Mohon tunggu...
Enjang Kusnadi
Enjang Kusnadi Mohon Tunggu... Dosen - Belajar dan Mengajar

Teman Sejati Selalu Menemani

Selanjutnya

Tutup

Worklife

DBON Bidik Banyak Anak Indonesia Jadi Atlet dan Juara Olimpiade

6 Agustus 2021   09:05 Diperbarui: 6 Agustus 2021   09:14 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampil membela negara di ajang olahraga tertinggi dunia menjadi impian semua anak Indonesia terutama yang bercita-cita jadi atlet. Apalagi sampai berprestasi seperti yang diraih Greysia Polii dan Apriyani Rahayu yang berhasil jadi juara bulutangkis di Olimpiade Tokyo 2020.

Namun tidaklah mudah untuk sampai ke sana, ke pentas olahraga antar bangsase dunia. Lihat saja saat olimpiade digelar, tidak hanya atlet Indonesia tapi atlet manapun dan dari cabang olahraga (Cabor) apapun, semua jadi histeris saat dirinya berhasil jadi juara.

Sebaliknya, ekspresi penyesalan dan tangis pilu terlihat jelas saat atlet gagal mempersembahkan kehormatan tertinggi buat bangsa dan negaranya. Malah dalam dua ajang olimpiade terakhir, tampil atlet-atlet dari kalangan pengungsi (refugee) se dunia.

Olimpiade tidak hanya sekedar panggung olahraga, keringat para atlet dan pelatih, tapi juga bicara soal kemanusiaan, kehormatan bangsa, bisnis dan industri, politik dan budaya, hingga strata sosial.

Olimpiade Tokyo 2020 sudah usai dilakoni atlet-atlet Indonesia dalam 8 Cabor dengan 28 atletnya. Hasilnya pun sudah final, lima medali olimpiade berhasil diboyong ke tanah air. Tentu medali emas selalu menjadi primadona.

Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Zainudin Amali menyambut kedatangan para juara bersama rombongan. Dan selanjutnya, kontingen Olimpiade Tokyo akan disambut oleh Presiden Indonesia di Istana setelah melakukan prosesi isolasi.

Sambutan resmi dilakukan oleh Menpora mewakili Pemerintah dan Rakyat Indonesia di Bandara. Meski sederhana karena di tengah pandemi, namun jelas pesan dan kesannya, menyambut 'Pahlawan Olahraga' pulang dari laga yang membawa kehormatan bangsa dan negara.

Puja-puji datang bertubi-tubi dari semua kalangan, dari mulai rakyat biasa hingga kalangan istana, semua turut menyampaikan apresiasinya melalui platform berbagai media. Sederet hadiah dalam berbagai rupa dari petinggi bangsa dan pengusaha pun hangat diperbincangkan.

Tak bisa dipungkiri, momen seperti ini berhasil membangkitkan semangat nasionalisme, semangat anak bangsa yang semula tidak berhasrat, kini sibuk mengayun raket ingin jadi atlet dan meraih juara di olimpiade.

Sementara bagi yang sudah jadi atlet namun belum mendapat kesempatan tampil di olimpiade, menjadi pemicu bak cemeti yang keras melecut asa. Begitulah euforia dari olahraga yang menyentuh jiwa, meluapakan segala lara, walau mungkin sejenak.

Jumlah medali Olimpiade Tokyo 2020 yang berhasil dibawa pulang kontingen Indonesia berjumlah 5 medali, dengan rincian 1 medali emas, 1 medali perak, dan 3 medali perunggu. Nggak kebayang kalau jumlah medalinya 50 atau medali emasnya 10.

Bayangkan pula Cabor yang lolos ke olimpiade bukan hanya 8, tapi 20. Dan atlet yang berangkatnya pun bukan 28 tapi ratusan atlet seperti kontingen AS atau China.

China kan penduduknya banyak, di atas 1 miliar, tapi India juga di atas 1 miliar prestasinya tidak lebih dari Indonesia. Ada negara yang ukuran penduduknya kecil seperti Kuba di benua Amerika atau Ceko di Eropa tapi bisa berhasil lebih baik dari Indonesia.

Apa negaranya harus kaya, banyak uang...? Negara-negara kaya raya di Asia seperti UEA, Arab Saudi, malah Singapura yang menjanjikan bonus besar bagi peraih medali, nyatanya prestasinya tidak tampak. Malah, negara-negara makmur di belahan Skandinavia juga prestasinya datar-datar saja.

Lalu apa yang bisa mendongkrak prestasi olahraga Indonesia di Olimpiade? Yang bisa membawa banyak anak Indonesia jadi atlet berprestasi dan bersaing dengan China, Amerika, Australia, Jepang, Korea dan lainnya?

Pemerintah melalui Kemenpora sudah memiliki strategi yang bernama "Desain Besar Olahraga Nasional" yang disingkat DBON. DBON dicetuskan Presiden Jokowi saat Peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-37 pada September 2020.

Dengan DBON, sasaran prestasi olahraga Indonesia tidak tanggung-tanggung, panggung Olimpiade menjadi sasaran utama, sementara pesta olahraga regional seperti Sea Games dan Asean Games hanya menjadi sasaran antara.

Menurut Menpora, hal utama yang akan dilakukan adalah memperluas cabang-cabang olahraga yang ditargetkan meraih prestasi di olimpiade. Tidak seperti sekarang yang hanya bertumpu pada satu atau dua cabor saja.

"Saya ingin menyampaikan kepada masyarakat, mulai sekarang kita akan merubah cara berpikir kita yang tertumpu kepada cabang-cabang olahraga tertentu", ujar Menpora Zainudin Amali seperti dirilis laman Kemenpora pada Kamis (5/8/2021).

Lebih lanjut Menpora Zainudin Amali menjelaskan, strategi ke depan, perolehan medali dari tiap cabang olahraga tidak lagi menjadi target, tetapi target pemerintah yang utama adalah menaikan peringkat Indonesia dari tiap gelaran olimpiade ke olimpiade berikutnya.

"Kita harus konsisten menempatkan parameter yang hendak kita capai yakni kita ingin mencapai peringkat-peringkat olimpiade," jelas Menpora Zainudin Amali.

Menurut Menpora, hal itu sekaligus mengubah paradigma masyarakat yang selalu menjadikan jumlah perolehan medali di olimpiade sebagai ukuran keberhasilan.

DBON merubah cara pemerintah merekrut para atlet yang diproyeksikan dalam strategi nasional ini. Pemerintah akan membidik anak-anak Indonesia untuk jadi atlet sejak usia di bangku sekolah, dari SD, SMP dan SMA.

Menurut Menpora Zainudin Amali, hal ini dilakukan untuk menjamin regenerasi atlet dari tiap cabor. Pengalaman yang terjadi sampai saat ini jangan terulang kembali, jangan sampai punya atlet berprestasi tetapi tidak ada regenerasi.

DBON juga memiliki rencana untuk membuka 10 titik pelatnas yang tersebar di wilayah Indonesia dalam rangka menjaring anak-anak di daerah yang berpotensi untuk jadi atlet nasional.

Terbukti beberapa atlet peraih medali olimpiade kebanyakan berasal dari daerah seperti pasangan ganda putri Greysia Polii dan Apriani Rahayu yang berasal dari Sulawesi.

 

"Jadi kami akan menerapkan pembinaan atlet secara terstruktur, kemudian sistematis dan masif di seluruh daerah untuk mendapatkan talenta. Karena talenta itu ada daerah bukan ada di Ibukota," jelas Menpora Zainudin Amali.

Dalam mewujudkan DBON, Kemenpora tidak jalan sendiri, tapi bekerjasama dengan di pihak Kementerian lain, para pakar di perguruan tinggi, para pengusaha dan industri teknologi, budayawan, hingga masyarakat pencinta olahraga.

Menpora juga menjelaskan, agar pelaksanaan DBON berjalan dengan baik dan maksimal, untuk itu DBON harus ditunjang payung hukum yang kuat.

Payung hukum yang sedang dalam proses di antaranya Peraturan Presiden (Perpres) dan revisi Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (UU SKN) No. 3 Tahun 2005.

"Keduanya ini yang nanti akan berfungsi terhadap pengawasan pelaksanaan Grand Design Olahraga Nasional", ujar Menpora Zainudin Amali.

Semoga saja Desain Besar atau Grand Design atau Road Map tentang olahraga Nasional segera bisa terwujud, merekrut lebih banyak anak Indonesia jadi atlet, menjadi generasi yang sehat, dan berprestasi di ajang olimpiade.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun