Mohon tunggu...
Enjang Muhaemin
Enjang Muhaemin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Enjang Muhaemin, selain menjadi wartawan, juga sebagai staf pengajar di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Video Mesum dan Akar Penyakit Sosial

24 April 2011   03:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:28 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harus lebih proaktif. Baik KPI Pusat maupun KPI Daerah. Tayangan yang keluar dari norma agama, sosial, dan budaya layak mendapat teguran keras. Pun demikian, tayangan hiburan yang tidak mendidik, baik dari substansi isi maupun dari aksi dan busana para pemain yang sudah melewati batas kewajaran. Busana erotis yang kerap ditontonkan para selebritis di layar kaca, kini sudah tidak canggung lagi dipakai sebagian kaum hawa sebagai busana sehari-hari. Tak hanya dipakai di rumah, tapi juga digunakan ke kantor, ke pasar, bahkan ke kampus sekalipun. Sungguh, pengaruhnya luar biasa. Karenanya, para artis selayaknya menyadari akan keberadaannya sebagai public figure, yang dalam banyak hal diikuti dan ditiru, layaknya guru di zaman dulu.

Faktor ketiga, sikap pemerintah yang sering abai dan tidak tegas terhadap persoalan penyakit sosial. Para pelaku asusila mestinya ditindak tegas dengan sanksi yang sepadan. Selama ini masih ada kesan bahwa penyakit sosial dianggap penyakit ringan yang tidak membahayakan. Padahal, penyakit sosial tak ubahnya kanker ganas yang lamban-laun dapat menggorogoti sekujur tubuh. Sebagai penyakit dalam, bahaya kanker memang tidak terlihat oleh mata telanjang, sama halnya dengan penyakit sosial. Tidak terlihat, tapi tidak berarti tidak berbahaya. Kata Syauqi Bey, “Tegak rumah karena sendi. Runtuh sendi rumah binasa. Sendi bangsa adalah akhlak. Runtuh akhlak runtuhlah bangsa.”

Sebagai fenomena sosial, video syur yang banyak beredar di dunia maya, tentunya tidak bisa dianggap sepele. Dalam alam nyata, praktik perzinaan yang ‘tidak terpublikasikan’ bisa jadi jauh lebih banyak lagi. Bahkan dikhawatirkan sudah dalam tingkat yang kronis. Dan ini tentunya harus dijadikan alarm, ‘peringatan’ bagi siapa pun, agar negeri tercinta ini tidak terus terpuruk dalam dekadensi moral yang tak berujung.***

Penulis,
Staf Pengajar Ilmu Jurnalistik pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
UIN SGD Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun