Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Alamak! Dokter Ini Pelit Kali Ngasih Obat

31 Maret 2017   17:25 Diperbarui: 1 April 2017   06:37 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau coba menggoda lagi, bahasa indonesia logat Amerika yang terdengar renyah akan mengalir sampai dia merasa pendengarnya sudah paham.

“Kadang sakit itu datang karena tubuh menuntut kita untuk istirahat. Jadi, kalau sudah mulai sakit harus banyak minum air putih, makan sehat, then, istirahat. Percayalah, nanti juga akan sembuh.” Nada di kalimat terakhir itu seperti mendayu memohon.

Sesekali dia juga mengajak kita bersyukur kalau kita sakit. Mamakk, sakit kok bersyukur? Ya itu, menurutnya sakit adalah alarm dari tubuh kita mengingatkan agar berhenti sejenak.

Hei, sudah waktunya beristirahat. Ayolah, jangan kerja terus, jangan begadang terus, jangan kena hujan terus... jangan sepele terus. Tubuh itu harus diperhatikan, harus dijaga dengan baik, harus diurus supaya terus sehat dan bisa bersemnagat beraktivitas dan hasilpun jadi oke.

Entah sadar atau tidak sadar, meski kami sudah sering mendengar penjelasannya, kalau ditanya lagi beliau akan menjelaskan secara detail dan serius.

Mau bilang lagi, “Keburu mati, Dokkk.”?

Saya baru terpikir dengan pertanyaan ini. Mungkin karena saya terlanjur mempercayainya.  

***

Saya percaya saja apa katanya. Bagaimana pun dia seorang dokter. Setelah menempuh kuliah di jurusan Biologi di negara asalnya dia kemudian kuliah lagi ambil jurusan kedokteran. Tidak ada alasan meragukan ucapannya tentang “Tunggu dulu sebelum mengonsumsi obat.”

Bukan berarti dia tidak pernah memberi obat pada kami. Saya pernah minum obat pemberiannya setelah mengatakan saya sakit.

Terlalu rumit kalau saya harus membuktikan apa kata dokter Amerika ini. Daripada saya harus pusing memikirkannya, saya coba pahami dari prinsip aksi dan reaksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun