Mohon tunggu...
dedy riyadi
dedy riyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

saya hanya ingin jadi terang dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbahagia Karena Ada Dosa Asal

25 September 2010   08:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:59 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengertian Dosa Asal sebagai Perjanjian ALLAH - Manusia

Dosa asal, yaitu dosa yang di'kenakan' kepada setiap manusia sebagai anak-keturunan Adam dan Hawa tidak bisa serta merta didefinisikan sebagai hasil pandangan negatif TUHAN ALLAH terhadap perbuatan yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa ketika melanggar perintah TUHAN ALLAH dengan memakan buah pengetahuan yang dilarang untuk dimakan oleh mereka.

Mereka sudah mendapat hukumannya sesuai dengan apa yang disyaratkan TUHAN ALLAH yaitu mati. Tetapi yang disebut mati itu bukan mati seperti orang meninggal, tetapi mati dari hidup kekal yang dijanjikan oleh TUHAN ALLAH terhadap ciptaannya itu. Lalu, apakah hidup kekal itu? Kristus Yesus mendefinisikan hidup yang kekal sebagai " mengenal satu-satunya ALLAH yang benar (dan mengenal diriNya (Kristus Yesus) sebagai yang diutus dari ALLAH."

Itulah sebabnya, sampai sekarang orang berdebat panjang dan saling mempercayai ALLAH yang dia sembah yang paling benar, yang paling hebat, dll. Dengan demikian, kita - yang mengaku keturunan Adam dan Hawa - masih selalu direcoki permasalahan seperti itu, bukan? Buktinya, di Kompasiana pun masih selalu terjadi debat antar agama yang tak kunjung selesai.

Tetapi, "dosa asal" bukanlah perpanjangan dosa yang telah Adam dan Hawa perbuat. Sebab Alkitab mencatat : Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri.(Imamat 5 :17). Tetapi Alkitab - dalam Kitab Kejadian 3 - menjelaskan dosa asal atau yang biasa disebut dosa warisan itu sebagai ikatan perjanjian antara TUHAN ALLAH dan keturunan Adam dan Hawa dalam bentuk Kutukan! Lho kok?

Demikianlah diceritakan dalam Kitab Kejadian itu :

Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

Dengan pengertian dosa asal sebagai suatu perjanjian (kutuk) ALLAH dengan Manusia itu maka dapat kita lihat bahwa :

- Perempuan adalah pihak yang mengandung, melahirkan, tetapi meskipun begitu mereka juga tetap punya hasrat seksual dengan laki-laki.
- Setiap manusia untuk bisa hidup di dunia ini harus bekerja - menafkahi dirinya (padahal dulu dikondisikan sebagai penguasa atas segala yang berlaku di Taman Eden, ibaratnya mau makan tinggal petik, tinggal potong, semua telah tersedia tanpa perlu tanam & pelihara).
- Hilang keabadian fisik - karena terpisah dari TUHAN ALLAH ( tentang hal ini bisa dilihat pada waktu Musa bersama TUHAN di atas gunung selama 40 tahun tetapi tidak menua) dan pada akhirnya mati.

Inilah dosa asal yang hikmatnya diambil dari peristiwa perjanjian (Kutub) antara TUHAN ALLAH dan Manusia. Lantas, bagaimana Kristus Yesus dianggap Juru Damai / Juru Selamat dari Dosa Asal tersebut? Toh nyatanya semua orang - walaupun percaya kepadaNya - tetap mengalami lahir, menikah, mengandung, melahirkan, bekerja, dan mati. Semua yang sama seperti yang telah dibuat perjanjiannya oleh TUHAN ALLAH kepada Manusia sejak peristiwa tersebut.

Perdamaian Itu Dari ALLAH Datangnya

Dalam peristiwa nubuatan lahirnya Kristus Yesus disebutkan bahwa bayi yang lahir nanti harus dinamakan Imanuel yang artinya TUHAN ALLAH BESERTA KITA. Artinya, hadirnya Kristus Yesus menandakan bahwa TUHAN ALLAH YANG MAHA RAHIM ini berkenan melakukan inisiasi hubungan yang terputus lantaran kutukNya dahulu. Dua kali, TUHAN ALLAH menyatakan suara PERKENANAN nya kepada Kristus Yesus. Dan dengan mempercayai perbuatan, perkataan Kristus Yesus berarti mengimani bahwa TUHAN ALLAH sendirilah yang ingin kembali "mengabaikan" kutuk-kutuk yang dahulu tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Kristus Yesus lewat pengajaran perumpamaan "Anak yang Hilang," dimana seorang Bapak yang berlari mendapatkan Anaknya yang bungsu yang telah meninggalkan dia.

Hal ini tentu saja bertentangan dengan prinsip "kembali kepada ALLAH" karena sebetulnya yang diajarkan adalah "ALLAH yang kembali kepada Manusia." Tetapi inilah ajaran yang dibawa oleh Kristus Yesus. Memang, Kutuk TUHAN ALLAH yang termuat dalam dosa asal itu tidak akan pernah hilang tetapi dengan menanamkan prinsip TUHAN ALLAH Bersama Kita, TUHAN ALLAH kembali mendampingi hidup kita tentunya segala masalah - sakit melahirkan, miskin, sakit, bahkan mati - bukanlah menjadi persoalan yang merumit-rumitkan hidup di dunia ini.

Ah, kalau begitu, tanpa Kristus Yesus pun bisa dong? Bisa saja, tetapi terlambat. Karena Kristus Yesus sudah menyatakan hal ini lebih dahulu. Sebelum Kristus Yesus ada tidak yang mengajarkan hal ini? Jawabnya belum ada. Bahkan Daud pun mengatakan; "Tetapi aku berseru kepada ALLAH, dan TUHAN akan menyelamatkan aku. "(Mazmur 55:16).  Yang artinya Pertolongan ALLAH akan datang jika diseru terlebih dahulu oleh Manusia yang memintanya. Jadi berdoa dulu baru ALLAH berkarya. Meskipun demikian, para nabi terdahulu sudah bernubuat bahwa ALLAH sendiri yang akan datang menyelamatkan. Dan Kristus Yesus adalah yang menyatakan kepada orang; "Akulah Dia (Mesias yang dimaksud dalam pembicaraan itu) yang sedang berkata-kata dengan engkau."(Yohanes 4 :26)

Kesimpulan

Memaknai dosa asal bukanlah sebagai lantaran perbuatan tetapi lebih kepada perjanjian (kutuk) ALLAH dengan Manusia, dan dosa asal itu bisa dikatakan sebagai natur (kodrat alamiah) seorang anak manusia yang tidak bisa dipungkiri (karena janji ALLAH adalah tetap dan selama-lamanya) tetapi jika percaya bahwa ALLAH sendiri yang bersama hidup di dalam kita maka hal itu tidaklah menjadi persoalan yang berarti, melainkan percaya bahwa kita semua akan abadi di dalam ALLAH.

Salam Berbahagia
dalam Hidup yang Kekal,

Dedy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun