduk dan berdoa sebelum makan.
Kami sering mencari perhatian pada dokter cantik berambut pirang ini. Cantik yang gak hanya dari fisik saja tetapi juga dari cara hidupnya yang begitu sederhana. Cantik itu pula tidak tersembunyi oleh motor trailer, kendaraan satu-satunya yang dia gunakan kemana-mana. Rekan sekaligus teman yang tidak jarang kami godain. Salah satu sifatnya yang saya kenal pelit ngasih obat.
Katakan padanya seperti ini, “Dok, saya kurang sehat. Minta obat?”
Jangan mengira kamu akan dapat obat. Adanya pertanyaan dan nasehat berulang
“Sudah berapa lama?”
“Sudah istirahat?”
“Kalau begitu banyak minum air putih, mungkin tubuhmu perlu istirahat saja.”
Kalau coba menggoda lagi, bahasa indonesia logat Amerika yang terdengar renyah akan mengalir sampai dia merasa pendengarnya sudah paham.
“Kadang sakit itu datang karena tubuh menuntut kita untuk istirahat. Jadi, kalau sudah mulai sakit harus banyak minum air putih, makan sehat, then, istirahat. Percayalah, nanti juga akan sembuh.” Nada di kalimat terakhir itu seperti mendayu memohon.
Sesekali dia juga mengajak kita bersyukur kalau kita sakit. Mamakk, sakit kok bersyukur? Ya itu, menurutnya sakit adalah alarm dari tubuh kita mengingatkan agar berhenti sejenak.
Hei, sudah waktunya beristirahat. Ayolah, jangan kerja terus, jangan begadang terus, jangan kena hujan terus... jangan sepele terus. Tubuh itu harus diperhatikan, harus dijaga dengan baik, harus diurus supaya terus sehat dan bisa bersemnagat beraktivitas dan hasilpun jadi oke.
Entah sadar atau tidak sadar, meski kami sudah sering mendengar penjelasannya, kalau ditanya lagi beliau akan menjelaskan secara detail dan serius.
Mau bilang lagi, “Keburu mati, Dokkk.”?
Saya baru terpikir dengan pertanyaan ini. Mungkin karena saya terlanjur mempercayainya.
***
Saya percaya saja apa katanya. Bagaimana pun dia seorang dokter. Setelah menempuh kuliah di jurusan Biologi di negara asalnya dia kemudian kuliah lagi ambil jurusan kedokteran. Tidak ada alasan meragukan ucapannya tentang “Tunggu dulu sebelum mengonsumsi obat.”
Bukan berarti dia tidak pernah memberi obat pada kami. Saya pernah minum obat pemberiannya setelah mengatakan saya sakit.
Terlalu rumit kalau saya harus membuktikan apa kata dokter Amerika ini. Daripada saya harus pusing memikirkannya, saya coba pahami dari prinsip aksi dan reaksi.
Beri aksi maka muncul reaksi. Reaksi dari aksi yang kamu berikan.
Contohnya, saat makan (aksi) setelah itu akan kenyang (reaksi)
Saat melakukan kebaikan (aksi) lalu merasa bahagia (reaksi)
Ketika air sayur tawar ditaburi garam, rasa tawar berganti menjadi asin karena NaCl ada di dalam sayuran dan kamu tidak kena gondok karena Iodium yang terdapat di dalam garam.
Ketika kamu membakar sampah misalnya, api akan bereaksi dengan sampah lalu muncul oksida abu dan asap (Bisa jadi terdiri dari SOx, NOx, CO2, dioksin, furan, dll). Gak kelihatan? Cobalah cium apakah ada aroma baru. Aroma asap yang membuat batuk batuk, ukh... ukh..!
Hubungannya dengan obat?
Ketika makan obat (aksi) lalu merasa sembuh (reaksi).
Obat yang masuk ke dalam tubuh kemudian bereaksi dengan unsur, zat, atau senyawa dalam tubuh. Lalu tubuh pun merasa lega bebas dari rasa sakit.
Kalau dikit-dikit makan obat gimana? Saat meminum obat ada efek samping yang ditimbulkan. Efek samping bisa timbul karena saat obat masuk dalam tubuh ada unsur, zat, senyawa dalam obat bereaksi dalam tubuh. Hasil dari reaksi tersebut merupakan efek samping. Cobalah baca efek samping yang tertera dalam kemasan obat.
Dokter amerika ini selalu mempengaruhi kami (masyarakat) supaya melakukan pola hidup sehat agar tidak terlanjur sakit. Sakit menurutnya adalah tuntutan tubuh untuk mendapatkan istirahat. Sehingga kalau sakit itu berarti ada sesuatu yang salah dalam pola hidup. Pola hidup tidak sehat menyebabkan sistem imun turun sehingga gampang terserang penyakit.
Sebelumnya saya pernah mengalami kondisi sangat sensitif dengan suhu dingin. Berkat konsultasi sama dokter dan obat yang diberikan, saya sembuh. Ajaib dan beruntungnya kita memiliki obat yang bisa menyembuhkan, bukan?
Tapi kalau sakit ringan-ringan saja seperti sakit kepala kenapa gak dicoba istirahat aja dulu. Bisa jadi kan sakit kepala karena kurang minum atau beberapa hari lalu menerobos hujan saat di jalan. Kalau sakit kepala karena benturan juga beda lagi yaa.
Namun, seperti kata dokter tadi kalau masih bisa disembuhkan dengan cara yang tak harus minum obat, kenapa tidak?
Misalnya coba istirahat, minum air putih, makan makanan sehat, dll. Kalau tidak tertahankan, sakitnya jangan ditahan-tahan. Bersegeralah mencari obat atau temui ahli kesehatan (mantri, bidan, dokter, spesialis). Kalau tidak rasa sakit bisa berkepanjangan atau malah lebih parah. Ini nasehatnya lagi.
Tentu topik ini berbeda dengan penyakit kanker dan penyakit serius lain yang memang wajib penanganan dokter.
Sudahlah jangan terlalu serius, saya hanya berusaha memahaminya maksud nasehat-nasehatnya. Tulisan ini hanya sebagai ingat-ingatan saja mengingat akhir-akhir ini saya mulai sensitif dengan suhu dingin. Saat saya bertanya mengapa dan mengapa saya jadi ingat pesan dokter ini. Nah, ini berarti pola hidup saya kurang sehat beberapa waktu terakhir. Tuh kan...!
Selamat berakhir pekan :)
Sumber gambar disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H